66

10.8K 233 10
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, Navia selalu disibukkan oleh urusan rumah tangganya. Membereskan rumah, menata perabotan, merawat tanaman hias, dan sampai mengurus putra kesayangan. Lelah sudahlah pasti. Tapi jika dilakukan atas dasar cinta, bagi Navia itu bukanlah hal yang berat. Demi cinta.

Tepat pukul 09.00, terdengar suara pintu diketuk. Butuh waktu lima menit untuk Navia membuka pintu apartemen. Bukan karena pintu susah untuk dibuka, tapi karena jarak pintu dengan lokasi Navia berada lumayan jauh. Ah bukan! Navia baru saja selesai mandi. Jadi ya wajar jika dibutuhkan waktu yang lama.

Saat pintu dibuka, ada pemandangan aneh yang membuat Navia mematung sekian detik.

"Uhm, ini rumahnya Nathan kan?" tanya wanita yang juga tamu itu.

Navia hanya mengangguk.

"Biar ku tebak. Lo pake daster, kayak ibu-ibu rumahan. Itu rambut masih acak-acakan, iyuh... abis ngapain yah? Trus badan lo melar gitu. Oh nggak gendut sih, tapi kayak abis punya baby. Satu lagi, lo bawa sapu. Semakin paham gue. Wait, biar gue tebak! Lo itu pembantunya Nathan kan?" tandas wanita itu.

Navia merasa tertusuk hatinya. Ingin sekali ia marah, melampiaskan kekesalannya pada wanita yang seenak jidat menghinanya terang-terangan. Tapi diurungkan. Mengingat dirinya bukanlah orang jahat seperti tokoh antagonis di sinetron.

'Aku pake daster kayak ibu-ibu rumahan? Itu sudah pasti. Aku kan ibu dari Kevin Arnavy. Wajarlah kalo sekarang statusku nggak cuma jadi istri, tapi jadi ibu!'.

Rambutku masih acak-acakan? Yaiyalah, mana sempat nyisir tadi. Pintu udah digedor-gedor kayak mau ada kebakaran.

Badanku melar? Ini sadis, kejam, dan parah loh! Jujur saja emang kenyataan gitu, tapi kok kesannya malah bikin nyesek yah! Aku janji, abis ini aku akan diet seketat-ketatnya sampai ideal. Uhm, padahal aku nggak gendut-gendut banget loh!

Aku bawa sapu? Akh iya! Kan tadi sapu ini ku niatkan untuk menggebuk maling. Yah karena ku pikir tamu di depanku ini adalah penjahat. Tapi bener sih, dia penjahat perasaan. Kata-kata yang diucapkannya, terlalu pedas! Kayaknya kebanyakan makan cabe ya. Pantes banget dijuluki cabe-cabean. Iyuhh...

Satu lagi, dia menyebutku pembantu? Dulunya sih iya. Aku kan sexy maid-nya Nathan. Justru karena aku sempat jadi pembantunya Nathan, dari situlah aku bisa jadi istrinya Nathan. Di balik hinaan wanita di depanku ini, ada hikmahnya juga. Aku tau semua jawaban yang ku butuhkan. Makasih.' batin Navia.

"Wah, ini pembantu songong yah! Nggak ngehargai gue sebagai tamu. Kayaknya butuh pengaduan secara lisan dan tertulis nih ke Nathan. Biar lo langsung di-cut alias dipecat. Lo mau dipecat tanpa pesangon? Mau dipecat secara terhormat atau secara brutal? Pilih mana? Cepetan!!!" seru wanita itu.

Navia tak kunjung meladeni wanita itu. Bahkan menutup pintu apartemennya rapat-rapat. Malas berurusan dengan wanita gila yang tak dikenalnya.

Dua jam kemudian, Nathan pulang. Navia menyambutnya dengan senang. Dibawa serta Kevin dalam gendongannya.

"Sayang, rasanya cape ilang setelah melihatmu menungguku di rumah. Kevin juga sama. Wajah imut dan gantengnya itu loh yang ngegemesin. Kamu dulu ngidam punya anak yang ganteng kayak aku ya, Nav? Kok muka Kevin bisa klop mirip sama aku? Gantengnya itu loh yang berbahaya!" kata Nathan dengan PD maksimal.

"Wah, serasa kamu punya wajah ganteng ya? Sampai nggak mau kalo anaknya ikut ganteng kayak kamu? Untung kamu ganteng, jadi aku nggak komen. Orang ganteng mah bebas...!" kata Navia.

"Nathan, jadi gue tidur dimana? Kasih gue kamar yang paling bagus yah! Gapapa kok kalo berbagi kamar sama lo. Gue pasrah!" tukas seorang wanita dengan menarik sebuah koper berukuran sedang di tangan kirinya.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang