Karin melahap semangkuk bakso di depannya dengan semangat. Tanpa mengindahkan keberadaanku, dia masih fokus sama baksonya. Begitu bakso di depannya habis, dia memesan bakso lagi. Si abang bakso sepertinya sudah siap sedia. Tak butuh waktu 2 menit, semangkuk bakso panas sudah ada di depan mata Karin. Ku lihat Karin kepedesan. Tapi tak menyurutkan niatnya untuk melahap semangkuk bakso yang keduanya.
"Lo nggak pesen?" tanyanya membuyarkan lamunanku. "Lo nglamunin apaan sih?"
"Ah nggak! Gue cuma sedikit mikir aja. Lo makan segitu banyak, tetep aja kurus." kataku pelan.
"Idih, lo ngiri ama gue ya? Gue mah tetep segini aja biarpun makan banyak atau sedikit. Kalo lo kan emang dari sononya nggak doyan makan?" sindirnya tanpa mengalihkan pandangannya dari bakso di depannya.
Karin terlalu fokus sama makanannya. Padahal kan aku mau curhat tentang Nathan yang usah semena-mena sama aku.
"Lo nggak ikut ke acara bazar tahunan?" seru Aldo yang langsung duduk di sebelah Karin."Maksud lo nanya ke gue atau ke Karin?" tanyaku.
"Ke lo bisa, ke Kari ayam juga bisa!" kata Aldo.
Karin menghentikan aksi makannya. Lalu matanya melotot ke arah Aldo. Aldo yang tadinya tak meliriknya, kini mulai menatap Karin juga. Karin menatap Aldo dengan tatapan horor. Ini tanda-tanda mau perang dunia ketiga.
"Lo bilang apa tadi?" teriak Karin.
"Gue bilang apa?" kata Aldo dengan tampang bloon.
"Nggak mau ngaku ya?" seru Karin di telinga Aldo. Aldo puj langsung menutup telinganya rapat-rapat.
"Kari ayam! Berisik banget sih lo. Gendang telinga gue bisa pecah dengerin lo teriak-teriak nggak jelas!" kata Aldo kesal.
"Sejak kapan nama gue jadi Kari ayam? Nama gue Karin Soraya. Catet tu di memori otak lo. Ini pernyataan resmi gue ya!" kata Karin dengan gaya sok elegan. Tapi kok kesannya tetep norak ya.
"Liat kalian berantem, kok gue jadi laper ya?" kataku yang sontak membuat mereka menatapku heran.
"Bang, pesen baksonya dong. Lengkap ya. Nggak usah pake saos ya." teriakku pada abang penjual bakso.
"Gue juga pesen bang. Samain aja kayak pesenan Navia!" seru Aldo.
"Idih, nyama-nyamain deh. Nggak kreatif nyari menu pilihan." ledek Karin.
Aldo memeluk Karin yang masih sibuk melahap baksonya. Karin langsung berontak. Aldo tetep nekat tak mau melepas pelukannya. Sampai akhirnya Karin mengarahkan garpu ke arah Aldo, barulah Aldo menghentikan ulahnya.
Pesanan kami sudah datang. Kami langsung melahapnya. Ku lihat Karin sudah menyelesaikan makannya. Hanya saja, mukanya masih lapar. Ku pikir dia mau nambah porsi baksonya, ternyata aku salah. Karin malah membeli segelas es dawet. Tidak cukup sampai situ, ia juga memesan jus mangga mix melon.
"Itu banyak bingit woy?" seru Aldo menatap Karin.
"Udahlah diem! Makan aja tuh bakso. Gue mau fokus nikmatin minuman gue. Lagipula, ini bagus buat kesehatan gue. Gue kan harus banyak makan, minum, dan... pokoknya nggak usah nanya-nanya lagi. Gue gedeg ditanyain mulu. Yang ada bukannya gue kenyang, tapi malah bikin gue tambah laper. Ini serius loh!" ceramah panjang Karin. Aku dan Aldo hanya menggeleng melihat tingkah Karin yang lebay.
***
"Kemana saja lo? Jam segini baru datang. Gue nungguin lo sampai berkarat!" seru Nathan saat aku memasuki apartemennya.
Ku lirik jam tanganku semi ori alias KW merk Rolex. Jam telah menunjukkan pukul 17.26. Harusnya jam 16.00 aku sudah sampai di apartemennya. Dia kan sudah tau jadwal kuliahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MAID & SEXY BOSS
Romance"Lo nangis? Sshhhtt, gue nggak mau lo nangis lagi. Gue mau lo bayar semua kerugian yang gue derita!" Dia mendekatiku dengan wajah sok iba. Aku kesal. Masalahnya dia hampir mengambil ciuman pertamaku. Ikh, ngeselin! PLAAAKKKK Sebuah tamparan ku tuju...