51

14.2K 414 6
                                    

Navia sudah diperbolehkan pulang ke apartemen. Dengan senang hati, Nathan membawa Navia dan Kevin Arnavy pulang. Ortu Nathan dan Reno juga ikut mengantar mereka kembali menuju apartemennya. Terlebih ortu Nathan akan menginap selama beberapa hari ke depan di apartemen Nathan.

"Akhirnya, aku bisa kembali ke apartemen kesayangan." bisik Navia pada Nathan.

"Iya dong. Kamu kan sudah pulih seperti sedia kala. Lagi pula, capek ah tidur di sofa Rumah Sakit. Nggak ada enaknya sama sekali. Mending di apartemen, bisa tidur di ranjang sepuasnya!" seru Nathan yang membuat semuanya tertawa.

Reno tampak cekikikan menahan tawanya.

"Hei Reno, lo kenapa? Ngetawain gue? Iya boleh, silakan aja. Nanti kalo istri lo lahiran, lo bakal tau akibatnya. Puasa oh puasa!" seru Nathan kesal.

"Ren, bisa tolong bantu Tante angkatin koper ini nggak?" pinta Mama Nathan pada Reno.

"Kok Reno, Ma? Anak Mama kan Nathan?" tanya Nathan yang hanya mendapat senyuman sinis dari Mamanya.

"Gapapa, sekali-kali minta diperhatiin sama Reno." kata Papa Nathan.

"Oke fix, Nathan diabaikan untuk beberapa saat!" ujar Nathan pura-pura ngambek.

"Itu Kevin lagi tidur yah? Ditidurin di box bayi aja, Nav!" perintah Mama Nathan.

"Iya Ma. Yaudah, aku ke kamar dulu ya, Ma." kata Navia.

"Biar ku antar, Sayang!" ujar Nathan.

Nathan memegangi Navia menaiki anak tangga dengan penuh hati-hati. Terlebih Navia menggendong anak mereka, Kevin Arnavy.

"Ini mau ditaruh dimana, Tante?" tanya Reno.

"Di kamar tamu itu aja! Yah di sana! Tapi makasih yah sebelumnya." kata Mama Nathan.

"Oh iya, Tante. Sama-sama." kata Reno.

Reno menaruh koper dan barang bawaan ortu Nathan menuju kamar tamu.

Di kamarnya, Navia menaruh Kevin di box bayi. Kevin masih tidur dengan pulasnya.

"Kevin masih pulas tidurnya. Kira-kira dia sedang bermimpi tentang apa yah? Mungkinkah dia sudah bisa menerka bagaimana wajah Papa dan Mamanya?" tanya Navia pada Nathan, tapi pandangannya berfokus pada jagoan kecilnya.

"Mungkin sudah. Dia pasti paham. Dia seharusnya udah tau dari awal bagaimana dia bisa setampan itu kalo nggak dapet warisan ketampanan dari Papanya." kata Nathan dengan menyunggingkan senyumnya.

"Ya Tuhan, betapa sombongnya dirimu!" ujar Navia kesal.

"Hahahaaa... Iya begitu dah kalo syirik. Makanya jadi pria dong biar tampan kayak aku." kata Nathan.

"Trus kalo aku tampan, emangnya situ mau sama aku?" tanya Navia.

Nathan mencerna kembali ucapan Navia. Berpikir keras apa yang sebenarnya dikatakan oleh Navia.

"Masa jeruk minum jeruk?" tanya Nathan bergidik.

Tiba-tiba Kevin menangis. Dengan sigap, Navia mengambil Kevin dari box bayi dan menggendongnya. Tapi karena masih menangis, akhirnya Navia memilih duduk di tepi ranjangnya. Diberinya air penyambung kehidupan untuk Kevin. ASI.

"Yah, kamu merebut jatah Papa ya! Kamu jahat sekali!" goda Nathan.

"Dia putraku yang terbaik. Jagoan kecil Mama yang nantinya akan melindungi Mamanya bila Papanya menyakitinya." ujar Navia.

"Siapa bilang? Bahkan sekarang pun dia sudah berani berperang denganku secara terang-terangan. Kau tau, dia merebut hak yang ku miliki. Aku bisa apa?" rengek Nathan.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang