#34 : Encounter

173 42 1
                                    

Hai hai

Maap suka ngaret updatenya :(

Enjoy ♡

*

Kabut hitam seketika berputar cepat di sekelilingku seperti angin topan.

Beberapa detik kemudian, kabut menipis. Aku berada di halaman sebuah reruntuhan bangunan. Sepertinya bekas menara atau rumah dari batu.

Mara tak terlihat dimanapun. Aku menoleh kesana kemari dengan sikap waspada.

"Selamat datang di Kekkai milikku !" Suara Mara tiba tiba bergema entah datang darimana, "tak kusangka aku terpaksa menggunakan teknik ini."

"Teknik ? Ini bagian dari kekuatan Noir ?" Aku menatap tidak percaya, "sebesar apa sebenarnya sihir ini ?"

Jelas saja, tempat ini seperti asli. Bahkan langit malam disini persis sama, bertaburkan bintang dan bulan bersinar terang.

Mara tiba tiba muncul dan melompat turun dari puncak reruntuhan.  Dia kemudian mengayunkan sebuah pedang yang entah dia dapat dari mana.

Aku bergegas melompat mundur lalu mengadukan tombak ku dengan pedang miliknya. Entah kenapa tombak ku kalah kuat. Pedang itu berhasil menggores wajahku.

"Apa apaan ini ? Aku kehilangan kekuatan," batinku kesal.

Kekuatanku seperti melemah dan sebaliknya Mara malah bertambah kuat. Pasti ada yang salah dengan dunia buatan ini.

"Apa dunia ini sebenarnya ?! Ini perbuatanmu kan !" Seruku pada akhirnya.

Mara tertawa kecil, "ini adalah 'Kekkai'. Ini sama dengan yang waktu itu mengurungmu di festival itu. Bedanya ini tingkat yang paling tinggi. Kekkai ini dunia buatanku. Dunia ini akan membuatku lebih kuat. Sebenarnya lawanku tidak akan kena efeknya. Tapi karena Blanche adalah musuh alami Noir, maka kau justru akan melemah."

Aku menggigit bibir, "ini buruk sekali. Aku bisa kalah kalau berada disini."

"Oh satu lagi, kau akan suka ini," lanjut Mara lagi, "perempuan itu, dia tidak mau menyerah kau tahu ? Kau mengerti maksudku kan ?"

Aku diam terpaku. Satu sisi tidak paham dan satu sisi lagi sibuk mengira ngira.

“Kakakmu ada disini lho,” ucap Mara akhirnya.

“Eh ?” Jawaban yang sama sekali tidak ku kira. Aku masih terpaku. Tidak mempercayai fakta yang baru kudengar.

"Ck keluarlah kau ! Tidak usah main petak umpet !" Seru Mara tiba tiba membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh mendengar suara langkah kaki di belakangku.

“Ah sial, dia tidak bohong,” batinku.

Langkah kaki itu berhenti di dekatku. Sosok yang selama ini kurindukan berdiri di depanku.

"Hisashiburi, Ryuna."

Aku mundur beberapa langkah. Mulutku membeku tak bisa berkata kata. Mataku tak bisa berhenti menatap sosoknya.

"Nee-san ?" Hanya itu kata yang bisa keluar dari mulutku.

Aiha hanya tersenyum tipis sambil menatapku sendu.

"Sudah 2 tahun berlalu ya," Aiha berkata lirih sementara air mataku mulai jatuh satu demi satu tanpa kusadari, "kau sudah dewasa ya."

Entah sejak kapan aku tidak pernah menangis lagi. Kata demi kata yang diucapkan Aiha malah semakin menambah sesak dadaku. Tapi di sisi lain, aku mungkin mendapat sekutu yang hebat.

“Dia tidak akan bisa berbuat apa apa. Jadi cepat kita selesaikan ini !” Gertak Mara tiba tiba.

Sekali lagi aku terkejut, “apa ? Padahal kakakku ada disini tapi dia tidak bisa menolongku ?”

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now