042 - Fight

239 34 8
                                    

Happy reading_

•••

Mengalir darah yang sama dengan kedua jiwa yang berbeda.
Recaka

•••


"Abang, Aya pulang!" teriaknya langsung masuk rumah dengan menenteng dua tas yang lumayan besar, Aegir hanya melihat Alayya sekilas kemudian melanjutkan aktivitasnya lagi. "Tunggu, Abang kenapa?"

Gadis itu segera ke hadapan Aegir, melihat sang kakak membersihkan luka di lututnya. "Jatuh dari tangga pas benerin ganteng."

"Sini Aya tolongin," sarannya membuat Aegir menggeleng. "Udah lo ganti baju dulu aja, mau selesai juga."

Alayya menurut setelah ganti baju dia menghidangkan beberapa makanan berat dan desert yang ia dapat, memang dah keluarga Valdrin sangat baik sampai-sampai pas pulang Alayya membawa sebanyak ini.

Kali ini dia memakai kaos oblong berwarna putih dengan celana tak terlalu ketat di bawah lutut. "Oh, ya kok tadi Abang nggak kaget Aya pakai dress padahal kan berangkatnya pakai kemeja."

"Lha gimana mau kaget orang Valdrin ngirim foto lo ke gue," sahutnya terkekeh pelan sembari memasukkan makanan ke mulutnya. "Tadi gimana, seru?"

"Seru banget! Mana ada konsernya," jawab Alayya terlihat excited menceritakan semuanya mulai mereka ke butik hingga akhir. "Seneng dong?"

"Banget, mana keluarganya Kak Valdrin baik semua kayak udah kenal lama gitu sama Aya, padahal mah baru tadi ketemu." Aegir bernapas lega ketika adiknya berada di sekitar orang-orang yang mau menerima, sejak melihat adiknya pulang ekspresinya lebih ceria daripada tadi pasti yang ditularkan positif vibes.

******

Tirta Amarta

|Aku minta tolong segera beri pelajaran dia

|Lo ga masuk, ka?

|Enggak, lagi ngga enak badan. Jadwalnya control

|Sesuai permintaan lo di telepon tadi


Sepanjang koridor Aegir terus melihat sepatu siswa-siswi yang ada di sini, meski sudah tau siapa tersangka sebenarnya. Aegir hanya jaga-jaga siapa tahu ada juga yang memakainya.

"Sepatunya hitam ada paletnya dikit warna putih, terus di sisi kanannya ada noda warna merah kayak dua titik."

Aegir mengingat ciri-ciri yang disebutkan sampai dia bertemu dengan sebuah sepatu di rak OSIS yang sama persis seperti yang Tirta katakan.

"Woi, Brader! Ngapain lo di sana? Kuy ngantin!" seru Nuha merangkul pundak Aegir, ingin mengajaknya ke kantin. Namun, dengan segera Aegir menepisnya. "Lo duluan!"

"Entar lo nyusul?"

"Iya kalau sempet," jawabnya agar Nuha cepat pergi. Lagipula dia harus menunggu, tanpa ada yang mengetahui jikalau dirinya menunggu.

Tak lama seorang laki-laki keluar dengan memakai sepatu yang sama yang ia curigai, diam-diam Aegir mengekorinya hingga langkahnya berhenti di depan gudang belakang sekolah yang sangat sepi.

"Lo nggak usah diam-diam, gue udah tahu sejak lo lihat sepatu gue tadi di depan ruang OSIS," katanya dengan memasukkan kedua tangannya ke saku, laki-laki itu berbalik. "Mau lo apa?"

"Lo udah bikin Kak Tirta celaka dan hampir saja kehilangan nyawa," jawab Aegir keluar dari persembunyian langkahnya mantap saat menghadap cowok itu. "Iya emang kenapa? Tunggu sekarang mau lo apa?"

RECAKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang