#05 : USJ (1)

549 94 0
                                    

“Aku rasa Iida-kun lebih cocok menjadi ketua kelas!” Ujar Midoriya selaku ketua kelas dari hasil pemilihan pagi ini.

Wajar kalau Midoriya merasa begitu karena tindakan Iida saat kepanikan tadi sangat hebat.

Pagi ini ada sedikit kekacauan yang sebenarnya cukup konyol untuk membuat satu sekolah panik.

Waktu itu aku, Mina dan beberapa teman lainnya sedang makan di kantin.

“Ada apa ini ?” Tanya Mina ketika mendengar alarm keamanan UA berbunyi.

“Sepertinya ada yang menyerang sekolah,” jawabku ketika melihat orang orang mulai meninggalkan kantin, “ayo kita juga pergi.”

Lorong yang menuju pintu keluar darurat dipenuhi siswa yang panik dan berdesakan bahkan saling dorong.

Mina memegang erat tanganku, “astaga apa yang terjadi sebenarnya!”

“Tidak biasanya ada penyerangan !" Seru Uraraka yang juga berpegangan padaku.

"Ya iyalah ! memang penyerangan ada yang biasa ?!"

Kami bertiga terpisah akibat dorong mendorong antar siswa, disaat itulah aku melihat Iida terbang ke arah tanda keluar darurat.

“Minna-san! Jangan panik! Itu hanya media massa, jangan panik!” Seru Iida menyita perhatian semua orang sehingga suasana sedikit tenang.

Aku menghela nafas lega. Untung bukan villain.

Kalau bukan karena Iida mengambil inisiatif, entah akan separah apa situasinya.

Setelah kejadian itu, pemilihan pengurus kelas yang tadi pagi sudah ditetapkan kembali diubah. Midoriya yang tadinya ketua kelas, menunjuk Iida menggantikannya.

“Dia bisa mengambil inisiatif untuk menenangkan semua orang di situasi yang sulit, kupikir itu sangat keren,” lanjut Midoriya

Teman teman yang lain ikut mendukung, “Aku juga setuju, tindakan Iida tadi sangat mengagumkan."

Setelah berbagai peristiwa yang terjadi pagi tadi, sekali lagi tibalah waktu pelajaran pahlawan. Kali ini bukan All Might yang membuka pelajaran, tapi Aizawa sensei.

“Hari ini pelajaran pahlawan akan melakukan pelatihan penyelamatan saat bencana alam!” Jelas Aizawa sensei.

Semua orang seketika antusias, jelas karena penyelamatan adalah bagian dari tugas seorang pahlawan.

“Tempat latihan agak jauh, kita akan naik bus nanti,” lanjut Aizawa sensei.

Dinding sebelah kiri kelas terbuka dan menunggu kami mengambil koper kostum hero kami.

***

“Semua berkumpul!!” Iida memberi perintah menyuruh semua anak tertib masuk ke dalam bus.

Aku duduk di sebelah Todoroki yang langsung tertidur. Aku duduk di kawasan anak anak kalem kecuali Bakugo yang nyasar ke sana.

Aku hanya diam menyimak keributan di bus. Pikiranku melayang ke kejadian 2 tahun lalu yang merenggut hampir seluruh keluargaku.

Andaikan saat itu aku bisa bertindak walau sedikit saja, apakah semuanya akan berubah ? Kalau aku datang lebih cepat, apa aku bisa menyelamatkan keluargaku ? Kalau aku jauh jauh kabur kesini, apa "gadis itu" juga akan mengikutiku ? Kalau iya, lebih baik aku pergi saja dari sini. Itu lebih baik daripada dia menghancurkan tempat yang membuatku mulai nyaman.

“Benar kan Ryuna ?” Tanya Mina membuyarkan lamunanku.

“Ah maaf aku melamun tadi. Ada apa ?” Aku balik bertanya.

"Kau punya teman masa kecil juga kan ? Seperti Bakugo dan Midoriya," jawab Mina, "kau pernah cerita padaku waktu itu."

"Astaga obrolan kalian random banget !" Ejekku, "yaa aku punya, dia—"

“Sebentar lagi sampai, bersiaplah," Aizawa sensei memotong.

Untung sih. Aku malas menceritakan tentangnya, Si Rambut Biru itu.

Dari luar, bentuk bangunan USJ ini memiliki atap seperti kubah. Di dalamnya terdapat arena besar dengan berbagai simulasi bencana dan sebuah air mancur di tengahnya.

Thirteen, pahlawan luar angkasa dengan quirk black hole, menjadi salah satu guru yang mengawas di pelajaran pahlawan kali ini.

“Luar biasa ! Inikah USJ ?” Semua berdecak kagum sambil menyapu pandangan ke seluruh tempat.

Thirteen memberi kata pembuka yang sangat menginspirasi untuk kami yang akan menjadi seorang pahlawan kedepannya, agar bisa menggunakan kekuatan untuk menolong bukan untuk menyakiti.

Rasanya relate dengan masalah yang saat ini akan atau sedang aku hadapi.

Tiba tiba saja tubuhku merinding, aku memegang tengkukku, seperti ada perasaan tidak enak.

“Kamu nggak apa apa Ryuna ? Di bus tadi juga kamu diam saja, kalau sakit istirahatlah,” ujar Jirou yang menyadari kondisiku.

“Ah aku nggak apa apa, tapi aku punya perasaan tidak enak”
Beberapa saat setelah aku menyelesaikan kalimatku, tiba tiba semua lampu di sana konslet dan mati, USJ menjadi redup, air mancur yang berada di tengah arena tiba tiba tersendat dan muncul bayangan besar.

Dari dalam bayangan muncul seseorang dengan tangan di wajahnya (?) sehingga hanya mata sebelah kirinya yang terlihat memandang tajam.

Aizawa sensei yang menyadari sesuatu mengambil sikap waspada.

“Apa itu ?” Tanya Kirishima bersamaan dengan keluarnya beberapa orang lagi dengan tubuh berbagai bentuk dan terus bertambah banyak.

Teman teman yang lain ingin bergerak mendekat untuk melihat lebih jelas karena mengira itu bagian dari pelatihan.

Mataku menangkap banyak sosok orang orang yang keluar dari bayangan besar itu, aku juga menyadari para guru yang tiba tiba bersikap waspada dan dengan situasi seperti ini akan sangat aneh jika itu adalah bagian dari pelatihan.

Ini bukan pelatihan, ini pasti penyerangan dan mereka adalah penjahat.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now