#01 : New Start

1K 131 2
                                    

Aku gesit memakai sepatu lalu bergegas berangkat. "Itte ki massu!" Seruku sambil berlari keluar.

Ini adalah hari pertamaku untuk melanjutkan pendidikan kepahlawananku di SMA UA.

Lima hari lalu sepucuk surat jatuh di dekat pintu apartemenku.

Aku membuka amplop surat. Didalamnya ada alat berbentuk cakram bundar yang begitu disentuh mengeluarkan layar hologram.

Alat itu menyala, lalu muncul wajah seorang pro hero yang pernah kulihat di TV waktu kecil, All Might, Sang Nomor Satu.

Aku dan All Might melakukan perbincangan singkat tentang kelulusanku di ujian masuk. Ia memberitahuku bahwa aku menduduki peringkat ke 4 dengan total poin 70. Dia bilang dia akan menungguku di UA. Rasanya sedikit excited sih.

Sudah 2 tahun lamanya sejak kejadian yang menimpa keluargaku. Setelah kejadian itu, aku, Haku, dan Souma pergi ke agensi bibiku di daerah Tenggara Laut Jepang.

Bibiku ternyata tahu tentang alasan kemunculan gadis misterius itu di rumahku. Gadis itu bernama Mara, dia pemilik kekuatan kegelapan. Bibiku juga bercerita banyak tentang kekuatan istimewa yang kumiliki, ya, kekuatan istimewa yang pernah disebut Aiha sebelumnya. Aku melanjutkan pendidikan di akademi di sana. Aku bertemu teman teman lamaku dan menjalani hidup seperti biasa selama 2 tahun terakhir.

Tapi memang takdirku tidak bisa hidup tenang. Mara menemukan keberadaanku dan lagi lagi menyerang. Arena latihan akademi menjadi medan perangnya. Dan lagi lagi aku menjadi beban disini, mentang mentang aku targetnya.

Tapi aku tidak ingin lari lagi. Jadi aku memutuskan menghadapi Mara,

“Lepaskan !” Aku membanting tangan temanku, “aku tidak mau lari lagi !”

Aku kembali ke arena latihan. Kedua kakakku masih berusaha bertarung menghadapi Mara.

Dengan perasaan campur aduk, aku menghujamkan anak anak panah tajam pada musuhku.

“Kau sudah mengambil nyawa ayah ibuku dan juga kakakku! Apalagi yang ingin kau ambil dariku ?!” Seruku penuh amarah.

Gadis itu menyeringai, “aku hanya ingin mengambil Blanche darimu.”

Belum sempat aku merespon, Haku dan Souma menerjang maju. Pertarungan singkat itu berhasil membuat mereka kehabisan tenaga, tapi, Mara tampak belum melemah. Rantai rantai kokoh berwarna hitam pekat keluar dari tangannya dan menyerbu ke arahku.

“Berhentilah membuat semua orang menderita karenamu dan ikutlah denganku!” Sergah Mara.

Aku meringis menahan belitan rantai yang makin kuat. Entah apa karena rasa bersalah yang muncul, kekuatan istimewaku yang disebutkan Aiha muncul dan berhasil memukul mundur Mara Itu adalah pertama kalinya “Blanche” muncul tanpa diundang.

Beberapa hari setelah kejadian itu, bibiku memutuskan untuk mengirimku kembali dengan tujuan agar Mara tak lagi mengejarku kesini.

Ia mendaftarkanku ke sebuah sekolah pahlawan yaitu UA.

Seminggu yang lalu aku menjalani ujian masuknya dan sekarang disinilah aku, berjalan menaiki tangga dan menyusuri koridor gedung sekolah pahlawan ini. Kepalaku penuh dengan berbagai skenario menarik yang mungkin akan terjadi.

Andai saja sosok seorang laki laki berambut merah putih tidak menarik perhatianku, aku tidak akan menyadari aku sudah berada di depan kelasku, kelas 1A.

Aku melangkah masuk mencari meja kosong. Baru saja aku duduk, aku langsung dikejutkan seruan senang dari gadis berwarna pink.

"Wah kamu! Kebetulan sekali kita sekelas ya! Terimakasih yang waktu di ujian masuk. Namaku Mina Ashido, salam kenal!" Celotehnya penuh semangat.

Aku ikut tersenyum canggung. Teringat sewaktu ujian masuk aku bertemu Mina dan menolongnya, "iya haha kebetulan sekali ya! Etto namaku Ryuna Seiya, panggil saja Ryuna!"

