034

10.3K 478 9
                                    

╔═══❖•ೋ° - °ೋ•❖═══╗
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰 𝓐𝓵𝓵
╚═══❖•ೋ° - °ೋ•❖═══╝

Semua orang sedang berkerumun di toilet SMP Aksara Bangsa lantai 2. Apa lagi jika bukan untuk menyaksikan pertengkaran Zara dan 4 cabe.

Zara menjambak rambut Ziva hingga mendongak ke bawah, "Ini yang kalian takutin? Cabe kaya dia kalian takut?" Teriak Zara bertanya pada semua orang.

Tanpa iba Zara menyeret Ziva hingga keluar toilet. Dilsa, Feylin, dan Qhayren sudah terkapar tak berdaya di dalam toilet.

Langit menghampiri Zara yang kini berada di lapangan sembari masih menjambak Ziva.

"Kak, udah nanti Kakak kena masalah." Pinta Langit namun Kakaknya tak mau berhenti.

"Siapa yang sering jadi korban bully?" Tanya Zara tersenyum licik.

Semua orang menunjuk Yuri, Gladis, dan Amara. Yuri adalah anak yang tadi sempat di siksa Ziva dan beberapa temannya. Gladis, seorang gadis cantik berambut sebahu dan berbandana hijau. Amara gadis cantik dan lugu, berambut sepinggang.

Mereka terjuluki anak-anak berprestasi tinggi namun karna kepolosan dan keluguannya membuat mereka menjadi korban perundungan.

"Sekarang lo sujud di kaki mereka, minta maaf!" Tegas Zara kepada Ziva.

Ziva jelas menolak mentah-mentah, "Gue ga akan lakuin itu!"

Semakin kuat Zara mencengkram rambut Ziva, "Minta maaf atau kepala lo lepas dari tempatnya?" Bisik Zara tersenyum licik.

Dua psikopat sedang adu mekanik ygy.

Karna kesal Ziva menggigit tangan Zara hingga perempuan itu melepaskan cengkramannya.

Ziva mendorong Zara hingga terpental jauh.

"Lo pikir gue takut?" Ziva tersenyum miring mendekati Zara membawa sebuah silet.

Krek!

Tangan Zara berdarah akibat sayatan yang dibuat Ziva.

"KAKAK!" Teriak Langit menghampiri Zara.

"Oh, jadi dia Kakak lo? Kasian ya, adeknya ganteng, harus punya Kakak yang sakit jiwa kaya gini." Ucap Ziva tersenyum menang.

Secepat kilat Zara berdiri langsung mencekik Ziva, "Butuh kaca? Yang sakit jiwa itu lo!"

Karna kesal Zara menendang perut Ziva lalu mendorongnya hingga tersungkur ke tanah. Darah segar mengalir di pinggiran bibir gadis itu.

Krek!

Raden menyobek kemejanya lalu membalutkan ke tangan Zara, "Kalo di biarin, bisa pendarahan Kak." Ucap Raden sembari memperhatikan tangan mulus gadis itu.

"Sayang banget, tangan cantik-cantik masa luka sih." Sambungnya.

Zara hanya terduduk diam tak berkutik. Nafasnya tak teratur. Dadanya naik turun sebab emosi.

"Den, tolong bawa Kakak gue ke UKS. Biar Ziva gue yang urus." Suruh Langit di balas anggukan oleh Raden.

Laki-laki itu pun memapah Zara hingga ke UKS.

FARHAN [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang