#67 : Stronger ?

62 6 2
                                    

Maaf, malas pembukaan.

Enjoyy ♡

*

Aku menemukan diriku berdiri di tengah tengah sebuah kekacauan. Puing puing dan reruntuhan dimana mana, bangunan bangunan setengah hancur, debu beterbangan hingga membentuk kabut tipis, dan di beberapa tempat aku menemukan bercak darah.

Napasku terengah sementara aku melihat ke sekeliling dengan bingung. Tubuhku kotor, penuh luka dan lebam. Kurasakan perih dan ngilu di beberapa bagian tubuhku. Kostumku telah sobek di sana sini. Kondisiku seperti aku baru saja menyelesaikan sebuah pertarungan sengit.

Netraku kemudian menangkap pemandangan dari balik kabut debu tipis dan kekacauan di sekelilingku. Aku tersentak dan seketika napasku tercekat. Manik biruku mengecil dengan sorot penuh kengerian pada pemandangan di depanku.

Tubuh orang orang bergelimpangan di depanku. Diantara semuanya, aku menangkap sosok Souma, Haku, Akira, dan… Bakugo. Mereka terluka parah dan terbaring diam tanpa menunjukan tanda tanda kehidupan.

Panik menyerangku. Napasku memburu dan semakin lama aku memandangi pemandangan itu, napasku semakin pendek dan cepat. Dadaku terasa sesak sehingga aku kesulitan bernapas dengan benar, tapi jantungku berdebar tak keruan. Kepalaku berdenging nyaring diikuti dengan pandanganku yang berputar dan seluruh tubuhku mulai gemetar dengan panik. Air mata menggenang di mataku yang membelalak dan mulai mengalir turun ke pipiku.

Nii-san… Akira… minna…” Aku hendak berteriak sekencang yang aku bisa, namun aku terlalu panik dan terguncang hingga hanya mengeluarkan seruan tertahan. Suaraku tercekat ketika sekali lagi pandanganku mendarat pada Bakugo. Napasku seperti tercekik menyaksikannya sehingga aku tak bisa bersuara lagi.

“Maaf…” suaraku tercekat dan hanya terdengar lirih. Tanganku terangkat dan mencengkram kepalaku ketika suara suara di kepalaku semakin nyaring semakin aku tidak melepaskan pandanganku dari Bakugo.

“MAAFKAN AKU!!”

***

“Ryuna!” Seseorang berseru dan pemandangan itu melebur.

Mimpi buruk itu hancur dan mataku sontak terbuka. Aku beranjak duduk dengan ekspresi ketakutan di wajahku hanya untuk menemukan Akira dengan tatapan cemas di hadapanku. Tangannya memegangi bahuku dengan tegas, namun lembut.

“Ryuna,” Akira memanggilku lagi dengan nada lembut. Tangannya tidak melepaskan bahuku dan kini mengusapnya pelan dengan jemarinya, “you good?”

Sekali melihat wajah familiar itu menolongku untuk dapat menarik napas panjang dan menenangkan diriku. Tanganku sekali lagi terangkat dan memegangi kepalaku yang berdenyut.

Aku menarik napas panjang sekali lagi dan membuangnya perlahan sebelum membalasnya, “ya. Sudah tidak apa apa.”

Akira pun menghela napas lega lalu duduk di kursi di samping tempat tidurku.

Begitu aku sadar, aku berada di kamar yang tidak asing. Kamar dengan nuansa mediterania yang memberikan perasaan nyaman. Jendela dengan bingkai kayu di samping kananku yang terbuka lebar membiarkan cahaya matahari yang hangat menyiram seluruh ruangan dan membiarkan angin lembut meniup tirainya yang berwarna putih.

“Rumah rehabilitasi Kogane sensei,” aku berucap pelan, tanpa sengaja memotong Akira yang sepertinya hendak berbicara.

“Ya, kau benar,” Akira mengangguk pelan dan sekali lagi menghela napas lalu menatapku lagi dengan tatapan khawatir dan penasaran, “hei, apa itu tadi?”

Aku menoleh dan memiringkan kepalaku, “apanya?”

“Tadi… apa itu?”

“Tadi apanya ?”

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now