061 - Kesayangan

236 30 16
                                    

Happy reading_

•••

Maaf, gue egois. Gue nggak pengen deket sama lo, tapi bukan berarti lo jauh dari gue.
—Aegir Bhairavi

•••


"Emang dia siapa? Nggak peduli!" tukas seorang laki-laki yang sedang menyesap rokok, menikmati setiap asap yang keluar.

Aegir nampak tidak peduli, bahkan dia memaki Tirta yang memberitahu bahwa nanti sore Alayya akan pergi dari kota ini.

Ingatannya memang sudah kembali. Namun, ia memilih merahasiakannya. Dia mau asbara full team benci kepada Aegir. Karena dengan cara itulah ia bisa menghukum dirinya sendiri.

Awalnya Tirta berpikir, mungkin saja dengan ia minta bantuan ke Aegir untuk membujuk Alayya. Gadis itu membatalkan niatnya, ternyata dia salah. Bahkan untuk sekarang Tirta menyesal sudah berharap ke Aegir.

"Gue kira lo bisa bantuin kita, ya walaupun entar hanya pura-pura. Okay, gue pegang ucapan lo." Selepas mengatakan itu Tirta beranjak pergi, meninggalkan halaman belakang sekolah.

Baru saja Tirta pergi, Johan datang dan langsung merampas batang rokoknya kemudian menginjaknya berulang kali.

"Lo, t*lol apa gimana! Gue udah bilang jangan ngerokok di sekolah. Gue wakil KETOS terus bapak lo KEPSEK bego!" Aegir tidak menanggapi, justru asyik bergelut dengan jalan pikiran. "Berisik!"

Aegir berdiri menatap Johan sekilas, sebelum ia pergi. Seakan ucapannya hanya angin, tidak dianggap.

"Gir!"

Sampai tiga kali Johan memanggil, laki-laki itu masih tidak berpaling justru semakin mantap dalam mengambil langkah.

Yang ada di pikirannya saat ini hanya satu. "Bagaimana jika Alayya benarBagaimana-benar pergi, kehidupan seperti apa yang akan ia jalani."

Memang benar Aegir bisa menjauhi Alayya dengan syarat dia masih bisa melihatnya, tapi ketika Alayya pergi jauh. Dia tidak akan sanggup.

"Jam lima sore, Aya berangkat ke bandara," celetuknya memikirkan banyak cara agar gadis itu tidak akan pernah pergi dalam hidupnya.

******

Sepulang sekolah Aegir mengamati rumah Tirta jauh, apa tidak ada kesempatan lagi untuknya. Dia hanya perlu satu kesempatan tidak lebih.

Dia melihat, gang rumah Tirta cukup ramai orang yang berlalu lalang. Jadi, tidak begitu kentara saat Aegir memarkiran mobil di sini.

"Dua jam lagi."

Matanya langsung menatap intens seorang gadis dengan baju berwarna toska dengan celana yang senada dengan rambut yang dikuncir sedikit dan menyisakan rambut yang digerai, dia pergi sendiri. Tidak ada yang menemani.

Aegir memberi instruksi kepada orang suruhannya setelah itu dia mengikuti Alayya diam-diam.

Di sisi lain Alayya terus-terusan mendumel padahal dia hanya pergi ke minimarket terdekat untuk membeli tisu yang berjarak lima rumah dari rumahnya Tirta, tetap saja asbara ingin mengantar. Untung saja dengan sabar Tirta menjelaskan jika dia ingin mandiri, apalagi setelah ini dia akan sendiri ke kota orang.

"Akhirnya dapat juga, padahal ini cuma sebentar. Kenapa mereka mudah sekali cemas," tutur Alayya masih sedikit kesal dengan mereka. Terutama Valdrin yang paling kekeuh ingin mengantar.

"Ma, tolong makan keripik buatanku?" seorang anak kecil yang berada di teras minimarket sedang duduk bersama seorang wanita, tapi sayang ibunya sibuk dengan ponsel. "Sebentar, mama masih balesin reseller!"

RECAKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang