032 - Best Brother

248 23 2
                                        

Happy reading_

•••

Pada akhirnya antara yang benar dan salah akan nampak secara jelas.
Recaka

•••


Konsentrasi Aegir terbelah, dia mencari keberadaan Alayya. Namun, sayang gadis itu sepertinya tidak ke sini akibat keteledorannya, lawan berhasil melemahkan kuda-kuda Aegir hingga membuat cowok itu kewalahan dalam menangkis serangan.

Brak!

Aegir sampai tersungkur ke tanah, membuat wasit menghitung mundur mulai angka sepuluh jika nanti Aegir tidak bangun itu artinya dia kalah.

"Shit! Kan gue bilang juga apa, masih sepuluh menit Aegir udah tersungkur aja tuh anak!" seru Nuha memukul pahanya sendiri, merasa greget dengan pertandingan kali ini. Mendengar hal itu Valdrin langsung menempeleng kepalanya. "Lo itu teman atau musuh Aegir?"

"Argrgh, kan gue bicara fakta!" balasnya mengusap kepala. "Daripada lo ngebacot, mending pikirin cara biar Aegir semangat terus bisa bangun lagi!"

"Eh, Jono lo kira gue dukun apa!" Seandainya bukan di sekolah, sudah Valdrin pastikan Nuha sudah habis di tangannya. "Sejak tadi pandangan Aegir muter."

Lyora yang sejak tadi fokus kemudian menyahut, "Iya, kayak nyari sesuatu."

"Adiknya di mana?" tanya Jovan langsung cepat mengerti apa yang Aegir cari, mereka menggeleng. "Tadi di kelas, bentar gue jemput dulu!"

Baru juga berdiri, Valdrin melihat seorang gadis masuk lapangan niat hati ingin ke Aegir. Namun, dihalangi penjaga.

"Anjir!" umpatnya segera turun tangan, sedangkan mata Alayya sudah mulai berkaca-kaca. Dia tidak ingin melihat Aegir terluka, tapi pada akhirnya dia juga tidak tega melihat Aegir berjuang sendiri.

Gadis itu langsung ke lapangan dan dari jarak jauh dia seakan mengusap kepala Aegir, sebelum penjaga masuk membawanya menjauhi lapangan agar tidak menganggu proses pertandingan.

"Abang, hentikan! Jangan dipaksa!" kata Alayya berusaha melepaskan diri dari pegangan penjaga, hingga Valdrin datang dan menenangkan gadis itu. "Ay, jangan dekat-dekat nggak boleh."

"Tapi, Kak. Bang Aegir ...," lirihnya belum mengalihkan pandangan dari Aegir, cowok itu masih belum membuka mata.

"Empat, tiga, dua ...." Waktu yang diberikan nyaris habis. Tiba-tiba laki-laki itu berdiri tegak lagi, seakan memberi komando dia sudah siap.

Valdrin membawa Alayya ke kursi tribun, agar tidak dimarahi penjaga. Mereka duduk di samping Nuha.

"Ststst, Ay. Jangan nangis," ujar Nuha ikut menenangkan Alayya dengan memberikan sebotol air mineral. "Aya nggak nangis!"

Wajah tegang Alayya seakan memperjelas isi hatinya sekarang, gadis dengan nama lengkap Alayya Nalani itu tidak pernah mengalihkan pandangan dari abangnya yang saat ini bertanding. Dia menekan seluruh egonya dan ke sini untuk melihat Aegir.

Tadi dia sempat hendak jatuh dari tangga, syukurlah tangannya mencekal erat pegangan tangga, tidak sampai jatuh. Saat dia menoleh, dia tidak menemukan siapa pun di sana.

Valdrin berulang kali menutup kedua mata Alayya saat Aegir terbanting ke tanah, dia tahu sebenarnya Alayya tidak bisa melihat Aegir pasrah seperti itu.

Meski telah jatuh berulang kali, tidak menyurutkan semangat Aegir untuk membalas serangan lawan hingga dewan juri merasa mereka mempunyai poin yang seimbang.

RECAKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang