Happy reading_
•••
Pada akhirnya semua mengetahui apa yang dirahasiakan.
—Recaka•••
"Kamu bisa memberikan obat ini kepada Aegir?" Pak Airlangga memberikannya kepada Alayya yang kebetulan duduk di kursi belakang menemani Aegir, sontak gadis itu mengangguk.Sekilas Aegir sudah memejamkan mata, tapi tak mengapa dia masih bisa membangunkannya. "Abang, bangun bentar. Minum obat, ya?"
Tidak ada respon, saat matanya sedikit terbuka Alayya membuka mulut Aegir lalu memasukkan obat itu ke mulutnya. "Minum airnya, Bang."
Dia memberikan pertolongan pertama Aegir sesuai arahan pak Airlangga, Alayya tidak ada rasa jijik ketika mengelap bekas tumpahan air di bibir Aegir.
Tak peduli bagaimana sikap Aegir padanya yang jelas kasih sayang Alayya tidak akan pernah berubah, entah dulu, sekarang, atau di masa depan.
Sesampainya di rumah sakit pak Airlangga turun duluan, sebelum membantu Aegir.
"Masih bisa jalan, Ryu?" Aegir mengangguk, padahal rasa sakitnya hanya berasal dari kepala. Namun, kenapa bisa meluruh hingga ujung kaki. Mereka memapah Aegir pelan-pelan.
Setelah mengantar Aegir ke dokter spesialis-nya, baik pak Airlangga ataupun Alayya keluar agar Aegir dapat ditangani dengan cepat.
"Baru hari ini Aya lihat Abang kayak gitu," celetuknya sembari duduk di kursi tunggu, tak sengaja pria itu mendengarnya. "Kamu tidak tahu apa yang terjadi?"
Hanya gelengan sebagai jawaban, karena selain itu dia sendiri masih bingung entah dengan perubahan Aegir ataupun apa yang menjadi penyebab Aegir sampai kesakitan seperti tadi.
Pak Airlangga mengembuskan napas pelan, kemudian menceritakan dari awal hingga kecelakaan itu menimpa Aegir.
"Dia ingin kabur sebenarnya, tapi malang tak dapat dihindari. Dia mengalami kecelakaan. Dia menerobos pembatas jalan dan menghantam bebatuan di jurang. Dengan bagian depan mobil udah remuk, bahkan saat pertama kali saya lihat, dia seperti bukan Aegir. Kamu bisa tanya sendiri ke Johan, bagaimana parahnya kondisi Aegir saat itu yang kalau dinalar mungkin dia tidak akan selamat, tapi kuasa Tuhan berkehendak lain. Hari itu saya sadar, saya telah gagal menjadi seorang suami dan untuk sekarang saya tidak mau gagal lagi menjadi seorang ayah."
Pak Airlangga menunduk sebentar, sebelum dia mengangkat kepalanya kembali. "Maaf, jika Aegir membuatmu repot. Saya sudah berusaha mencarikan pengobatan agar ingatan Aegir bisa kembali, tapi hasilnya masih belum terlihat."
Bukannya fokus pada pembahasan cerita Alayya malah fokus pada penyebutan papa.
Jadi, selama ini pak Airlangga adalah orang tuanya. Bahkan, sebelum kejadian Aegir sudah mengetahui hanya saja dia tak diberi tahu.
"Kenapa bapak manggil Abang dengan sebutan Ryu?!"
Pak Airlangga tersenyum simpul. "Itu nama kecilnya, saya dan Anggita—mamanya menamakan dia Ryu Aerta Airlangga. Namun, beberapa kejadian membuatnya berganti nama."
"P—papa?"
"Kenapa?" Alayya menggeleng, saat pak Airlangga menyebutkan jika Aegir mengakuinya sebagai saudara sepupu.
Alayya masih belum percaya jika Airlangga adalah papanya.
Pak Airlangga menepuk pelan pundak Alayya, tanpa aba-aba dia terlonjak kaget dan langsung berdiri seraya berkata, "Jangan sentuh gue, Ray!"

KAMU SEDANG MEMBACA
RECAKA [END]
Novela Juvenil"Syarat hidup cuma satu, Ay." -Aegir Bhairavi. "Apa, Bang?" -Alayya Nalani. "Bernafas." -Aegir Bhairavi. Mereka kakak beradik yang tidak pernah tahu keberadaan orang tua dan dijadikan mesin penghasil uang pamannya. Melodi lautan dan ketenangan langi...