Sudah datang malam, tapi belum begitu larut. Nathan masih sibuk mengamati email laporan dana pelelangan yang didapatnya dari Reno. Nathan mengunci dirinya di ruang kerjanya. Memang Navia tak mungkin membuat keributan, Kevin pun demikian. Tapi Nathan memerlukan waktu untuk fokus terhadap pekerjaannya.
"Semuanya sudah sangat jelas! Reno telah mengerjakan tugasnya dengan baik. Dia memang serba bisa. Tak salah aku milih dia sebagai orang kepercayaan. Meski kepercayaanku padanya tak lebih besar dari Navia. Ya iyalah, Navia lebih dari segalanya." kata Nathan.
Sementara itu, Navia tak sengaja mendengar perkataan Nathan dari balik pintu. Dia hanya tersenyum kecil dan kemudian berlalu agar Nathan tak tau bahwa dirinya sempat mendengarkan perkataan Nathan. Tapi sayangnya, tangan Navia harus menyenggol sebuah vas bunga kaca. Jatuhlah vas bunga tersebut sedemikian rupa.
"PRANGGG....!!" suara benda jatuh, yang juga didengar oleh Nathan.
"Suara apa itu?" seru Nathan, langsung bergegas membuka kunci pintu dan melihat kondisi sekitar.
Nathan melihat Navia sedang mencoba membereskan pecahan vas bunga di lantai.
"Aww...!!!" rintih Navia.
Tangan Navia terkena pecahan vas bunga. Akibatnya darah segar mengalir membasahi jari manis tangan kanan Navia.
"NAVIA!!!" teriak Nathan gusar dan segera mendekati Navia.
Nathan meraih tangan Navia. Spontan memasukkan jari manis tangan kanan Navia ke dalam mulutnya. Lalu menghisap darah yang keluar dari jari manis tangan kanan Navia.
"Nathan...." lirih Navia, menatap Nathan dengan penuh keharuan.
'Suamiku... sungguh aku makin sayang padamu. Perhatian dan kasih sayangmu benar-benar luar biasa. Aku mencintaimu sayangku...!' batin Navia.
"Udah. Bagaimana rasanya?" tanya Nathan.
"Rasanya kaya ada manis-manisnya gitu." jawab Navia ngasal tapi malu.
"Aku jadi bingung. Apa yang sedang terjadi sesuatu dengan dirimu sayang?" tanya Nathan.
"Tak ada apapun yang terjadi denganku. Hanya saja, aku makin cinta padamu. Itu saja." jawab Navia sambil menunduk.
Navia tak kuasa menatap wajah suaminya yang super duper ganteng level 10.
"Baiklah, ayo kita ke ruang tengah. Aku akan memberimu alkohol." kata Nathan, bersiap menggandeng lengan Navia.
"Tidak! Jangan lakukan itu padaku! Aku sungguh tak ingin melarutkan setetes senyawa alkohol dalam tubuhku. Aku tak mau! Ku mohon, jangan paksa aku untuk mengikuti kemauanmu yang tak beralasan itu. Jangan buat aku menyesal dengan segala pujian yang tercetus untukmu." pinta Navia memelas.
Nathan menatap Navia penuh tanya. Mata Nathan seakan menjelajahi setiap detail lensa mata Navia. Nathan berusaha mencari tau apa yang sedang dipikirkan Navia.
"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Navia.
Nathan menghembuskan nafas. Kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Di sanalah, ia mengambil posisi duduk di atas sofa panjang. Navia turut mengikutinya.
"Nav, aku bingung. Kok kamu jadi aneh ya hari ini? Apa kamu sedang sakit? Apa kamu sedang ada masalah? Apa kamu..." Nathan belum menyelesaikan pertanyaannya.
"Kamu yang aneh! Ngapain juga ngajakin aku minum alkohol? Itu kan nggak boleh! Aku juga bukan tipe pemabuk. Aku nggak maulah ikut-ikutan bermabuk ria kayak kamu. Aku nggak bisa ya! Jadi, ku mohon jangan paksa aku. Aku telah membuat keputusan sedemikian rupa. Hargai aku!" ucap Navia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MAID & SEXY BOSS
Romance"Lo nangis? Sshhhtt, gue nggak mau lo nangis lagi. Gue mau lo bayar semua kerugian yang gue derita!" Dia mendekatiku dengan wajah sok iba. Aku kesal. Masalahnya dia hampir mengambil ciuman pertamaku. Ikh, ngeselin! PLAAAKKKK Sebuah tamparan ku tuju...