29

25.9K 685 8
                                    

Makan malam bertiga di apartemen. Nathan, Navia, dan Ibunya Navia. Tentunya hanya sedikit obrolan hangat yang menyertai, karena obrolan tak seharusnya berada di ruang makan kan? Ruang makan ya untuk makan!

Mengenai Ibunya Navia, apakah sudah sepenuhnya menerima Nathan sebagai kandidat yang pas untuk menjadi menantu idaman? Tentu saja belum sepenuhnya! Perjuangan Nathan belum cukup berarti. Hanya sebatas restu saja yang sudah berhasil dikantongi Nathan. Status kelayakan dan kemampuan alami sebagai orang yang bisa membahagiakan putrinya kelak, belum ada pada diri Nathan. Oh No!!!

Apa yang dipikirkan Nathan mengenai Ibunya Navia? Nathan hanya tau bahwa dirinya sudah seratus persen dapet acc alias persetujuan untuk menghalalkan Navia. Jadi, tak ada aral dan rintangan yang akan menghadang. Tapi dia salah! Perjuangan masih jauh cyin!!

Navia sebagai gadis yang polos, tak banyak bereaksi atas apa yang ada di hadapannya. Ia hanya tau, bahwa dirinya akan segera dinikahi oleh Nathan, berdasarkan persetujuan dari ortunya dan ortu Nathan. Restu dari ortu Nathan, didapat via video call beberapa saat yang lalu. Ortu Nathan belum ada waktu untuk menemui Nathan dan Navia secara langsung.

"Bu, Navia mau malam Mingguan sama Nathan boleh?" izin Navia.

"Kapan?" tanya Ibunya Navia.

"Sekarang Bu, itu kalo Ibu mengizinkan kami!" jawab Nathan.

"Boleh, tapi jangan malam-malam yah pulangnya! Kalian kan belum resmi." nasehat Ibunya Navia.

"Makasih ya Bu. Kami permisi!" kata Nathan yang langsung menyambar kunci mobil di nakas, dan menarik tangan Navia.

'Dasar anak muda zaman sekarang! Malam Minggu aja, jadwalnya ada-ada aja. Harus pergilah, harus inilah, serba diada-adain. Coba dulu, Bapak mana pernah ngajak Ibu malam Mingguan. Adanya Minggu pagi. Itupun nggak mesti seminggu sekali. Sebulan sekali mah udah Alhamdulillah!' batin Ibunya Navia saat melepas kepergian Nathan dan Navia.

***

Nathan mengemudikan mobil sport miliknya dengan kecepatan standar. Dari awal naik mobil sampai perjalanan kurang lebih setengah jam, kicauan Navia tak pernah terputus. Navia terus-menerus mengomel tentang sikap Nathan yang terkadang tak sesuai dengan keinginannya.

"Gue harus gimana coba?" tanya Nathan.

"Ya lo harusnya ngertiin gue dong. Lo itu harusnya bisa narik simpati Ibu gue! Masa lo nggak bisa bikin Ibu gue nerima lo sebagai menantu idaman? Harusnya lo buktiinlah sama Ibu gue, kalo lo itu pantes untuk nikahin gue! Lo ngerti maksus gue nggak sih?" omel Navia sambil meremas rok selututnya.

Navia nggak nyadar kalo remasan di roknya itu, membuat roknya makin naik dan paha Navia sedikit terekspos untuk Nathan. Mata Nathan langsung tertuju pada bagian paha Navia. Nathan menelan salivanya berkali-kali.

"Lo kenapa? Liatin apa?" tanya Navia pada Nathan yang gelagatnya mulai aneh.

"Oh gapapa!" jawab Nathan, yang dengan cepat kembali fokus menyetir.

"Tapi tadi gue lihat lo fokus liatin paha gue?" tanya Navia menyelidik.

"Gapapa. Mungkin hawanya lagi bagus!" jawab Nathan ngasal.

'Halah, ngeles aja nih orang! Pake acara bohong segala sama aku. Aku tuh tau dan sangat paham kalo Nathan tuh lagi tergoda sama pahaku. Aku sih yang salah, harusnya tadi nggak pake rok selutut gini! Harusnya pake celana jeans. Kalo kayak gini mah, namanya aku bangunin harimau lapar. Nathan itu pria mesum! Sok tampan hobi cari umpan!' batin Navia.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang