036 - Identitas Diri

290 34 4
                                    

Happy reading_

•••

Tidak semuanya harus kita ketahui, rasa penasaran terkadang memang harus dihilangkan.
Recaka

•••

Aegir melanjutkan kembali membaca lembaran itu sendiri, hanya ditemani lentera kecil. Dia sengaja mematikan seluruh lampu di angkringan, sebab kalau ada anak Asbara full team yang tak sengaja lewat dan melihat lampu masih menyala pasti akan dikira ada orangnya.

Sakit, Air. Sakit ....
Bukankah sudah jelas kamu ketahui aku benci perselingkuhan? Sudah jelas aku sedang mengandung anak keduamu? Kenapa dengan mudahnya kau pulangkan aku pada Mas Luwis? Bukannya itu sama saja kamu ingin kita berpisah?

Apa salahku, Air? Ada apa denganmu? Jika itu maumu, baiklah aku akan pergi bukan hanya darimu. Namun, juga dari warna terang kehidupan.

Tanpa ditulis namanya pun, Aegir sudah mengetahui tulisan siapa itu. Terlihat jelas gaya tulisan yang sama seperti kertas pertama.

"Air siapa?" tanya Aegir bermonolog sendiri, kemudian melanjutkan kertas yang keempat. Sepertinya ini sudah direncanakan pamannya, secara gamblang surat-surat ini menggambarkan apa yang terjadi beberapa tahun silam.

Maaf, Anggita gua tidak bisa melindungi lu dari kekejaman suami lu lebih parahnya gua menjadi kakak sialan yang tidak bisa menyelamatkan nyawa lu ketika diambang kematian. Maaf, Anggita gua terlambat ke jalan raya itu. Tempat di mana lu mengembuskan napas terakhir, tapi apa lu tau anak kedua lu berhasil selamat. Farisah kasih nama Alayya Nalani, cantik kan? Dia mau anak lu punya cita-cita yang tinggi. Namun, penuh ketenangan. Gua yang akan didik mereka.
~Luwis

Jantungnya memompa dengan cepat, tubuhnya bergetar ketika tahu satu fakta dalam hidupnya.

Mamanya telah tiada, bahkan sebelum ia bisa merasakan dekap lembutnya untuk terakhir kali.

Mamanya telah tiada, meninggalkan sejuta penasaran yang setiap malam menghantui Aegir.

Ternyata mamanya adalah adik dari Luwis.

"M—mama ...." Entah mengapa Aegir merasa bahwa kepergian Anggita ada sangkut pautnya dengan pria bernama Air, terlihat bagaimana ia mengungkapkan kecewa dalam barisan kata.

Meski berat Aegir tetap memaksakan diri membuka lembar terakhir, ya kertas kelima yang ditulis oleh Luwis.

Jika lu selesai baca ini itu artinya lu udah dewasa dan mungkin saja gua tidak ada di dunia. Karena selama hidup gua tidak mau lu tahu identitas asli, karena akan menyakitkan.

Setelah lu baca kertas tadi gua harap lu paham! Mama lu tertabrak mobil, dia meninggal, tapi adik lu selamat. Sedangkan lu tahu ayah lu? Dia sedang bersenang-senang dengan selingkuhan yang baru dinikahinya. Gua tidak mau dia sampai tau jika kalian masih ada, gua nggak mau dia melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan kepada mama lu.

Gua gagal jaga adik gua, tapi lu jangan sampai gagal jaga Alayya.

Satu lagi pesen gua jangan pernah percaya sama Airlangga, dia udah buat mama lu kecewa dan depresi.

Semuanya seperti apa yang Luwis katakan kepada pak Airlangga itu artinya. "Pak Airlangga papa gue?"

Aegir mengepalkan tangan kemudian membogem tembok berulang kali, sampai-sampai jemarinya mengeluarkan darah segar.

Memorinya langsung tertuju pada pak Airlangga, ya kepala sekolah yang pernah memanggilnya dengan sebutan anak haram.

Di saat Aegir melihat pak Airlangga keluar dari mobil mewahnya, tanpa beliau sadari Aegir berusaha mati-matian untuk mendapatkan uang agar esok hari bisa makan.

RECAKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang