#13 : A Battle Between Teammates

334 70 0
                                    

BLARR

Tembok penghalang Pak Cementoss hancur akibat ledakan kekuatan antara Midoriya dan Todoroki.

Seisi stadion dibuat gempar. Angin berhembus kencang akibat perubahan suhu yang dahsyat dari quirk Todoroki yang sekarang menggunakan kekuatan apinya.

Setelah asap mulai menipis, terlihatlah Midoriya terpental keluar arena dan Todoroki menjadi pemenangnya.

Akibat duel keduanya itu, pertandingan dihentikan sementara karena kerusakan yang ditimbulkan.

“Selanjutnya giliran Ryuna lagi ya,” Haku menghela nafas.

Souma menatapnya heran, “memangnya kenapa ? Kau sepertinya tegang.”

“Kau tidak lihat lawannya ?”

***

Aku membenamkan kepalaku di antara tangan. Aku tidak menonton pertarungan sisanya walau sudah dimulai. Aku sibuk mempersiapkan diri menghadapi lawanku di pertandingan semifinal ini. Sekarang aku tahu rasanya jadi Uraraka.

Present Mic menjadi alarmku menunjukan sudah waktunya aku melanjutkan.

Aku menepuk wajahku, “daijoubu ! Aku sudah pernah menjadi rekannya, aku pasti bisa.”

“Pertandingan keempat semifinal ! Seiya Ryuna melawan Bakugo Katsuki !!”

Aku melangkah maju ke arena, masih terbayang pemandangan ketika Bakugo meledakan Uraraka. Aku kemudian mencubit pergelangan tanganku menyadarkan dari fantasi yang tidak kubutuhkan.

Bakugo di seberang sana menyeringai menatapku, “tunjukan hasil latihanmu, Ryuna !”

“Haha memangnya kau melatihku dari kemarin ?” Balasku yang akhirnya bisa tersenyum.

“START!!”

Bakugo maju lebih dulu. Dia berlari ke arahku lalu melepaskan ledakannya. Aku menghindar lalu menghunuskan puluhan panah ke arahnya. Bakugo dengan mudah meledakkannya.

Aku terus menyerang dengan gerakan dan teknik yang sama beberapa kali untuk mengenali gerakan lawan.

Namun, Bakugo tanpa ampun langsung mengeluarkan ledakan besar yang langsung membuatku jatuh.

"Cuma segini kah kemampuanmu ?!" Seru Bakugo tak puas.

Aku tertawa kecil, "baiklah ! Aku lebih serius ya !"

Aku membentuk kuda kuda. Tepat ketika Bakugo melayangkan tangannya, aku membungkuk lalu memutar tubuh dan menendang perut Bakugo dengan telak. Laki laki itu terpental mundur.

"Ryuna…bisa menendang Kacchan ?!" Midoriya berseru kaget.

"Hebat ! Seingatku waktu Ryuna menolongku saat ujian masuk, dia juga menendang lengan robot sampai putus !" Tambah Mina.

Aku buru buru memperbaiki posisi lalu mengangkat tangan bersiap menjalankan serangan. Bakugo tampaknya masih berusaha memproses apa yang terjadi.

Aku menjentikkan jari, "Thunder Shock !!"

Petir menyambar Bakugo dengan telak. Laki laki itu mengerang kesakitan karena tak sempat menghindar.

"Ryuna melancarkan serangan telak !!" Suara Present Mic kembali menggema.

"Sial ! Dia tidak memberiku waktu," umpat Bakugo.

Setelah serangan itu aku tidak diam saja. Aku melesat ke arah Bakugo, melayangkan tinju yang kutargetkan ke perutnya.

Bakugo menyadari gerakanku. Dia menyerang tepat di depan wajahku. Aku terpelanting ke belakang. Nyaris melewati garis arena. Untungnya aku lekas melempar tubuh ke samping.

Tapi karena manuver itu, aku sulit berdiri karena kakiku sakit entah keseleo atau karena kurang pemanasan.

"Petirmu tidak sekuat Si Pikachu itu kau tahu ?!" Seru Bakugo sambil perlahan berjalan ke arahku, siap dengan tangannya yang meledak ledak.

Aku meringis memegangi wajahku, "mungkin aku harus melukainya sedikit. Aku juga ingin menang !"

Aku menarik nafas kemudian menutup mata, tanganku teracung ke depan.

"Hah apa kau mau menyerah begitu saja ?!" Seru Bakugo marah, "kemenangan seperti ini tidak akan ada artinya untuk—“

Bakugo terdiam. Di pipinya muncul goresan merah yang menghentikan teriakannya.

"Urusai na ! Siapa yang mau menyerah ?!" Seruku dengan tatapan marah, "Invisible Arrow !!"

Detik berikutnya tubuh Bakugo berkali kali digores sesuatu. Pakaiannya tersobek di segala sisi. Seolah dihujani sesuatu secara beruntun.

"Serangan tak terlihat !" Seru Midoriya.

"Jangan jangan itu yang digunakan Ryuna untuk mengambil ikat kepala waktu perang berkuda !" Kirishima teringat saat tiba tiba aku memiliki ikat kepala kami yang dicuri Monoma.

Bakugo mengangkat satu tangannya untuk melindungi diri. Tapi akhirnya dia hanya bisa bertopang dengan sebelah kakinya.

"Aku belum selesai !" Seruku lagi, "sekali lagi ! Thunder Shock !!"

Petir kembali menyambar Bakugo yang sudah tak berdaya, tak bisa melihat apa yang menyerangnya.

Seranganku kali ini lebih kuat lagi dan lebih lama. Bakugo mengerang kesakitan terkena sambaran petir untuk ke sekian kalinya.

Jujur aku pun merasa bersalah melakukannya tapi tanggung sedikit lagi, kalau gagal yaudah kalah karena serangan ini cukup menguras tenaga.

Aku tak ambil jeda. Aku memaksakan kakiku bergerak lalu mengirimkan tendangan terakhirku ke arahnya.

Bakugo tak putus asa. Dia mengangkat kedua tangannya, satu untuk menahan kakiku dan satu lagi melancarkan serangan telak ke tubuhku

"Aku tidak akan kalah !!" Aku hanya mengharapkan tendanganku berhasil.

Kedua tangan Bakugo meledak, aku sekali lagi terpelanting ke belakang. Aku sudah tak bisa bergerak. Baiklah aku kalah.

Namun…

"Bakugo keluar dari arena ! Ryuna memenangkan pertandingan !"

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now