Jam kuliah telah berakhir. Navia tak langsung pulang, memilih menikmati makanan di kantin. Aldo dan Karin juga ikut gabung bersamanya. Aldo yang suka banget ngeledek kelakuan Karin yang lebay dan Karin yang selalu terpancing emosi ketidaksukaannya pada ledekan Aldo. Mereka adalah perpaduan yang pas untuk memicu perang dunia ketiga, keempat, dan seterusnya. Alhasil, Navia-lah sang penengah yang selalu mendamaikan suasana panas pertikaian sengit antara Aldo dan Karin. Beberapa kali Navia membenarkan posisi syal yang dililitkan di leher jenjangnya. Syal itu berguna untuk menutupi lehernya yang penuh dengan kreativitas alami seorang Nathan. Bekas cupang yang merah merona.
"Wey, kalian mau ikutan nonton nggak?" tanya Aldo membuka obrolan.
"Film appaa...?" tanya Karin yang masih mengunyah potongan bakso.
"Star wars: the force awakens." jawab Aldo semangat.
"Itu keren! Kapan? Gue mau ikutan dong. Lo yang bayarin gue ya, Do. Gue lagi bokek tanggal segini. Belom dapet kiriman dari ortu." cerita Karin yang panjang kali lebar, sama dengan luas.
"Lo gimana Nav? Ikutan juga?" tanya Aldo pada Navia yang sempat kaget atas pertanyaannya.
"Eh apa?" tanya Navia pada Aldo.
"Ikh lo ngeselin!" keluh Aldo.
"Apa sih Rin? Aldo ngomong apa?"
Navia menatap Karin dan Aldo bergantian. Karin memutar-mutar bola matanya, sementara Aldo mengacak-acak poni rambutnya. Poni rambut? Sebenarnya bukan asli poni, tapi ya karena efek gaya rambut.
"Lo mau ikutan nonton film Star Wars nggak? Mumpung gue lagi berbaik hati. Gue mau bagi-bagi kebahagiaan sama lo pada!" kata Aldo yang kemudian melahap mie ayam di depannya.
Navia mengernyit. Ekspresi Navia justru membuat Karin makin gemas.
"Mau ikut nggak?" seru Karin.
"Ikh, kok lo yang ngebet ngajak gue sih? Aldo aja santai!" gumam Navia.
"Iya juga sih. Tapi kan nggak ada salahnya juga. Rejeki masa ditolak. Gue mah mau aja diajakin Aldo." kata Karin.
"Gue kayaknya nggak ikutan deh. Mau langsung pulang abis ini. Badan gue rada meriang." kata Navia gemeteran.
"Lo sakit?" tanya Aldo.
Karin menempelkan punggung telapak tangan kanannya di kening Navia, meski harus bersusah payah menggapainya.
"Panas!" gumam Karin.
"Oke. Kita nggak jadi nonton aja! Gue anterin lo pulang ya? Kebetulan, gue hari ini bawa mobil bokap gue." seru Aldo.
"Motor balap lo yang kece itu lo kemanain? Lo jual buat bayar tebusan laptop lo di tukang servis elektronik? Padahal gue nggak yakin tuh laptop belinya cash atau kredit. Kayaknya kredit deh! Gue nggak nyangka!" cerocos Karin tanpa batas yang langsung mendapat bekapan paksa dari Aldo.
"Hust! Mulut lo mau gue sumpelin sama kardus bekas kalo nggak bisa diem!" ancam Aldo.
"LO NGOMONG APA???" tantang Karin yang mulai menyodokkan tangannya di perut Aldo.
Aldo mengerang kesakitan. Sodokan tangan Karin cukup membuatnya sakit dan mual. Navia menatap nanar melihat kedua teman, boleh dibilang sahabatnya, tak henti-hentinya membuatnya sesak hati.
"Loh, Navia kemana? Kok udah nggak ada? Lo sih Do. Gara-gara lo, si Navia kabur!" keluh Karin.
"Lo juga sih. Pake acara ngajak berantem sama gue. Kan gagal ngajakin tuh anak nonton. Eh gue lupa. Dia lagi sakit juga kan ya? Lain kali aja deh nontonnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MAID & SEXY BOSS
Romans"Lo nangis? Sshhhtt, gue nggak mau lo nangis lagi. Gue mau lo bayar semua kerugian yang gue derita!" Dia mendekatiku dengan wajah sok iba. Aku kesal. Masalahnya dia hampir mengambil ciuman pertamaku. Ikh, ngeselin! PLAAAKKKK Sebuah tamparan ku tuju...