Sebelum pulang, Nathan memutuskan untuk menikmati kopi di sebuah kafe tak jauh dari galeri. Sendirian. Tak lama menunggu, pesanannya telah tersaji di meja. Sesekali diaduk-aduk kopi tersebut tanpa perhitungan. Meski aroma kopi sudah terlalu menyeruak masuk ke dalam hidungnya, tapi belum juga diminumnya.
"Hei ganteng, sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu? Apa yang bisa ku lakukan untukmu?" sapa seorang wanita berpakaian serba minim dengan nada menggoda.
"Tak ada. Aku menyukai cara ini." kata Nathan tanpa melihat siapa yang mengajaknya bicara.
"Lihat aku! Cantik-cantik begini dicuekin. Gimana kalo jelek, coba? Ayolah, jangan munafik! Ikuti kata hatimu dan mari kita bersenang-senang. Aku bisa membuatmu bahagia saat ini? Aku tau apa yang kamu butuhkan!" kata wanita itu.
"Kau tau apa? Hanya wanitaku saja yang mengerti diriku. Aku bahkan berharap dia datang sekarang. Tanpa harus aku mengundangnya." ucap Nathan, masih sibuk mengaduk kopi hangat di depannya.
"Lihat aku sekali saja! Kau ini egois sekali! Setidaknya jadikan aku sebagai wanitamu! Aku rela tak mendapatkan bayaranku, asalkan kamu menjadi milikku!" kata wanita itu mulai geram.
"Jadi kau wanita bayaran? Ku akui, aku mungkin memang tampan. Wajahku mungkin menarik perhatianmu. Tapi aku bukan orang kaya seperti yang kamu harapkan. Berusaha mendekatiku sama saja dengan membuang waktumu. Pikirkan hal itu!" penjelasan Nathan.
Kali ini Nathan langsung menatap wajah wanita itu.
'Bahkan dia tak lebih cantik dari istriku. Apa yang dia banggakan? Tubuhnya yang sexy? Oh tidak! Aku sama sekali tak berminat mencoleknya, terlebih mendekatinya. Ini sangat mengganggu!' batin Nathan.
Tanpa berpikir panjang, wanita itu langsung duduk di pangkuan Nathan. Nathan tentu saja menolak. Tapi wanita itu lebih berani menjalankan aksinya. Nathan masih mencoba sabar, menahan emosi yang hendak naik ke ubun-ubun.
"Lo siapa? Berani sama gue?" bisik Nathan geram.
"Aku? Namaku Cecilia. Nama yang indah, bukan? Ayolah! Peluk aku sekarang! Mulai sekarang, kau jadi milikku!" bisik Cecilia, wanita penggoda.
"Enyahlah tubuh elo dari gue! Pergi!" kata Nathan geram.
Bukannya menghindar, Cecilia justru makin mendekat dengan Nathan. Mulai memeluk Nathan dengan begitu eratnya.
"Hei, lepaskan!" seru Nathan.
"Jangan begitu! Aku rela mengorbankan diriku untukmu. Aku telah hilangkan rasa maluku untukmu. Jadi, aku sudah banyak bertaruh kebahagiaan denganmu." bisik Cecilia.
Nathan terus mencoba menjauhkan tubuhnya dari Cecilia. Tetapi belum bisa. Sebenarnya bisa. Tapi Nathan tak mau memakai cara kasar dengan cara melempar Cecilia sesuka hatinya. Ia tak mau berurusan dengan pihak hukum jika dituntut atas dasar tindak kekerasan.
"Aku milikmu..." kata Cecilia.
Kebetulan dalam waktu yang bersamaan, Navia melihat kejadian memalukan itu. Navia datang bersama Karin yang menggendong Kevin. Navia tidak percaya dengan apa yang dilihat. Namun rasa sakit hatinya tak bisa diabaikan begitu saja.
"Rin, ayo kita pulang! Gue mau pergi dari sini! Gue nggak mood di sini!" kata Navia.
"Tapi kenap...?" tanya Karin yang tak diteruskan, berhubung sudah tau alasannya.
'Oh jadi karena itu? Pantas saja! Entah apa yang terjadi. Lo udah bikin Navia, sahabat gue ngambek berat! Lo tanggung sendiri, Nat!' batin Karin.
"Ayo kita pergi!" rengek Navia mulai menangis.
Akhirnya Karin mengikuti perintah sepihak dari sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MAID & SEXY BOSS
Romance"Lo nangis? Sshhhtt, gue nggak mau lo nangis lagi. Gue mau lo bayar semua kerugian yang gue derita!" Dia mendekatiku dengan wajah sok iba. Aku kesal. Masalahnya dia hampir mengambil ciuman pertamaku. Ikh, ngeselin! PLAAAKKKK Sebuah tamparan ku tuju...