Kami mengobrol asik dan saling bertukar nomor ponsel. Yah aku berhasil membuat teman pertamaku disini.

"Turunkan kakimu dari atas meja ! Itu tidak sopan !"

"Haaa, kau ini siapa hah ?"

Keributan sepele itu membuatku sedikit kesal karena sekolah baru saja dimulai langsung ada saja masalahnya.

"Dia itu Bakugo kan? Yang dapat peringkat pertama tapi tidak punya poin rescue," bisik Mina yang juga jengkel dengan kejadian itu.

Aku mengangguk.

Peringkat satu tanpa poin rescue, mau jad pahlawan seperti apa dia.

Aku lalu menyadari sosok berambut hijau yang mematung di depan pintu. Iida, anak yang tadi berdebat dengan Bakugo juga menyadari kehadiran anak itu, membuat seisi kelas ikut menoleh serempak.

Anak itu kaget mendapati dirinya jadi pusat perhatian.

Dari belakangnya muncul seorang gadis berambut coklat yang tampak energik. Gadis itu dan Si Rambut Hijau sepertinya sudah saling kenal saking akrabnya interaksi mereka.

“Kalau ingin mencari teman jangan disini! Ini Jurusan Pahlawan!” Tiba tiba muncul seorang lagi, kali ini seseorang di dalam kantong tidur yang mirip kepompong dan mengaku sebagai wali kelas.

Keadaan hening awkward itu buyar ketika pro hero yang mengaku sebagai wali kelas ini memperkenalkan diri lalu langsung memberi perintah, “ganti dengan baju olahraga dan berkumpul di lapangan! Jangan buang waktu!”

***

Semua anak kelas 1A sudah berkumpul di lapangan. Baju olahraga itu terasa hangat walau diterpa angin musim semi yang masih terasa dingin.

“Tes penilaian quirk ?”serempak semua berseru mendengar ucapan Aizawa Sensei, wali kelas kami.

Si gadis berambut coklat angkat suara, “bagaimana dengan upacara pembukaannya ?”

“Jika ingin menjadi pahlawan, tak perlu mengikuti acara seperti itu,” jawab Aizawa sensei singkat lalu memanggil Bakugo untuk memulai tes.

Ia menyodorkan softball pada si peringkat satu ujian masuk itu, menyuruhnya melempar bola itu.

Bakugo mengambil ancang ancang lalu melemparkan bolanya dengan kencang, "SHINE!!"

Dari tangannya muncul ledakan yang membuat bola terlempar semakin jauh. Hasilnya 705 meter, hasil yang mustahil untuk manusia biasa.

“Quirk ledakan ya ? Sesuai sifatnya,” Gumamku pelan.

“Setelah ini ada tes penilaian quirk dan yang di posisi terakhir akan dikeluarkan dari sekolah,” ujar Aizawa sensei mengubah raut muka antusias orang orang sekitarku.

Tes pertama : lari 50 meter

Lawanku kebetulan adalah Mina yang tampak bersemangat melawanku.

"3..2..1..!"

Aku berlari kencang, sementara Mina meluncur menggunakan cairan di kakinya. Quirkku tidak mendukung di tes kecepatan seperti ini.

"4,83 detik!" Terdengar suara dari mesin pengukur kecepatan.

Sepersekian detik kemudian Mina mencapai garis finish. “Cukup bagus untuk permulaan, lain kali gantian aku yang menang ya,” katanya sambil tersenyum iseng.

Aku balas tersenyum.

Mina ini, sepertinya orang yang penuh semangat. Setidaknya aku merasa nyaman di dekatnya.

Tes tes selanjutnya bukanlah tes yang begitu sulit apalagi dibiarkan bebas menggunakan quirk.

Untukku sendiri, aku sudah banyak dilatih dengan berbagai pelatihan di akademi, jadi tes begini bukan apa apa buatku.

Hanya saja kalau kuperhatikan, kondisi si rambut hijau itu tidak tampak baik. Beberapa kali di berbagai tes dia tidak menggunakan quirknya, jadi hasilnya tidak semaksimal teman teman lain yang menggunakan quirk.

Tes terakhir : lempar softball

Aku melempar bola seperti biasa lalu menusuk dan mengendalikannya sesukaku.

Hasilnya 700 meter.

Lalu tibalah giliran si rambut hijau, Midoriya, melempar bola. Lagi lagi dia tidak menggunakan quirknya dan hasilnya tidak maksimal.

“Dia akan dikeluarkan kalau begini terus,” Mina berkata cemas.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now