#24 : Arriving in the I-Island (3)

222 46 3
                                    

Double up

Gapapa biar cepet masuk S3

*

“Oi Souma !” Aku mulai gelisah bersembunyi, “kapan aku bisa keluar ?!”

“Sabar ! Tunggu teman temanmu beraksi !”

Aku mengerang tak sabar. Sudah 40 menit sejak sistem keamanan mengisolasi pulau ini. Yeah mau tidak mau aku harus mengandalkan teman temanku yang sedang berjuang di luar sana.

“Hei Ryuna, bersiaplah ! Sebentar lagi !” Bisik Haku, “teman temanmu sudah memiliki rencana !”

Aku menggigit bibir tegang. Beberapa menit berlalu. Belum ada tanda tanda aku bisa bergerak keliar dari tempat ini.

“Tutup semua pintu di lantai 80 ! Jangan sampai anak anak itu kabur !” Suara bos villain itu terdengar lagi, “kalian pergi dan tangkap mereka !”

Tanpa perlu disuruh aku merangkak keluar dari kolong meja, “nii-san ! Aku pergi sekarang !”

“Ya ! Cepatlah !”

“Hati hati, Ryuna ! Pokoknya jangan sampai SIVA terlepas dari tanganmu !” Souma berpesan.

Aku mengangguk. Sambil terus membungkuk, aku menyelinap melewati meja meja dan para tamu. Aku bergerak cepat tanpa suara, lalu bersembunyi di sisi tembok luar sebelah kiri, sementara para penjahat itu ke arah kanan.

Pintu ruangan kembali tertutup. Aku bersorak dalam hati, “yatta berhasil !! Sekarang tinggal menyusul yang lainnya ! Tunggu aku disini, nii-san !”

Aku bergegas lari mengikuti para penjahat itu. Mereka memilih naik lift, maka aku memutuskan lewat tangga darurat.

Aku terus naik tanpa berhenti menuju lantai 80 seperti yang dikatakan bos villain tadi. Sayangnya, sampai di lantai 32, pintu di lantai itu tertutup.

“Sial !” Umpatku kesal, “yasudah aku coba periksa lantai ini dulu !”

Belum sedetik aku membuat keputusan, leher belakang ku seperti tertusuk jarum. Sekujur tubuhku seketika lemas dan pandanganku perlahan kabur. Aku kehilangan tenaga untuk berdiri. Sebuah peluru jarum yang tadi menusuk leherku jatuh ke lantai.

“Peluru bius !” Seruku dalam hati.

“Wah hebat kau masih bisa bertahan dari peluru biusku !” Sebuah suara menyapaku.

Aku menoleh patah patah. Si pelaku jelas dari komplotan penjahat. Dia membawa sebuah pistol yang mungkin tadi dipakainya untuk menembak.

“Maaf nak, Seharusnya kau tetap diam dan menurut. Jadi kau tidak perlu seperti ini,” Lanjutnya dengan nada meremehkan, “kalau kau mau menurut akan kuberi penawarnya ! Yah walau penawarnya pun cuma bisa menetralisir sih, tapi akan kuberikan kalau kau mau !”

Aku meringis, “buat apa kalau akhir akhirnya sama saja ?!”

Penjahat itu menendangku. Aku sudah kehabisan tenaga jadi cuma bisa pasrah ketendang, “jangan sombong kau, bocah ! Aku masih baik baik padamu ! Kuberi kau kesempatan terakhir sebelum aku membuatmu tidur dengan cepat !”

“Jawabanku tetap sama lah ! Kau kira sesusah apa buatku sampai kesini !”

“Baiklah terserah kau !” Penjahat itu lalu bergerak ingin memukulku.

Dengan sisa tenaga, aku memutar kaki ku dan menjatuhkan penjahat itu. Aku lalu bergegas naik ke punggungnya dan memukul tengkuknya menggunakan siku.

Kejadian yang secepat kilat itu berhasil melumpuhkannya. Sebuah botol berisi cairan bening terjatuh dari kantongnya. Aku bergegas mengambilnya dan langsung meminumnya. Di keadaan sudah hampir pingsan begitu aku tak pikir panjang mau itu penawarnya atau bukan. Untungnya yang kuminum benar penawarnya. Tenagaku kembali walau masih limbung.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now