34

22K 599 8
                                    

Selama perkuliahan berlangsung sampai selesai, Karin hanya fokus pada pemikirannya sendiri. Penjelasan dari dosen tak dihiraukannya. Bahkan Navia, sang sahabat tak dianggapnya sama sekali. Navia hanya dianggap angin lalu.

"Rin, lo kenapa sih? Dari tadi lo diem aja. Lo nggak mau anggep gue sebagai sahabat lo lagi? Bilang ke gue apa salah gue!" kata Navia.

"Gapapa!" kata Karin dengan muka juteknya.

"Karin, gue udah lama kenal sama lo. Jadi jangan bohongin gue ya! Gue tau kalo elo tuh nyimpen sesuatu hal yang gue nggak tau. Katakan aja! Gue mau kok dengerin curhatan lo!" bujuk Navia.

"Masalahnya ini bukan masalah gue!"

"Lalu masalah apa?" tanya Navia.

"Nggak enak ngomongin masalah yang privasi gitu di depan publik gini! Ayolah kita ke tempat sepi!" ajak Karin.

Navia dan Karin menuju ke sebuah taman kampus yang kebetulan sepi. Tak ada lalu lalang mahasiswa yang lewat di taman. Hanya ada mereka berdua.

"Katakan! Lo mau cerita apa?" tanya Navia.

Karin menatap Navia dengan tatapan kasihan. Navia makin tak mengerti dengan ekspresi Karin yang justru membuatnya bingung.

"Ini masalah lo, Nav! Tapi gue terlalu kepikiran. Semaleman gue nggak bisa tidur karena mikirin hal itu. Tapi lo ternyata tak terbebani apapun. Lo masih bisa santai ya? Gue sebenarnya kasian sama lo!" kata Karin.

"Ikh Karin ngeselin! Kenapa sih? Gue ada masalah apa sih? Sepertinya gue aman-aman aja deh!" kata Navia.

"Elo udah gituan kan sama si Nathan?" tanya Karin dengan tatapan menyelidik.

"Gituan apaan?" tanya Navia.

"Ya gitu, masa lo nggak ngerti?"

Navia berpikir keras memahami maksud dari pernyataan Karin yang sangat membingungkan dirinya.

"Apa sih, Rin? Gue nggak ngerti!" gerutu Navia.

Karin memandang Navia dengan tatapan jijik. Kembali membayangkan suara desahan Navia yang berada di dalam kamar bersama Nathan. Memang Karin tak melihat secara langsung. Tapi baginya, apa yang didengarnya sudah cukup menjadi bukti untuk men-judge Navia telah melakukan kesalahan fatal.

"Jadi gue salah apa sih, Rin? To the point aja deh sama gue! Gue nggak bakal marah kok kalo gue emang salah. Justru gue akan sangat berterima kasih jika diingetin apa kesalahan gue!" ujar Navia tegas.

"Serius lo? Nanti kalo lo marah sama gue gimana? Gue nggak tega juga ngomong sama lo. Entah itu bener apa nggak, bagi gue itu kesalahan!" kata Karin.

"Ah lo melipir terus! Jawab aja apa yang lo tau dari gue. Gue kenapa?" tanya Navia.

"Tapi janji lo nggak marah sama gue?"

"Iya Rin! Katakan!" seru Navia.

Karin mulai mengambil nafas panjang. Navia tertegun menatap keanehan sahabatnya. Karin kembali menatap Navia, lalu menundukkan kepalanya.

"Lo udah begituan kan sama si Nathan? Melakukan apa yang sepantasnya dilakukan oleh suami istri?"

"Astaga! Maksud lo gue sama Nathan berbuat tak senonoh?"

Karin mengangguk pelan.

"Rin, masa lo nuduh gue berbuat kesalahan fatal kayak gitu sih? Gue nggak pernah berpikir untuk melakukan tindakan bodoh yang ngerusak martabat keluarga gue!" kata Navia menegaskan.

"Ya itu sesuai apa yang gue tau!"

"Lo pernah liat gue gituan sama Nathan?" tantang Navia.

"Belum sih. Tapi kemaren gue denger lo kayak mendesah kesakitan gitu di kamarnya Nathan. Gue rasa lo lagi olahraga di ranjang sama Nathan!" seru Karin.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang