002 - Berandalan

828 73 4
                                        

Happy reading_

***

Yang perlu ditakuti cuma orang tua, guru, dan Tuhan. Selain itu semua disama ratakan.
—Aegir Bhairavi

***


Aegir masuk melalui jalur beasiswa sedang Alayya reguler, keduanya sudah sampai di SMA Sky Light sekitar sepuluh menit yang lalu. Pandangan keduanya masih belum berhenti menelisik setiap pojok sekolah, terlihat mewah beberapa anak yang memakai dress code hitam putih berbondong-bondong masuk gedung lantai empat yang menjulang tinggi nan kokoh.

"Bagus, Bang?" Aegir mengangguk, jika Alayya sudah berulang kali ke sini berbeda dengan abangnya ini adalah hari pertama dia menginjakkan kaki di SMA Sky Light.

Keduanya memakai bawahan hitam dan atasan putih, acara hari ini pengenalan lingkungan sekolah atau sering mereka sebut dengan MOS (Masa Orientasi Siswa).

Tak sengaja mata Alayya menangkap sebuah keluarga yang mengantar anaknya, wanita itu mengusap kepala anaknya kemudian pria di sampingnya mencium ubun-ubun putrinya.

"Belajar yang bener, ya sayang."

"Nanti papa dan mama jemput."

Terdengar begitu manis di telinga Alayya, dia masih belum mengalihkan perhatian.

"Pa, Ma. Chana udah gede ish," seloroh gadis itu sepertinya sebal dengan perlakuan kedua orang tuanya.

Pria dengan jas berwarna biru tua terkekeh sejenak, "Chana akan selalu jadi putri kecilnya Papa."

Garis bibirnya terangkat, melihatnya saja rasanya udah bahagia apalagi jika berada di posisi gadis itu, pasti lebih bahagia. Disayangi kedua orang tua.

"Kenapa, Ay?" tanya Aegir mengikuti arah pandang Alayya.

Dengan senyum kecil Aegir merangkul pundak Alayya kemudian membisikkan sesuatu. "Lo kan juga punya papa dan mama. Bahkan, papa dan mama lo ikut sekolah."

Aegir menarik turunkan alis, berusaha menghibur. Dia tau bibir Alayya tersenyum. Namun, dadanya pasti sesak melihat momen yang menjadi impiannya.

"Iya, Abang."

Tidak, Alayya tidak boleh iri sama mereka. Dia harus bangga karena memiliki seorang kakak yang sangat menyayanginya.

"Lain kali ganti kita yang bikin mereka iri, setuju?" tambahnya membuat Alayya tertawa kecil.

"Hei, kalian! Masih anak baru udah pacaran aja," sinis seorang guru tak sengaja berpas-pasan dengan mereka, tangan kanan Aegir berada di pundak Alayya. "Pacaran? Siapa, Bu?"

"Kalian lha, masak semut di pohon!" ketus salah satu guru itu membuat keduanya terkekeh. "Kami saudara, Bu."

"Hadeh, anak muda zaman sekarang kalau nyari alasan pinter banget! Ngakunya saudara, eh pas lulus langsung nikah!" katanya kemudian berlalu seakan tak ada niatan untuk mendengarkan penjelasan Aegir lebih lanjut.

"Lihat, Ay. Orang nganggep kita kayak orang pacaran saking sweet-nya," canda Aegir malah dapat pukulan kecil dari adiknya. "Ini hari pertama, Abang. Jangan berulah."

"Hahaha, siap, Bubble. Besok-besok kita bawa KK kalau perlu sebagai bukti ...."

"Nggak usah ditanggepi serius, Bang. Ayo masuk! Bel juga sudah berbunyi."

*****

Hampir tiga jam mereka duduk di aula ini, mendengar penjelasan dari beberapa dewan guru mengenai sekolah ini dan beberapa menit melihat pertunjukkan yang ditampilkan dari beberapa anak ekstra kulikuler seperti nari, pramuka, dan pidato tiga bahasa.

RECAKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang