16

37.6K 1K 7
                                    

"Navia, segera bersiap-siaplah! Sejam lagi kita jalan!" perintah Nathan bagaikan diktator.

"APA??? Gue ada janji hang out sama anak-anak kampus. Nggak bisa ikut lo! Lo bisa kan pergi sendiri!" penolakan Navia.

Navia memeluk Navia yang sedang mengelap meja kerja Nathan, karena keduanya ada di sana. Navia sempat mengelak dan menjauhkan tangan Nathan dari tubuhnya. Tapi tetap saja tak bisa. Nathan jauh lebih kuat dari Navia.

"Mau ya?" pinta Nathan sembari mengecup pipi Navia yang sejak kapan sudah tampak memerah.

"Gimana ya?"

"Navia sayang.... mau ya? Janji deh, apa yang elo mau, gue beliin! Lo mau handphone, laptop, apa perhiasan? Sebutkan!"

Navia menyikutkan siku tangannya ke perut Nathan sekuat tenaga.

"Aww sakit!" pekik Nathan yang langsung memegangi perutnya.

"RASAIN!!!" teriak Navia kegirangan.

Nathan kembali duduk di kursi kerjanya. Tetap memegangi perutnya. Navia beralih mengelap hiasan yang terbuat dari kaca. Hiasan berbentuk patung gadis cantik berukuran mini.

"Eh tunggu, ini kayak gue kenal deh! Patungnya kok... MIRIP GUE???"

"Emang iya? Kenapa?" tanya Nathan.

"Jadi bener? Gapapa sih. Iya deh gue mau ikut elo. Tapi gue nggak mau minta apa-apa sama lo. Lo pikir gue wanita bayaran gitu? Sorry, gue nggak kayak gitu!" tandas Navia.

"Yaelah, nggak usah sewot juga. Cepetan siap-siap gih!" perintah Nathan sambil melenggang pergi ke kamarnya.

Navia masih mematung, melihat punggung Nathan yang meninggalkannya.

"NAVIA!!!!" teriak Nathan.

"I... iya...!!!!" seru Navia gelagapan.

***

Navia menggandeng lengan Nathan saat memasuki ballroom. Perhatian publik dan awak media, tertuju pada mereka. Beberapa pose mereka, tak luput dari bidikan kamera pengintai. Navia berjalan malu-malu, lebih mendekatkan tubuhnya dengan Nathan. Sebisa mungkin membenamkan tubuhnya di balik tubuh Nathan. Tapi Nathan selalu memposisikan agar Navia tetap terlihat oleh kamera.

"Biasakanlah bersahabat dengan kamera. Ini dunia kita!" bisik Nathan.

"Baiklah." kata Navia pelan.

Nathan mengajak Navia duduk di bangku bagian tengah. Di meja mereka, telah tersaji beberapa hidangan pembuka.

"Hai Nathan!" sapa seorang wanita bergaya lumayan fashionable, yang menyebabkan Navia dan Nathan menoleh seketika.

"Apa kabar?" tanya wanita itu lagi.

"Baik!" jawab Nathan singkat.

"Nona Grinda Monika, Tuan Bastian menunggu Anda di privacy room!" kata seorang pelayan hotel bernama Kinos.

"Baiklah. Lima menit lagi, aku ke sana." Grinda kembali fokus menatap Nathan. "Apa kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi?"

Nathan menatap Grinda dengan tatapan horor. Grinda berusaha memberikan senyuman termanisnya untuk Nathan. Dan Navia? Tentu hanya gigit jari memandang dua insan di depannya.

"Kita? Maksud lo apa? Gue udah nggak ada urusan sama elo. Gue sibuk!" jawab Nathan ketus.

"Iya kita. Siapa lagi selain kita berdua?"

"Cukup Grinda! Gue nggak mau berurusan sama elo. CUKUP!" kata Nathan menahan emosi.

Navia mengenggam tangan Nathan. Nathan merespon positif.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang