Happy reading_
•••
Karena setiap manusia pasti menginginkan yang terbaik, tapi dia lupa untuk memperolehnya juga harus mengorbankan banyak hal.
—Recaka•••
"Habis ini waktunya, tetap tenang pandangan fokus ke depan," nasihat pak Arifin kepada Aegir, meski tahu ini bukan pertama kalinya mengikuti lomba tetap saja jika kehilangan fokus sedikit saja bisa tidak maksimal.Tadi setelah melihat arena dan kecepatan lari dari SMA yang bertanding duluan, Aegir kembali ke ruang ganti untuk mengambil sepatu khusus larinya.
"Iya, Pak," jawab Aegir sembari mengikat tali sepatunya kemudian melakukan pemanasan, agar ototnya tidak kaku atau cidera.
Saat tiba waktu bertanding, Aegir bersiap menuju lintasannya. Sebelum melakukan start jongkok, pandangannya lurus.
"Untuk Aya," katanya tersenyum tipis di tengah beberapa pelari yang mulai menempati start.
"Bersedia!" ucap starter membuat Aegir meletakkan salah satu lututnya di tanah dengan jarak sekitar satu jengkal dari garis start dan jarak antara kaki yang lututnya diletakkan dengan yang lain sekitar satu kepal.
Badan Aegir membungkuk ke depan, kedua tangan terletak di tanah lebih tepatnya di belakang garis start, selebar bahu jari-jari dan ibu jari membentuk huruf V terbalik. Kepalanya menunduk dengan leher rileks dan pandangan ke bawah.
"Siap!" Aegir mengangkat lutut yang tadi ia letakkan di tanah, kaki belakangnya membentuk sudut 120 derajat sedangkan kaki depannya membentuk sudut 90 derajat. Dia berkonsentrasi pada aba-aba selanjutnya.
"Yak!"
Begitu starter mengucapakan kata tersebut, Aegir dan peserta lain langsung berlari dengan kekuatan penuh.
Pak Arifin terus mengamati pergerakan Aegir yang nanti akan dijadikan bahan evaluasi untuk kedepannya, meski beberapa guru atau pelatih sekolah lain duduk. Pak Arifin tidak bisa setenang itu, melihat anak didiknya sedang berjuang.
Larinya sempat melemah, sebelum Aegir bertekad lebih kuat. Dia tidak boleh lemah sekarang, masih ada sesuatu yang harus ia dapatkan.
"Aya!" batinnya dalam hati seraya meningkatkan kecepatan berlari dan tentunya tetap menjaga keseimbangan.
Dari posisi nomor tiga Aegir menjadi nomor 2, tinggal beberapa langkah dia akan sampai di garis finish.
"Good job!" seru pak Arifin bertepuk tangan paling keras, dia langsung menghampiri Aegir yang saat ini sudah berada di garis finish.
Pria itu kembali melihat tayangan ulang Aegir di layar monitor yang sudah disediakan. Tercatat Aziel Oktavian dari SMA Star Light 13.8 detik sedangkan Aegir Bhairavi dari SMA Sky Ligth 13.7 detik. Hanya selisih sedikit.
"Congrats, Gir." Pak Arifin menyalami Aegir dengan penuh kebanggaan, baru kali ini dia mengantar pelari dari SMA Sky Light juara satu.
"Terima kasih, Pak." Aegir menundukkan kepala. "Jangan seneng dulu, setelah putaran satu kali lagi kamu final."
Jadi setelah bertanding satu kali, pelari tercepat nomor satu dan dua akan masuk final.
"Pasti," ujarnya seraya tersenyum lega, bukankah ini sebuah langkah yang baik.
Sedangkan di sisi lain terlihat beberapa gadis yang baru saja keluar ruangan X IPA 1 berselisih paham, ada yang masih belum puas dan ada yang tidak terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
RECAKA [END]
Teen Fiction"Syarat hidup cuma satu, Ay." -Aegir Bhairavi. "Apa, Bang?" -Alayya Nalani. "Bernafas." -Aegir Bhairavi. Mereka kakak beradik yang tidak pernah tahu keberadaan orang tua dan dijadikan mesin penghasil uang pamannya. Melodi lautan dan ketenangan langi...