Malam pun telah tiba. Angin malam mulai membius setiap cakrawala dunia, bahkan daunpun rela jatuh berguguran. Sepertinya mendung dengan sengaja menghiasi langit di atas sana. Hingga beberapa saat kemudian, turunlah rintik hujan yang disebut gerimis. Semakin lama, hujan semakin deras dan deras. Badai pun turut meramaikan suasana kelam di luar sana. Semakin kelam dan mencekam.
"Nathan, elo mau makan lagi nggak?" tanya Navia.
"Nggak usah. Lo lanjutin belajar aja gih. Gue bisa bikin makanan sendiri." jawab Nathan sambil memainkan game di ipad kesayangannya.
"Beneran?" tanya Navia lagi.
"Iya cantik! Lo lanjutin belajar, biar nilai IPK elo bagusan dikit! Nggak terus-terusan terancam jeblok akut! Malu gue kalo nilai IPK elo nggak bisa tiga koma." jawab Nathan.
Navia mendengus kesal. Niatnya ingin memberi perhatian, eh malah ditolak mentah-mentah. Itupun diberi embel-embel penghinaan yang menyesakkan dada!
'Hayati sakit hati Bang....!' batin Navia.
"Lo kenapa?" tanya Nathan dengan tatapan penasaran.
"Gapapa!" jawab Navia ketus.
Nathan hanya ber'oh' ria merespon jawaban Navia.
'Namanya juga wanita. Dikit-dikit ngambek tanpa alasan yang jelas! Hadeuh, gue bingung kalo nanganin kasus kayak gini!' batin Nathan.
"Gue ke kamar yah! Selamat malam!" kata Navia mengakhiri malam perpisahan dengan Nathan.
"Loh, ini kan baru jam setengah delapan, Nav? Buru-buru amat!" tanya Nathan sambil menaruh ipad-nya di meja.
"Gapapa! Gue mau istirahat aja. Daripada hati gue dongkol lama-lama di sini!" gerutu Navia.
Nathan menggeleng-gelengkan kepalanya. Bingung dengan kelakuan ngambek Navia tanpa alasan.
"Lo kenapa sih?" tanya Nathan mencegah Navia menaiki tangga lantai dua.
"Gue bilang gapapa! Terserah lo mau apa! Gue mau ke kamar. Apa ada yang salah?" kata Navia balik tanya.
"Setidaknya lo bilang ke gue, apa yang buat lo kesel?"
"Nggak usah! Cukup tau! Gue udah paham! Lepasin gue!!" pekik Navia.
"Baiklah!" kata Nathan.
Nathan melepas lengan Navia yang tadi dipegangnya erat-erat. Membiarkan Navia menaiki tangga lantai dua untuk menuju kamar Navia.
'Ada apa dengan Navia? Kok aku nggak paham juga dengan isi hatinya? Apa dia ngambek gara-gara gue? Karena gue menyebut IPK-nya dengan kata jeblok akut. Apa karena hal sepele itu? Yah, bisa jadi! Navia adalah wanita baper menurut gue. Baiklah, udah terlanjur ngambek juga sih dianya. Mau diapain lagi? Paling nanti juga ilang sendiri ngambeknya. Lanjutin aja deh biar lo puas kesel sendirian di kamar lo. Gue mau lanjutin game gue yang sempet ke-pending!' batin Nathan.
***
"Nathan memang nggak peka jadi pria! Pria macam apa dia itu? Nggak bisa memahami perasaanku. Apa sih susahnya pahamin aku yang berniat perhatian sama dia. Kalo nggak mau yaudah! Tapi nggak usah ngatain IPK-ku dengan sebutan jeblok akut! Gini-gini, aku bukannya bodoh. Tapi, terkadang nggak niat aja buat belajar serius. Aku banyak malesnya. Tapi seenggaknya dia kasih dukungan buatku. Minimal votes status aku gitu! Ah bukan! Dia harusnya kasih dukungan semangat buatku. Bantuin permasalahan belajarku. Jika aku mentok pada suatu materi yang tak bisa ku selesaikan, seharusnya dia membantuku. Bukan mengejekku dengan penistaan moral! Jujur, aku kesal padanya!" kata Navia uring-uringan di kamarnya, yang hanya didengar olehnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MAID & SEXY BOSS
Romance"Lo nangis? Sshhhtt, gue nggak mau lo nangis lagi. Gue mau lo bayar semua kerugian yang gue derita!" Dia mendekatiku dengan wajah sok iba. Aku kesal. Masalahnya dia hampir mengambil ciuman pertamaku. Ikh, ngeselin! PLAAAKKKK Sebuah tamparan ku tuju...