40

27.2K 561 17
                                    

Pagi yang cerah. Itu yang bisa ku gambarkan untuk suasana yang indah ini. Bagaimana tidak? Aku bangun dari tidurku, dengan adanya seorang kekasih yang sekarang ku sebut sebagai suami, tengah tidur di sampingku. Yah, dia masih memelukku erat sejak semalam.

Semalam kami telah melakukan aktivitas terbaru kami. Tentu saja bercinta. Aku dan Nathan melakukannya sampai beberapa kali. Apa hal itu tak melelahkan bagi kami? Tentu saja aku lelah! Nathan memaksaku untuk melakukannya sampai beberapa ronde. Itu sangat menyita energiku.

Suamiku masih terlelap. Tidurnya sangat nyenyak. Tapi aku melihat ada kebahagiaan di wajahnya. Wajahnya yang tampan, benar-benar membuatku selalu jatuh cinta padanya. Ku katakan, aku tak mau beranjak dari ranjangku. Aku masih ingin tidur di sampingnya. Aku sangat nyaman berada dalam pelukannya.

"Sudah pagi ya?" tanya Nathan yang sudah terbangun, entah sejak kapan.

"I... iya." jawabku menahan malu.

Tentu saja. Aku malu karena kena gap tengah memandangnya secara berlebihan.

"Bagaimana dengan semalam? Lo suka kan? Apa mau extra part untuk melanjutkan olahraga ranjang kita?"

"Nathan, gue mohon jangan untuk saat ini. Nanti saja! Ini aja masih nyisain perih yang luar biasa. Untungnya wajah tampan lo bisa meredam rasa sakitnya, kalo enggak mungkin gue masih merintih kesakitan." kataku.

"Perih banget yah? Sini gue obati!" ujar Nathan.

"Iya perih banget. Lo mau obati dengan apa? Gue belum terbiasa aja. Nanti jika kita udah sering 'begituan', pasti nggak sakit lagi. Justru akan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan!" kataku.

"Loh, ternyata elo lebih mengerti tentang bercinta yah? Gue salut sama elo!" kata Nathan cengegesan.

"Gimana gue nggak ngerti, semalam udah kita praktekin sampai hafal di luar kepala. Akh, tapi nyerinya masih menyiksa ini. Selain itu..." tak ku teruskan.

'Kok jadi nagih ya?' batinku.

"Lo mikirin apa sih? Apa perlu kita ke dokter?"

"Ah tidak! Gue gapapa! Apakah posisi seperti ini selalu jadi favorit lo? Dari semalam lo memeluk gue. Kini, lo masih meluk gue seerat ini. Gue nggak bisa kemana-mana nih! Seharusnya gue masakin elo!" kataku.

"Masak?" tanya Nathan.

"Apa elo nggak laper?" tanyaku.

"Buat apa buru-buru ke dapur untuk masak? Mending kita nglanjutin yang semalem!" kata Nathan yang berusaha membuka lingerie yang ku kenakan.

"Nathan, gue mohon jangan sekarang! Ini masih sakit. Masih perih. Tega lo sama gue?" gerutuku.

Aku merapikan lingerie-ku kembali. Nathan menatapku dengan tatapan penuh kekecewaan. Aku sebenarnya tak ingin membuatnya kecewa dan kesal. Tapi keadaanku sekarang, masih cukup mengenaskan. Belum siap diajak tempur lagi. Masih perlu pemulihan dari segi fisik.

Aku beranjak dari ranjangku. Melangkah keluar menuju dapur. Meninggalkan Nathan yang masih menyisakan cemberut di wajahnya. Dosakah aku?

***

"Nathan, lo mau kemana? Sarapan dulu ya? Gue udah masak ayam rica-rica dan cah kangkung buat elo. Ayo kita sarapan dulu!" ajakku.

Nathan tak merespon ajakanku. Dia masih setia menonton acara TV yang sebenarnya tak menarik baginya. Dia bahkan tak mau menatapku, meski aku telah memanggilnya beberapa kali. Apa dia masih marah?

"Apa lo masih marah sama gue? Maaf kalo penolakan gue tadi, bikin lo sakit hati. Masalahnya, tadi masih sakit. Sekarang sih udah nggak lagi. Lantas, apa gue nggak boleh sakit?" tanyaku.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang