#10 : Crazy Idea

399 70 1
                                    

Pertandingan sudah dimulai

Seluruh murid langsung berbondong bondong melewati lorong stadion yang sempit. Aku sigap melompat ke dinding sebelum terdesak lalu melompat lagi ke dinding seberangnya.

Yak cosplay jadi ninja dulu

Aku beberapa kali menjadikan pundak orang orang di bawahku untuk menapak. Tak butuh waktu lama aku berhasil keluar lebih dulu. Sepersekian detik setelahnya lorong dan semua orang di dalamnya seketika membeku. Pelakunya tak lain dan tak bukan jelas Todoroki.

“Tidak akan kubiarkan!! Bocah setengah sialan!” Bakugo meledak ledak mengejar Todoroki.

Mineta melompat menyebarkan bola bola lengket di tanah, “aku tidak akan kalah! Terima jurus pamungkasku!“

BANG

Mineta tiba tiba terlempar.

“Rintangan pertama! ROBOT INFERNO!”

“Robot penjahat yang di ujian masuk !” Aku menatap sekelompok robot yang pernah kuhadapi saat ujian masuk, kali ini jumlahnya lebih banyak.

Semua orang tercengang melihat rintangan di depan mereka.

Tanpa pikir panjang Todoroki langsung membekukan satu robot raksasa di depannya lalu menerobos lewat celah di bawah kakinya. Todoroki memimpin.

Yah aku baru juga paling depan, udah kebalap aja.

Beberapa orang berusaha mengikuti langkahnya, tapi karena robot raksasa itu jatuh, menimpa mereka yang berusaha menerobos lewat bawah. Orang orang berseru ngeri.

“Hhaarggh !! Aku tak mungkin mati !” Kirishima keluar dari tubuh robot diikuti oleh Tetsutetsu dari kelas B.

Bakugo, Sero, dan Tokoyami menerobos lewat atas. Teman teman yang lain juga mulai bergerak.

“Hmm bagaimana caraku lewat ya ?” Aku masih memandang bingung kumpulan robot yang menghalangiku.

“Ryuna awas !!” Seru Midoriya yang berada tidak jauh dariku.

Aku mengangkat tangan, “bukan saatnya kau mengkhawatirkan orang lain, Midoriya.”

Tiga robot di depanku tersambar panah petir ku dan seketika roboh.

Level satu berhasil kulewati. Tantangan berikutnya sudah menunggu.

“Level kedua! THE FALL”

“Astaga sejak kapan rintangan ini ada disini ?” Uraraka berseru heran melihat jurang besar dengan tebing tebing kecil yang dihubungkan dengan tali tali panjang.

“Keroo!” Tsuyu dengan percaya diri melompat dan merambat di tali. Bakugo langsung melesat cepat ke seberang jurang. Dari jauh kayak kembang api.

Anak anak lain tampak kebingungan melewatinya. Tapi tidak untukku. Mungkin ini ide gila tapi aku tidak kepikiran cara lain. Aku tinggal memotong salah satu tali lalu bersiap berayun ke seberang.

“H-hei Ryuna !” Mina menghentikanku, “apa yang mau kau lakukan ?!”

Aku tersenyum, “sampai ketemu di seberang.”

Aku kemudian menjatuhkan diri ke jurang dengan bergelantung pada tali. Mereka yang menonton ku berseru ngeri.

Aku menapakkan kaki di dinding tebing seberang lalu memanjat ke atas.
“Oii sebaiknya kalian jangan sampai jatuh ! Dasarnya tak terlihat !” Aku melambaikan tangan pada Mina dan Uraraka yang masih di tempat semula.

Keduanya memandangku dengan wajah tegang, “BAGAIMANA KAU BISA SESANTAI ITU HAH ?!”

“Tenang saja !” Seruku lagi, “kalau jatuh paling masuk isekai ! Saa ganbare !”

Aku menatap ke depan. Rasanya tidak mungkin aku melakukan hal seperti tadi setiap menyebrang. Pasti melelahkan.

“Oh iya tinggal jalan di atasnya saja,” pikirku.

Aku mencoba menapakkan kakiku di atas tali lalu berjalan selangkah demi selangkah. Tapi karena kelamaan aku coba lari aja dan jatuh. Untung berpegangan pada tali.

“AHH RYUNA ! BERHENTILAH MEMPERMAINKAN NYAWAMU !” Teriak Uraraka yang kebetulan sedang terbang di dekatku.

“Ohh daijoubu. Aku bisa naik lagi,” jawabku datar.

Uraraka menghela nafas, “sudahlah ! Akan kubantu kau ke seberang. Daripada kau mati.”

“Benarkah ? Makasih !”

Uraraka menyentuh bahuku, lalu kami berdua melayang ke seberang. Kami agak tertinggal. Anak anak lain sedang berusaha di rintangan ketiga : Ladang Ranjau.

“Serius deh, kapan UA membuat ini ?” Ujarku heran, “hei sekalian saja kita terbang ke depan ya ?”

“Ahh tidak bisa,” Uraraka yang sudah mencapai batas quirk nya.

Aku menghela nafas, “yaudah kita jalan saja.”

BOOM!!

Tiba tiba muncul ledakan besar yang hampir membuatku terpental.

Midoriya, penyebab ledakan itu, melesat cepat dengan sebuah papan bak meteor kimi no nawa.

Semua mata tertuju padanya. Todoroki dan Bakugo yang berada di depan berhenti berkelahi sesaat.

Setelah memahami situasi, Bakugo sekali lagi terbang dengan ledakan dan Todoroki menggunakan esnya, membekukan tanah.

Dari tadi kek woy, masa tunggu ada yang maju.

Aku yang sudah nggak sabaran memutuskan melakukan ide gila yang terbesit di kepalaku lagi.

“Kalian yang di depan ! Maaf mungkin akan kena sedikit !” Seruku memperingatkan anak anak yang sudah berada di depan.

Aku mengangkat tangan. Puluhan panah menghujani ladang ranjau itu dan sudah ketebak lah apa yang terjadi selanjutnya.

“WOI GILA KAH ?!!” Semua orang berteriak kaget.

Aku menembak beberapa ranjau di area itu untuk membuka jalan. Alhasil ada beberapa orang ada yang terkena efeknya.

“Nah ayo maju ! Aku sudah membuka jalan,” ucapku santai pada Uraraka yang masih melongo, “aku berhutang padamu tadi.”

Aku dengan mudah melanjutkan perjalanan. Rupanya tadi itu adalah rintangan terakhir. Kami kembali ke stadion tempat kami mulai.

“Deku-kun! Sugoi, kau dapat peringkat pertama!” Uraraka langsung menghampiri Midoriya. Dasar bucin bestienya ditinggal.

Seseorang menyentuh pundakku tiba tiba, “Ryuna…”

“Oh Mina ! Syukurlah kau berhasil !”
Tapi kemudian aku menyadari tatapan kesal anak anak lain di belakangnya.

“Apa kau berniat meledakkan kami semua tadi hah ?!” Tanya Mina dengan nada seram.

Aku tersenyum canggung, “ehehe warui ! Kalian baik baik saja kan ?”

“KAMI HAMPIR MATI TAU !!”

“Ahh iya santai ! Setidaknya aku membuka jalan untuk kalian kan ? Kalian harusnya berterima kasih,” aku menyilangkan kedua tanganku.

“Akan kukalahkan dia nanti,” Kaminari.

“Ya baiklah ! terima KAsih BAnyak LHO,” Mina.

Yah semoga nyawaku masih aman setelah ini.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now