11

44.6K 1.1K 1
                                    

Nathan menggendong Navia seperti bridal yang baru menikah. Tak ada yang melihat mereka, kecuali petugas keamanan apartemen. Navia masih lelap dengan tidurnya. Jadi, dia tak menyadari seberapa berat tubuhnya dalam gendongan Nathan.

Perlahan, Nathan merebahkan tubuh Navia di ranjangnya. Lagi-lagi, Navia tak menyadari. Masih bertahan dalam kungkungan mimpi indahnya. Nathan masih terpaku mengamati gadis yang dicintainya tertidur pulas. Sesekali Nathan membelai dan mencium rambut Navia.

'Cantik...' batin Nathan.

Nathan menanggalkan jas dan kemeja yang dipakainya. Berganti dengan t-shirt yang lebih santai. Dilihatnya Navia mulai menggeliat. Mulai tak nyaman dengan tidurnya. Dress yang dipakainya membuatnya susah bergerak. Nathan memulai memutar otak. Terbesit untuk melepas dress yang Navia kenakan.

'Kira-kira dia marah nggak ya? Tapi kalo nggak diganti bajunya, kasian dia. Nggak usah deh. Mana tidurnya kebo banget. Tapi tetep manis sih!' batin Nathan.

Navia mengeliat lagi. Dan itu membuat Nathan makin kesulitan mengontrol libidonya yang naik turun. Sebagai laki-laki normal, Nathan bisa apa? Nathan memposisikan tidur di sebelah Navia. Satu tangannya menyangga kepalanya. Satunya lagi sibuk membelai rambut Navia. Dengan catatan, sangat hati-hati.

Suhu ruangan semakin dingin. Navia mulai menggigil kedinginan. Nathan segera meraih selimut untuk menutupi tubuh Navia dan tubuhnya. Navia mengeliat lagi. Tubuhnya bergeser mendekati Nathan. Wajahnya mendusel-dusel dada bidang Nathan. Tak hanya itu, tangannya pun ikut meraba perut rata Nathan dari balik t-shirt nya yang longgar.

"Kayak ada si otak mesum Nathan." kata Navia tanpa membuka matanya.

Nathan tersenyum mendengar perkataan spontan Navia.

'Nakal ya kamu! Si otak mesum? Semesum itukah aku?' pikir Nathan.

Navia memeluk Nathan selayaknya memeluk bantal yang empuk. Nathan hanya mengerjapkan matanya beberapa kali. Menelan salivanya berulang-ulang.

Pertama: dadanya terasa sesak oleh pelukan Navia yang boleh dibilang sangat erat.

Kedua: dada sintal Navia telah bersentuhan dengan dada Nathan.

Ketiga: otak mesum Nathan kembali bekerja.

Keempat: Nathan tak bisa lagi mengendalikan kekuatan mesum yang tengah menguasai dirinya.

Nathan tak bisa diam. Tangannya mulai bergerilya mencari kesempatan dalam kesempitan. Berusaha membalas pelukan Navia dengan meloloskan sebelah tangannya dari cengkeraman Navia.

DEG. Jantung Navia seakan berhenti sampai disitu. Setengah kesadarannya kembali ke permukaan. Berharap apa yang dilihat hanyalah kamar kostannya yang berantakan dan dirinya seorang.

Navia membuka matanya. Samar-samar dia menyadari empuknya kasur, tempat tubuhnya berlabuh. Seperti mimpinya selama ini yang menginginkan kenyamanan dalam tidur. Tapi tunggu! Suasana kamar yang rapi, mewah, dan berkelas, mengingatkan Navia pada sesuatu.

"Kayak kamar si otak mesuk Nathan!" kata Navia.

"Emang!" seru Nathan yang masih memandangi Navia dengan sepenuh hati.

Navia menoleh ke arah sampingJantung Navia terpacu lebih cepat dari biasanya. Antara gugup, takut, dan malu bercampur jadi satu.

"Lo? Kok lo ada di sini?" tanya Navia dengan mimik muka menyelidik.

"HAH? Kok malah nanya ke gue. Harusnya gue yang nanya ke lo. Lo ngapain tidur di ranjang gue?" tanya Nathan balik.

Navia mendengus kesal. Bibirnya dikerucutkan sekerucut mungkin. Navia menyingkap selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang