#70 : Indecisive Thoughts

74 8 3
                                    

We've reached 70!! Dan kita memasuki arc terakhir!

Paling mentok tamat di 85 lah

Enjoyy ♡

*

Desir angin mengacak rambutku dan suhu dinginnya seolah menjilati kulitku. Hanya suara debur ombak dan air laut yang terpecah ketika kapal membelah lautan yang menemaniku malam itu.

Aku memandang ke arah cakrawala, tempat pertemuan dua kegelapan antara langit yang meremang dan lautan. Segaris cahaya tipis sudah muncul di antara garis pemisah itu, menandakan fajar akan segera menyingsing.

Kira kira tiga hari yang lalu, setelah Aizawa sensei mengumumkan misi baru kami yaitu menjaga sebuah pulau kecil yang disebut Pulau Nabu sampai pahlawan pahlawan baru mereka tiba, kami berangkat dengan kapal yang disediakan Dewan Pahlawan untuk perjalanan menuju ke Pulau Nabu.

Aku bukanlah morning person kalau bukan untuk urusan penting, jadi alasanku sudah berdiri di geladak kapal menuju Pulau Nabu pukul lima pagi ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena terbangun dari mimpi burukku dan selain itu, pikiranku disibukkan dengan satu masalah lain yang datang bertepatan setelah pengumuman misi tempo hari. Kali ini masalah datang dari agensi dan orang yang menyampaikannya jelas adalah kedua kakakku yang akhir-akhir ini tampak sangat sibuk.

Sepulang sekolah sehari setelah pengumuman itu, aku mendapat pesan dari Haku untuk pergi menemui mereka di apartemenku. Maka, setelah mendapat izin dari Aizawa sensei, aku dan Akira meluncur ke lokasi dan disambut oleh atmosfer serius yang tidak pernah membuatku nyaman.

Haku duduk di tempatnya biasa. Dia menoleh ketika melihat kami datang lalu menganggukan kepalanya, mengisyaratkan kami untuk duduk. Souma berada di dekat jendela, berdiri bersandar pada pintu balkon yang tertutup seraya menatap keluar dan hanya memberiku lirikan sekilas yang bahkan terlihat begitu suram.

Aku sekilas menelan ludah ketika aku duduk di seberang Haku sementara Akira duduk sedikit berjarak di sampingku. Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak bertanya dengan situasi yang tidak biasa ini, “ada apa sebenarnya?”

Kulihat Haku menghela napas berat. Pandangannya terpaku pada lantai entah kenapa, seolah kewibawaannya menghilang untuk saat ini. Setelah beberapa detik keheningan yang terasa panjang, dia kembali mengangkat kepalanya dan menatapku dengan serius.

“Agensi sedang berada di status siaga satu,” jawabnya dengan suara pelan, tampak sekali terasa berat baginya untuk mengatakannya. “Kita terlalu meremehkan musuh kita.”

Aku mengernyitkan dahi, tiba tiba tidak suka dengan kemana arah pembicaraan ini.

“Para pembelot itu? Ada apa dengan mereka?” Akira ikut bertanya menggantikanku.

Pandangan Haku jatuh ke lantai lagi seraya dia menjawab masih dengan suara pelan, “entahlah. Mereka bertambah kuat dan kita… kita terlalu meremehkan mereka.”

“Apa yang terjadi?” sahutku dengan nada yang ikut ikutan serius. Aku menyadari sesuatu yang menggelitik instingku.

Pertama, Haku biar seburuk apapun kondisinya dia biasanya tetap berusaha tenang dan ekspresinya yang seperti ini jarang sekali terlihat. Souma juga entah kenapa terlihat suram. Sosoknya yang biasa terlihat selalu siap membuatku jengkel jika ada kesempatan seolah sedang terkunci rapat saat ini dibalik tatapan dingin di matanya. Kedua, masalah para pembelot klan ini sudah ada sejak lama dan memang sudah menjadi musuh sehari hari klan Seiya. Masalah ini tidak sebesar masalah masalah lain selama satu dekade terakhir. Yah, walaupun kudengar kabar mereka sedikit berulah akhir akhir ini yang membuat korps mulai bergerak. Bahkan masalah ini nyaris tenggelam ketika kasus Blanche dan Noir yang berhasil mengguncangkan agensi. Tapi kenapa hari ini tiba tiba saja masalahnya berubah besar? Dan satu kalimat yang tidak kusuka karena memberiku firasat buruk adalah “kita terlalu meremehkan mereka.”

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now