37

21.5K 494 12
                                    

"Bas, kenapa tadi lo maen kabur aja. Pake narik gue segala! Kasar pula. Harga diri gue sebagai artis high class seakan turun pamor. Nanti kalo di media ada pemberitaan miring tentang gue, awas aja! Gue akan buat perhitungan sama lo!" umpat Grinda kesal.

Bastian masih terpekur di kursi kerja kesayangannya. Sebenarnya masih memperhatikan ocehan Grinda secara keseluruhan, tapi sikapnya seakan tak acuh menanggapi Grinda.

"Bas, apa lo punya ide yang lebih bagus buat tujuan kita? Jujur, gue udah nggak bisa berpikir jernih lagi!" kata Grinda.

"Gue mau culik Navia." ujar Bastian.

"APA?? LO GILA???" pekik Grinda.

"Gue belum gila. Tapi gue akan bener-bener gila jika Navia nggak bisa gue miliki. Dia harus jadi milik gue!" seru Bastian.

"Tapi bagaimana? Apa lo akan langsung bawa kabur tuh cewek murahan gitu aja? Serius lo??" selidik Grinda.

"GRINDA!!! Jaga bicara lo! Navia itu wanita gue! Jadi jangan sembarangan menyebutnya sebagai cewek murahan. Menurut gue, dia jauh lebih baik daripada lo. Gue harap lo jangan meremehkannya! Dia itu akan jadi calon sepupu lo!" omel Bastian.

Grinda diam seketika. Hanya mulutnya yang komat-kamit, tapi tak mengeluarkan suara apapun.

'Nyesel banget gue menjalin kerja sama bareng Bastian. Gimana gue bisa ngejambak dan mencoreng muka cantik Navia dengan tangan gue? Menyebut dirinya sebagai cewek murahan saja, sangat diharamkan! Sepupu macam apa yang membela orang yang belum jelas, ketimbang gue yang notabene sepupunya sendiri.' batin Grinda.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Bastian.

"Gue nggak ngomong apa-apa! Yaudah deh, selamat bekerja! Gue mau pulang. Ngademin diri!" ujar Grinda ngambek.

***

Navia sibuk membereskan bajunya yang berserakan di ranjang, untuk selanjutnya dimasukkan ke kopernya.

"Lo mau pergi hari ini?" tanya Nathan.

"Iya. Lo dah liat kan, gue lagi apa sekarang?" kata Navia balik tanya.

"Tapi ini kan udah malem?"

"Gapapa, Nathan. Lebih cepat lebih baik kan? Lagipula, Mama Alif udah booking hotel buat gue dan Ibu-Bapak. Jadi, sebaiknya gue dan ortu gue harus cabut dari sekarang!" kata Navia tanpa menatap Nathan, masih sibuk memasukkan baju ke dalam kopernya.

"Besok aja pindahannya! Gue belum siap berpisah dari elo! Sini, gue mau peluk lo! Satu lokasi aja masih kangen, gimana kalo harus dipisah? Gue mana kuat jauh dari elo?" ujar Nathan.

Navia mendekatkan tubuhnya ke Nathan yang sudah bersiap menampung Navia ke dalam pelukannya. Mereka berpelukan. Navia tau, betapa sayangnya Nathan padanya.

"Lo tau kan kalo gue sayang sama lo? Gue begini bukan untuk pencitraan, melainkan karena pembuktian dari hati gue. Navia, lo beneran sayang sama gue kan?"

Navia menatap wajah Nathan yang tak menatapnya, Nathan menatap lurus ke arah jendela.

"Lo tampan. Beruntung yah jadi Navia! Wanita manapun akan bersenang hati menggantikan posisi gue sebagai wanita yang lo cintai." kata Navia.

"Yee.... emang gue cinta sama lo?" tanya Nathan sembari mengerutkan alisnya saat menatap Navia.

Navia segera mencubit pinggang Nathan dengan gemas, hingga Nathan memekik kesakitan.

"Eh ada apa?" tanya Ibu Navia yang tiba-tiba sudah ada di belakang Navia dan Nathan.

Nathan dan Navia buru-buru melepas pelukan mereka. Navia menahan rasa malu, sementara Nathan pura-pura bersikap santai.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang