Happy reading_
•
••
Aegir membukakan pintu dengan santai dia bertanya perihal kedatangan mereka, sedangkan Valdrin dan Nuha sudah geram dengannya.
"Di mana Aya?" tanya Valdrin to the poin, dia mengepalkan tangan kuat-kuat. "Gue udah bilang, gue nggak tau ... lo budeg apa gimana!"
"Cepet katakan, anjing!" Nuha yang tak sabaran langsung membogem rahang Aegir keras. "Sabar dulu, Ha."
"Nggak bisa gue, Kak. Kalau ngadepin orang kek gini ... lo ingat, 'kan Aya hampir aja mati gara-gara dia," jawab Nuha menatap Aegir horor, laki-laki itu menautkan alis. "Gue nggak tahu dia di mana, harus berapa kali gue bilang bangsat!"
"Terus kenapa lo di sini! Kenapa motor lo ditaro di belakang? Lo pikir kita bodoh!" sinis Jovan ikut bicara, sejak tadi dia dan Tirta yang paling stabil emosinya karena dia tahu Aegir masih sahabatnya.
"Ya ... ini rumah gue, nggak ada hak lo buat ngelarang gue untuk melakukan apapun di rumah sendiri." Aegir tertawa renyah kemudian berkata, "Se-istimewa apa Alayya, sampai lo rela mukul orang demi dia? Dia cuma cewek murahan! Bahkan bisa ditukar dengan uang."
Brak!
Kali ini baik Valdrin maupun Nuha langsung mengajarnya habis-habisan, tak memandang dia siapa. Yang pasti, ketika ada orang yang merendahkan Alayya mereka tidak akan terima.
"Busuk!"
Berbeda dengan Tirta yang memilih diam saat Aegir dihajar mereka, sekarang Tirta setuju dengan apa yang Valdrin dan Nuha lakukan. Sudah sepantasnya Aegir mendapat hukuman.
Namun, tanpa mereka sadari anehnya Aegir tidak menangkis atau membalas serangan mereka. Padahal kalau mau dia bisa saja mengalahkan mereka dengan mudah.
Di sisi lain seorang gadis yang saat ini memeluk lututnya sendiri berada di atas lemari. Cemas bukan main, ditambah suara baku hantam dari ruang tamu membuat dirinya penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi.
Dia ingin melihat, tapi teringat dengan kata Aegir jika dia tidak boleh keluar sebelum dia kembali.
"Janji sama gue lo tetep di sini, ya." Aegir membantu Alayya naik lemari. "Tapi kenapa?"
"Aya, cobalah mengerti posisi gue. Lo mau gue habis di tangan mereka?" Jelas, gadis itu menggeleng. "Ya udah, lo di sini dulu biar gue yang ngadepin mereka."
Namun, saat terdengar bentakan dari Valdrin dan Nuha yang paling mendominasi Alayya bertambah cemas kenapa Aegir sama sekali tidak terdengar suaranya.
"Apa mereka menghabisinya?" Dia was-was, kemudian turun lemari lebih baik dia tahu apa yang terjadi urusan dimarahin Aegir belakangan.
*****
Setiap pukulan yang mereka beri Aegir merasakan betapa sakitnya menjadi Alayya belakangan ini, bukankah dengan begitu dia bisa tahu rasa sakitnya.
"Lo bilang Aya murahan! Cih, sebenarnya lo cowok apa banci! Lemes banget mulut lo!"
Alayya yang baru keluar kamar merasa tak bertenaga, melihat Aegir sudah babak belur di lantai dengan luka lebam di tubuhnya. Namun, Valdrin dan Nuha masih memukulnya.
"Kak, hentikan!" teriaknya menarik Valdrin dan Nuha dengan sekuat tenaga, dia tidak akan membiarkan tangan mereka menyentuh Aegir lagi.
"Aya?"
"Kamu di sini?" Melihat Alayya, Tirta menariknya agar tidak terkena pukulan Valdrin maupun Nuha, kini tatapan hangat Tirta ia balas dengan nanar. "Lepasin!"
![](https://img.wattpad.com/cover/302848331-288-k422298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RECAKA [END]
Fiksi Remaja"Syarat hidup cuma satu, Ay." -Aegir Bhairavi. "Apa, Bang?" -Alayya Nalani. "Bernafas." -Aegir Bhairavi. Mereka kakak beradik yang tidak pernah tahu keberadaan orang tua dan dijadikan mesin penghasil uang pamannya. Melodi lautan dan ketenangan langi...