072. Rencana

305 30 6
                                    

Happy reading_

•••

Setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua.
—Alayya Nalani

•••


"Cielah yang lagi ultah diem-diem bae," cetus Nuha membuat Jovan menggeleng pelan, memang dah ada-ada saja sahabatnya ini. "Really? Traktir kuy bisa kali!"

Sahutan dari Valdrin nyaris membuatnya tersedak. Laki-laki itu menatap tajam keduanya.

"Nggak usah natep gue kek gitu. Gue bukan Cha—" Jovan langsung membekap mulut Valdrin, dia tahu apa yang akan keluar dari mulutnya. "Diem, ckckck."

Nuha yang tahu gelagat mencurigakan darinya langsung menyipit, "Cha apa? Cha siapa ... aaa, pasti simpenan lo, 'kan?"

"Mulut lo! Nikah aja belum udah punya simpenan," cetusnya sembari mengelap tangan di kemeja berwarna putih Valdrin. "Njir, emang baju gue lap meja."

"Sorry, sebelas dua belas dih, hahaha." Tawa mereka terdengar renyah, sedang Valdrin mengerang kesal.

"Gue sumpahin ...."

"Gue sama ayang Yola langgeng sampai nikah, aamiin," sahut Nuha dengan cepat. "Buat Jono nyet, bukan buat lo!"

"Lha sama ae."

Tak lama Tirta datang disusul Alayya dan Aegir yang baru saja dari kantor pak Airlangga, untuk mengurus surat-surat lomba.

"Suara lo keras banget, njir. Dari pintu masuk udah kedengeran!" seru Aegir duduk di hadapan Nuha, begitu pula dengan Alayya yang langsung duduk di sampingnya. "Nah, nih pelakunya! Suara cempreng udah gitu volumenya tinggi, udah kayak sound sistem yang rusak!"

"Kebalik, nyet. Suara lo yang kek tong kosong!" ujar Valdrin tidak terima.

"Eh, Gir. Lo mau lomba lagi?" tanya Jovan saat mengetahui Aegir akan lomba. "Yeah, doakan saja. Kenapa?"

"Mau diajak liburan sama Jono, itung-itung pajak umur ceunah," canda Nuha masih belum berhenti. "Anjir, lo ultah? Selamat bree."

"Selamat apa?"

"Selamat ulang tahun, semoga husnul khatimah, dan disegerakan aamiin." Perkataan Aegir, sontak yang didoakan mengetuk meja tiga kali. "Amit-amit dah, nggak mau gue mati muda. Kalau nikah muda sih gass!"

"Disegerakan keinginannya. Terkabul gitu maksud gue." Aegir memukul lengannya pelan.

"Udah, sekarang gimana? Jadi nggak liburannya?" Nuha malah ngebet pengen liburan, menurutnya otak harus sesekali istirahat biar nggak jenuh menerima pelajaran.  "Heh, lo ngidam apa gimana! Ngebet banget!"

Tirta yang sejak tadi diam saja akhirnya angkat suara sebab melihat antusias Nuha yang sangat tinggi. "Liburan ke pantai hari minggu gimana?"

"Lha, cuma sehari dong!" kesalnya dengan bahu yang merosot. "Heh, curut! Udah ditawarin pakai kecewa segala, aneh lu! Lagian lo nggak tau si setan sultan cucu ketua yayasan terus si Aegir anaknya KEPSEK! Apa kata dunia dunia jika mereka bolos buat holiday!!"

"Meneketehek. Elah, Jon. Nggak papa kali cuma kali ini, ya guys ya?" Nuha tertawa kecil saat menyadari hal itu. "Matamu sesekali, yang ada udah jadi sambel kali gue."

"It's okay dah serah lu pada! Emang minggu kapan, Kak?" Pada akhirnya dia setuju, lebih-lebih ini adalah kali pertama asbara full team ke suatu tempat. "Minggu ini gimana?"

Bukan tanpa alasan Tirta ingin mempercepat agenda mereka, tapi melihat padatnya kegiatan sekolah dan Aegir yang akan lomba di bulan depan. Tirta ingin segera mempercepatnya agar tidak terlalu dekat dengan hari H, dia hanya khawatir akan mempengaruhi latihan Aegir.

RECAKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang