#73 : Sunset

89 8 5
                                    

Oya lupa up

Enjoy ♡

*

Seperti yang kujanjikan pada Akira, hari ini aku memutuskan untuk melonggar sedikit. Jadi, kalau sebelumnya aku bangun bertepatan dengan matahari terbit, kini aku baru bangun ketika matahari sudah lumayan tinggi di langit.

Tadi malam, Bakugo mengantarku untuk kembali ke kantor agar aku bisa menghangatkan diriku dan beristirahat. Setelah itu sepertinya dia ingin mengobrol dengan Midoriya ketika kami berpapasan dengan si rambut hijau itu di halaman. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya tapi Bakugo sepertinya pergi lagi.

Andaikan pagi ini udara tidak terlalu panas, mungkin aku akan bangun lebih lambat lagi tapi udara pagi ini cukup panas untuk membuatku tidak betah di kasur.

Aku pergi ke balkon untuk mengambil sepatuku yang sedang dijemur semalam. Angin sepoi sepoi menyambutku ketika aku membuka pintu balkon dan meregangkan tubuhku. Hari ini cerah lagi, sepertinya ini akan menjadi hari yang indah lagi.

Netraku kemudian menangkap kehadiran lain di balkon itu. Kulihat Bakugo sedang bersandar di ujung balkon dengan majalah dan es krim di tangannya. Aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan tapi dia sepertinya sedang fokus pada hal lain sampai tidak menyadari keberadaanku disini. Saat itulah aku mendengar seseorang bercakap cakap dari bawah dan kuambil kesimpulan bahwa dia sedang menguping.

Aku tertawa kecil ketika ide iseng muncul di benakku. Perhatiannya yang sepenuhnya tertuju untuk menguping itu membuatku geli, apalagi es krimnya sepertinya sebentar lagi habis karena meleleh.

Aku mengendap endap perlahan ke arahnya, sebisa mungkin tidak membuat suara dan melakukan apa yang harus kulakukan.

“YO! OHAYOU GOZAIMASSU!!” seruku dengan suara keras yang disengajakan.

Bakugo berjengit kaget dan menjerit sekilas. Tapi ketika dia melihat seringai di wajahku, dia menggeram dan detik berikutnya tangannya sudah mendekap mulutku. Wajahnya hanya beberapa inci dariku ketika dia berdesis pelan.

"Jangan berisik, sialan!" bentaknya setengah berbisik.

Aku mengerang tapi suaraku teredam oleh tangannya. Dia menyadari apa yang baru saja dia lakukan lalu segera melepaskan tangannya dariku dan mengambil selangkah menjauh seraya memalingkan muka.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menghirup udara yang tadi berhenti masuk karena terblokir tangannya. "Kau sedang menguping ya?" suaraku kali ini lebih pelan.

Bakugo berdecih sambil memeriksa ke arah entah siapa yang bercakap cakap di bawah tadi, "bukan begitu, reptil! Aku kebetulan menyimak."

"Alasan," sahutku, lagi lagi menyunggingkan seringai iseng.

"Kulempar juga kau ke bawah," ancamnya.

Aku terkekeh lagi lalu bergabung dengannya di sisi balkon, ingin tahu siapa yang sedang diam diam dia dengarkan.

Aku tidak melihat siapa yang berada di balik tembok batu di bawah sana, tapi sekilas rambut hijau yang terlihat disana membuatku tidak perlu berpikir lagi. Di sebelahnya aku melihat sosok yang tidak asing. Anak kecil dengan topi matahari berpita biru.

"Oh, itu Katsuma," gumamku pelan sambil mencondongkan tubuhku sedikit untuk melihat lebih jelas.

"Cih anak pembawa masalah itu. Kau kenal?" Bakugo bertanya penasaran.

Aku tidak tahu kenapa Bakugo menyebutnya pembawa masalah tapi aku mengangguk, "aku berpapasan dengannya dan kakaknya di dekat pantai kemarin. Aku membelikan mereka es krim."

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now