#25 : The Truth About Mara

265 44 7
                                    

Kekuatanku merupakan pencitraan dari diriku. Karena itu saat ingin menggunakan kekuatan elemen, aku harus mengendalikan emosiku. Anak panahku tercipta dari energi dan staminaku.

Perasaan yang sama saat festival olahraga kembali timbul. Perasaan panik dan tertekan, takut membuat kesalahan. Di saat aku nyaris pingsan begini, bukannya seharusnya anak panahku melemah ? Kenapa malah semakin ganas ?

Dan sama seperti waktu itu, suara lembut tiba tiba muncul dan kembali menggema di kepalaku. Suara suara bising mulai teredam dan kembali berubah menjadi white noise.

“Buat dirimu tertidur. Itu akan menghentikan kekacauan ini.”

Suara pertarungan kembali terdengar. Anak panahku masih mengamuk di depan sana.

“Bakugo !” Aku berteriak memanggil, “gunakan obat biusnya padaku !”

Bakugo memasang wajah kaget, “buat apa ?!”

“Kalau aku tak sadarkan diri mungkin mereka akan berhenti !” Seruku lagi.

Bakugo masih tampak ragu, “kau yakin hah ? jangan main main !”

Aku mengangguk cepat.

“O-oi tunggu dulu lah ! Masa nggak ada cara lain ?! ” Bakugo kembali menahan tindakannya.

Aku berdecak kesal pada anak itu, “kau mau badanmu bolong bolong kah ?! Aku nggak akan apa apa ! Itu kan cuma obat bius, kenapa sih ?!”

“Tidak ada jalan lain, Bakugo !” Kirishima menimpali.

Bakugo akhirnya terpaksa menyerah, karena memang tidak ada cara lain, daripada cuma menghabiskan waktu disini, “baiklah !”

Anak itu mulai membidik.

“Maaf,” bisik Bakugo pelan lalu melepas tembakan.

Satu peluru mengenai leher kananku. Tubuhku langsung seketika lemas. Aku mengangkat jempol sebelum akhirnya hilang kesadaran. Anak panah yang beterbangan itu seketika berhenti dan menghilang.

Bakugo dan Kirishima bergegas menghampiri tubuhku yang terkulai lemas.

“Sial ! Bikin masalah aja !” Umpat Bakugo dengan pandangan yang sulit diartikan.

Kirishima tersenyum kecil, “sudahlah jangan merasa bersalah, toh dia yang minta.”

“Kalian tidak apa apa ?” Iida menghampiri disusul teman teman lain. Tali yang tadi mengikat mereka sudah terlepas.

Todoroki menatapku datar, “hebatnya dia, buat masalah sendiri lalu menyelesaikannya sendiri.”

“O-oi gak gitu juga.”

“Midoriya kemana ?,” lanjut putra Endeavour itu.

“Midoriya, Uraraka, dan Melissa pergi duluan ke lantai atas. Sebaiknya kalian susul mereka !” Jawab Iida.

Bakugo menoleh cepat, “lah ini bocah gimana ?!” tanyanya sambil menunjuk ke arahku.

“Kami akan disini sampai kakaknya datang,” jawab Jirou, “karena itu kalian cepat bantu mencabut sistem keamanannya.”

Todoroki mengangguk lalu bergegas menyusul Midoriya, diikuti Kirishima yang menarik sohibnya.

3 jam sudah berlalu sejak aku meninggalkan ruang pesta. Souma dan Haku masih digantung keadaan, tidak tahu apa yang terjadi di luar. Satu satunya hal yang mereka tahu adalah bahwa bos para penjahat alias Wolfram itu sudah meninggalkan ruangan, entah terpancing atau memang sudah di penghujung rencananya.

“Haku !” Panggil Souma berbisik, “Ryuna kayaknya pingsan deh.”

“Tahu dari mana ?” Balas Haku tak yakin.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now