Kepalaku terasa berat, ku rasakan sakit kepala yang luar biasa. Bahkan untuk sekedar membuka mata saja, sangat sulit ku lakukan. Sepertinya aku masih memeluk guling kesayanganku. Tapi kok lebih keras dari biasanya. Ada sensasi hangat yang bisa menghangatkanku yang kedinginan oleh suhu ruanganku yang ber-AC.
Tapi, apakah benar ini adalah gulingku? Ku paksakan membuka mataku perlahan, meski lumayan berat. Betapa terkejut hatiku, saat sesuatu yang ku perkirakan adalah guling, ternyata itu Nathan. Nathan yang belum lama ini menyatakan perasaan cintanya padaku. Aku hampir saja berteriak, tapi segera ku urungkan. Ku bekap mulutku rapat-rapat, agar tak mengeluarkan suara apapun. Mengingat tidurnya sangat pulas dan nyenyak. Ku lepaskan pelukanku padanya.
"Tidur yang nyenyak yah! Gue tau elo jagain gue semalaman. Maaf yah, udah banyak ngerepotin elo." bisikku.
Nathan terlihat sangat tampan dalam tidurnya. Beberapa kali ku ciumi pipinya yang putih mulus. Dia memang lebih putih dari aku. Semoga saja dia tak sadar jika aku sudah menciuminya. Kan kalo sadar, aku pasti sangat malu padanya. Mau ditaruh dimana mukaku yang cantik dan manis ini?
"Navia... sini gue peluk!" ceracau Nathan yang belum membuka matanya.
"Nathan genit! Udah sana ah, gue sesek kalo dipeluk elo!" gerutuku sok nggak mau, padahal mau.
Nathan memelukku, tanpa menunggu persetujuanku. Lagi pula, ku izinkan atau tidak, dia pasti tetap menang atas aku. Tau dirilah aku sebagai pembantunya. Tidak! Lebih seringnya sebagai kekasihnya.
"Navia, jangan banyak bergerak! Gue mau fokus meluk elo!" bisik Nathan.
Ku sentil hidungnya yang mancung. Dia tersentak. Mungkin kesadarannya mulai kembali padanya. Dia mulai membuka matanya.
"Hah, elo udah bangun?" tanya Nathan yang masih mengerjapkan matanya.
"Udah, sebelum elo meluk gue tadi. Emang gue guling?" kataku sewot.
"Semalaman elo meluk gue ampe gue nggak bisa berkutik. Gue kayak robot tau nggak? Masa gue nggak boleh gantian meluk elo?" kata Nathan berkilah.
"Nathan, elo pindah gih ke kamar elo! Gue masih mau tidur nih. Ini masih jam 4 dan masih bisa untuk nyambung tidur gue. Elo pindah gih!" pintaku.
"Nggak mau ah! Gue udah PW di ranjang ini. Jarang-jarang bisa bobo bareng wanita cantik. Gue mau tidur lagi, jangan usir gue yah!" kata Nathan.
Nathan kembali memejamkan matanya. Masih dalam posisi kesukaannya. Memelukku erat sekali. Aku bisa apa? Mana mungkin ku usir dia? Iya ini adalah kamarku, tapi kan masih bagian dari apartemen Nathan. Yasudah, lanjut menyambung mimpi yang sempat terputus.
***
"Tumben lo telat? Nggak ikut kelas Miss Fanny. Apa elo ada masalah di apartemen boss elo?" tanya Karin.
"Gapapa. Gue tadi kesiangan. Tadinya udah bangun sekitar jam 4, trus gue molor lagi bareng Nathan. Jadi ya gini deh!" jelasku.
"APA?? Elo tidur bareng..."
Ku bekap mulut Karin sekuat tenaga. Dia hampir kehilangan nafasnya. Sebab bukan hanya mulutnya yang ku bekap, tapi hidungnya juga.
"Jangan kenceng-kenceng ngomongnya! Hanya satu ranjang kok, bukan gituan loh ya. Amit-amit deh!" kataku.
"Yakin gapapa? Gimana kalo pas lo nggak sadar, lo diapa-apain sama dia? Kan bisa aja!" selidik Karin.
"Baju gue masih lengkap kok! Gue juga nggak merasa diapa-apain. Malah gue yang apa-apain dia."
"Maksud lo? Elo yang mainin peran sebagai..."
"Eh Rin, lo ngomong apa deh? Gue cuma meluk dia. Abisnya gue pikir dia itu guling. Gue mabuk Rin!"

KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MAID & SEXY BOSS
Romance"Lo nangis? Sshhhtt, gue nggak mau lo nangis lagi. Gue mau lo bayar semua kerugian yang gue derita!" Dia mendekatiku dengan wajah sok iba. Aku kesal. Masalahnya dia hampir mengambil ciuman pertamaku. Ikh, ngeselin! PLAAAKKKK Sebuah tamparan ku tuju...