NAVIA, TUNGGU PEMBALASAN GUE! GUE AKAN HANCURIN HIDUP LO BEBERAPA HARI LAGI. WAKTU LO NGGAK BANYAK! JANGAN HARAP BISA BEBAS DARI GUE!!!
Entah kenapa, kata-kata tersebut masih terngiang-ngiang di pikiranku. Apapun yang ku lakukan, selalu diliputi rasa takut. Apa aku tergolong paranoid? Mungkin iya!
"Hey, dari tadi gue lihat lo ngelamun aja!" kata Foni sambil menepuk bahuku.
"Ah elo Fon! Tumbenan mau ngobrol sama gue." kataku.
"Yaelah, gue bukannya nggak mau ngobrol sama elo. Gue lagi nggak mood aja kalo di deket lo ada Karin itu. Dia itu super duper berisik. Jadi gue males!" penjelasan Foni.
"Eh, lo ngomong apa barusan?" tanya Karin yang ternyata sudah berdiri di belakangku dan Foni.
"Ssttt, jangan berisik!" seruku.
"Itu si Foni tadi ngomong apa ya? Kok gue denger nama gue yang indah ini disebut." kata Karin.
"Gapapa kok!" seru Foni.
"Yakin?" tanya Karin.
"Eh Fon, mending elo pergi deh sekarang. Bukannya gue ngusir, tapi Karin pasti bikin ribet. Jadi ya...!" bisikku pada Foni.
"Baiklah, sampai ketemu besok ya teman-teman." kata Foni mengucapkan perpisahan sebelum pergi meninggalkanku dan Karin.
"Itu si Foni kenapa dah? Apa tadi ngomongin gue? Kok gue ngerasa dia ngomongin gue ya?"
"Hah pede banget sih lo, Rin! Mau banget apa diomongin? Emang situ artis papan atas? Artis papan penggilingan mah iya. Hadeuh..." gumamku.
Karin langsung mencubit lenganku dengan gemas. Alhasil, meninggalkan bekas merah yang sangat nyata. Ditambah lagi, nyerinya itu loh yang bikin ketar-ketir.
"Lo bisa nggak sih nggak nyubitin gue? Emak gue aja nggak pernah tuh nyubit gue!" kataku kesal.
"Eh maaf Nav! Gue nggak sengaja. Tadinya cuma ngajakin lo bercanda, tapi kok lo malah marah ya?"
"Nggak lucu Rin!" kataku sambil mencebikkan bibirku.
"Wow, makin sexy tuh kalo Nathan yang bilang!" goda Karin.
DEG. Nathan? Nama itu terlalu menohok hatiku. Nathan nggak salah sama sekali dalam hal ini. Hanya saja, dua hari ini, aku dilanda kerinduan yang sangat dalam padanya. Kangen sama sikap over protective-nya yang nyebelin maksimal.
"Kan, Navia Arzeta kembali larut dalam lamunan. Sebenernya lo lagi mikirin apa sih? Ini bukan masalah kuliah kan ya? Kayaknya nilai ujian lo tadi dapat grade A. Tugas lo dinyatakan oke. Lalu... oh ya, keluarga lo di kampung?" Karin kembali berpikir ekstra keras. Batu kali ahh!
"Apa ada kaitannya sama Nathan?" selidik Karin bak detektif handal.
Aku hanya mengangguk, sontak membuat Karin mengernyitkan alisnya. Sudah pasti, sesuatu terbesit dalam otaknya. Entahlah.
"Lo udah masuk dalam jebakan cinta si Nathan itu. Gapapa sih ya, gue aja nge-fans akut sama itu pria kece. Ehm, bukannya lo satu atap yah sama boss kece lo itu. Mau dong ikutan nimbrung...!!" cerocos Karin nggak jelas.
"Eh apaan sih!" seruku sambil mengacak rambut Karin hingga berantakan.
Karin tak marah atas ulahku. Nyatanya dia tertawa terbahak-bahak yang justru membuatku makin kesal.
"Rin..." panggilku.
"Iya Nav. Lo mau cerita apa sama gue?"
"Kok lo tau kalo gue mau cerita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MAID & SEXY BOSS
Romance"Lo nangis? Sshhhtt, gue nggak mau lo nangis lagi. Gue mau lo bayar semua kerugian yang gue derita!" Dia mendekatiku dengan wajah sok iba. Aku kesal. Masalahnya dia hampir mengambil ciuman pertamaku. Ikh, ngeselin! PLAAAKKKK Sebuah tamparan ku tuju...