#29 : A Defeat

220 45 1
                                    

Haii maap up nya jadi agak bolong bolong.

Bingung mikirin akhir part ini nanti. Sebisa mungkin pengen bikin keren tapi doain aja imajinasiku mendukung 🗿

Enjoy ♡

*

Tubuhku berguling hingga ke dasar jurang lalu berhenti setelah membentur pohon. Darah mengalir dari pelipis ku. Untungnya aku belum mati walau jatuh dari atas jurang tinggi begitu.

Sulit untuk menjaga kesadaran ku di saat seperti ini. Tubuhku sudah babak belur cuma gara gara jatuh. Aku tidak yakin bisa bertarung.

"Ryuna ! Kau tidak apa apa ?!"

Lagi lagi suara lembut itu muncul. Tapi kali ini suara itu muncul dengan sesuatu yang berbeda.

Mataku yang tidak terbuka sepenuhnya menampilkan bayangan putih yang berjongkok di depanku.

Seorang gadis dengan gaun putih dan rambut merah muda yang dikepang dengan pita yang juga berwarna putih. Wajahnya buram tapi aku bisa melihat dia memiliki mata berwarna biru yang sama denganku. Hanya ada satu orang yang memiliki penampilan itu…

"Ai-nee ?" Suaraku tidak bisa keluar jadi aku hanya bisa mengatakannya di pikiranku.

"Bagaimana ini ? Kenapa aku terus menyakiti orang yang kusayangi ?"

Sosok itu mengusap matanya. Setetes air mata jatuh dari wajahnya.

"Onegai ! Aku hanya ingin terbebas !"

Mataku perlahan melebar. Kesadaranku kembali. Aku bergegas menggerakan badan sebelum sosok itu menghilang.

"Nee-san !" Aku berusaha menggapai sosok itu.

Tapi bersamaan dengan kembalinya kesadaranku, sosok itu ikut menghilang sepenuhnya. Aku terdiam tak bisa berkata kata. Tanpa kusadari mataku mulai berkaca kaca.

Detik berikutnya, pohon tempatku bersandar hancur terkena pukulan. Kalau aku tidak menghindar mungkin aku yang hancur.

"Sudah kuduga kau masih hidup !" Mara mengusap tinjunya yang berhasil membelah pohon.

Aku mengatupkan rahang, "aku harus bertarung ! Ai-nee…dia masih disini !"

Aku tidak boleh ragu lagi jadi aku memutuskan akan bertarung dengan Mara disini.

Blanche aktif sesuai dengan kehendakku. Tangan kiriku kembali membentuk pola berwarna putih bercahaya.

Mara mengangkat kedua alisnya, "sou ka ! Jadi kau sudah bisa mengendalikannya ya ?"

Aku tak menjawab. Tangan ku terkepal dan mulai memancarkan cahaya lalu aku melenting ke arah Mara, melayangkan pukulan.

Mara tampak terkejut lalu menarik tanganku dan melemparku ke dinding tebing.

Harusnya aku tidak mungkin bergerak. Tapi tubuhku seolah tahu apa yang harus dilakukan. Kakiku menapak di dinding tebing lalu melenting lagi ke arah Mara, melayangkan pukulan.

Mara bergegas menyilangkan kedua tangannya sebagai tameng. Tubuhnya terpukul mundur beberapa meter.

"Sial, dia serius !" Mara mendengus kesal, "baiklah ! Aku juga akan serius !"

Mara mengeluarkan tombak tombak hitam yang tadi hampir membuatku jadi donat, tapi kali ini lebih banyak.

Hebatnya, aku hanya mengacungkan tangan dan melebarkan telapak tangan lalu tombak tombak itu seperti terkena gelombang dan berubah menjadi abu putih.

Mara lalu melesat cepat ke arahku dan dalam satu detik muncul di sampingku, mengirimkan tendangan.

Aku dengan mudah menangkisnya dengan tangan kiriku lalu menepisnya hingga terpental ke belakang.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now