Happy reading_
•••
Dekap erat lukamu, hingga luka itu bisa menjadi obat penyembuh.
—Recaka•••
"Wait, Aya lo kenal suara siapa itu?" Kini semua mata fokus melihat Alayya. Gadis itu nampak menganggukkan kepala."Siapa?" desak Nuha ingin cepat mengetahuinya ditambah melihat respon Alayya yang membuat mereka semakin penasaran.
"Aya selesein masalah ini sendiri, kalian jangan ikut." Keputusan Alayya tentu saja langsung dipertanyakan, bagaimana bisa menghadapi sendiri sedangkan Alayya saja bisa dijebak dengan mudah.
"Gila lo!" pungkas Jovan masih tak percaya, mendengar keputusan Alayya.
Sontak dia menoleh melihat mereka satu-satu. "Kalian percaya sama aku, 'kan?" Dengan cepat mereka mengangguk serempak.
"Tapi gue nggak bisa biarin lo bahaya, so jangan ambil keputusan tergesa-gesa," saran Aegir mengusap pelan kepala adiknya. "Abang ... biarin Aya mandiri, ya ini masalah biar aku selesein sendiri, aku bisa kok."
"Yakin?" ulang Tirta melihat kepercayaan diri Alayya yang tinggi. "Iya, Kak."
"Baiklah," sahut Tirta mendukung keputusannya. "Lha, Kak. Entar kalau ada yang nyakitin Aya gimana?"
"Bener apa kata Nuha, kita nggak akan ngebiarin dia sendiri." lanjut Jovan masih tidak setuju dengan keputusan final mereka. "Dia mau usaha sendiri, tugas kita mendukungnya."
"Tapi ...." Melihat Nuha yang banyak omong, Valdrin dengan kesal menempeleng kepalanya. "Lo banyak bacot, Nyet!"
Nuha meringis dengan salah satu tangan mengelus kepalanya, berteman sama Valdrin berasa latihan fisik setiap hari. Meski berat dan tidak setuju, pada akhirnya Nuha dan Jovan tetap mendukung keputusan Alayya.
Pada akhirnya Alayya berusaha mencari sendiri dengan berbekal ponsel dan beberapa bukti yang menjadi penuntunnya, dia mencari akun seorang gadis yang suaranya tertangkap di rekaman Valdrin.
"Zoey Zahira under score zy dot triple five!" serunya langsung ketemu.
"Cukup menarik," puji Alayya saat membuka halaman akunnya, dia menemukan jumlah followers ribuan dan postingan yang bisa dibilang selalu estetik nan bertempat mewah.
Perhatiannya langsung terfokus pada salah satu video yang di posting, lebih tepatnya video birthday part baru beberapa jam yang lalu.
"Pantomim?" Alayya melihatnya dengan seksama, terlihat seorang gadis yang mengenakan gaun bernuansa hitam dengan mahkota di kepalanya ketakutan begitu pertunjukan pantomim digelar. "Thanks for everything, Dad and mommy. Birthday party yang bener-bener menegangkan, tapi seru. Terima kasih atas prank dan kado special di usia enam belas tahunku!"
"Oh, jadi dia punya phobia pertunjukkan pantomim?" Senyuman nakal Alayya terbit begitu saja, dia memeriksa kembali hingga postingan pertama yang Zoey unggah. Tidak lupa dia juga memeriksa akun beberapa orang terdekat Zoey atau sering muncul di berandanya. "Menarik sekali."
Dia segera menghubungi salah satu teman SMP-nya yang dulu waktu wisuda menampilkan pertunjukkan pantomim.
Terlintas sebuah ide di pikiran Alayya lagi, tapi saat ia merancang tiba-tiba Aegir pulang dari angkringan.
"Belum tidur, Ay?" Setelah meletakkan tas di kamar, Aegir keluar lagi untuk membersihkan diri. "Hehehe, belum, Bang. Lagi cari ide."
Sebelum Aegir kembali dia harus merampungkan semuanya, dia tidak boleh merepoti abang atau anak Asbara yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
RECAKA [END]
Fiksi Remaja"Syarat hidup cuma satu, Ay." -Aegir Bhairavi. "Apa, Bang?" -Alayya Nalani. "Bernafas." -Aegir Bhairavi. Mereka kakak beradik yang tidak pernah tahu keberadaan orang tua dan dijadikan mesin penghasil uang pamannya. Melodi lautan dan ketenangan langi...