#81 : History Repeat Itself

36 3 1
                                    

Besok masuk yey. Kembali ke kenyataan

Semoga masih konsisten up heuu 🙃

Enjoy!

*

Detik itu duniaku mendadak sunyi. Suara kekacauan di sekelilingku meredam dan hilang. Hanya ada suara deru napas dan detak jantungku yang berdebar cepat. Telingaku berdenging nyaring sehingga membuat kesunyian itu terasa memekakkan.

Mataku melebar, tidak lepas menatap ke arah Akira terlempar. Warna kuning menyala yang membara dengan berani di mataku sebelumnya, kini pudar hanya menyisakan warna aslinya. Tubuhku membeku seolah kakiku terikat rantai narapidana yang sangat berat.

Bayangan masa lalu itu kembali lagi ke benakku. Aku masih ingat bagaimana suara tangis panikku sendiri ketika Akira tenggelam ke dalam air dan suara itu kini seperti menggema di sekelilingku, menggantikan suara kekacauan pertempuran.

Mungkinkah ini yang disebut "masa lalu terulang kembali."

Aku masih tak bergerak ketika Nine akan kembali melancarkan serangannya.

"Lawanmu ada disini, Gadis Cahaya!" Nine berseru lantang seraya memutar tubuhnya. Aku tidak tahu apakah itu karena halilintar yang telah membakar sebagai medan pertempuran yang menyebabkan tornado yang villain itu ciptakan menjadi tornado api yang bahkan disertai sambaran petir. Tornado dahsyat itu menjulang menembus langit, menembus awan awan hitam di atas sana.

Aku tidak tahu bagaimana aku pada akhirnya menyadari situasi, tetapi itupun sudah terlambat. Tornado itu melaju ke arahku, sementara aku yang masih dalam shock dan panik tidak bisa berbuat banyak karena terlambat bereaksi.

Aku sigap mengangkat tanganku dan mengepalkan jemariku sehingga terbentuklah barrier ala kadarnya. Tidak. Itu tidak akan kuat bahkan menahan pukulan Kirishima sekalipun. Kekuatanku tidak terpusat. Tidak maksimal. Fokusku hancur berkeping-keping. Tornado itu menyambarku, dengan mudah menghancurkan pertahanan ku. Aku memekik pelan ketika tubuhku terangkat, terbawa dalam pusaran angin panas membakar dan sengatan petir yang seolah melumpuhkan tubuhku.

Tak ada tempat berpijak, tak ada kekuatan untuk melawan pusaran angin, selama beberapa saat yang terasa seperti selamanya itu, aku terbanting ke sana kemari. Tubuhku terbakar dan tersengat petir. Sampai akhirnya pusaran angin itu berhenti, melepaskanku dari genggamannya dan menjatuhkanku kembali ke tanah.

Aku berusaha mengangkat tubuhku dengan menopang diri dengan kedua tanganku. Tapi tidak, aku tidak mencemaskan musuh di depanku yang sedang mendekat, kepalaku tertoleh ke arah lautan dengan putus asa.

Mataku mulai panas karena tergenang air tapi aku masih berusaha menahannya untuk tidak dilepaskan saat ini. Dadaku sakit seperti tersayat pedang semakin lama aku memandang ke arah lautan dan membayangkan kemungkinan terburuk bahwa aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Bahwa hal tentang "ikatan" yang dia yakinkan padaku adalah kali terakhir kami berbincang. Bahwa ketika aku mendorongnya ke samping untuk menyelamatkannya dari sambaran mulut naga adalah kali terakhir aku menolongnya, menolongnya dari terluka tapi tidak dari kesialan yang kutimpakan padanya ketika hal yang sama seperti sepuluh tahun silam terulang kembali.

Musuh semakin dekat, tampaknya puas dengan hantaman baru yang dia timpakan padaku. Dia tidak tertawa atau mencibir, tetapi tatapannya telah penuh dengan kemenangan.

"Mengkhawatirkan kawan dalam pertempuran adalah kesalahan terbesar, Gadis Cahaya," suara Nine bergaung di tengah suara deru angin dan sambaran petir di seluruh pulau. Dia mengangkat sebelah tangannya dan dua kepala naga melayang di sisinya, menunggu perintah untuk menyerang, "aku sudah menang, pahlawan."

Dua kepala naga melesat ke arahku yang membeku di tanah, terdesak oleh perasaan bersalahku sendiri.

Benda itu sudah berjarak satu senti dariku ketika suara ledakan menghentikan serangan itu. Suara ledakan yang familiar, berbeda dari suara dentuman dan ledakan manapun yang pernah kudengar. Mataku bahkan belum sempat melihat barang sekilas tetapi tubuhku kemudian sudah dibawa melayang dalam dekapannya.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now