#15 : Not Over Yet

364 62 0
                                    

Tubuhku masih membeku. Mara mengulurkan tangan hendak menggapaiku.

Souma dan Haku muncul menghadang gadis itu mendekatiku. Midnight, Endeavour dan beberapa pro hero juga mulai bertindak.

Mara menyadari pergerakan para pro hero, “terlalu banyak gangguan disini !”

Mara mengangkat tangannya. Aura gelap menyelimuti tubuhnya kemudian menyebar dan membentuk seperti kubah yang mengurungku, Haku, Souma, dan Todoroki yang sudah tak sadarkan diri.

“Kirishima, pegang ini ! Jangan sampai hilang !”

“Bakugo ! Kau mau kemana ?!” Kirishima berusaha menghentikan sahabatnya yang melompat masuk tepat sebelum kubah hitam itu tertutup sepenuhnya.

"Kita terjebak! Kita harus kalahkan dia untuk bisa keluar!" Souma memberi aba aba, "kau lindungi saja temanmu yang tak sadarkan diri itu, Ryuna!"

Aku tak terima, "kalian lupa saat terakhir kali melawannya hah ?!"

"Tenanglah, Ryuna! Kau punya kekuatan lain yang bisa mengalahkannya! Ingatlah dan coba bangkitkan itu!" Perintah Haku.

Aku teringat kembali sewaktu di agensi bibiku. Kekuatan itu berhasil menyelamatkan hidupku. Sayangnya aku tidak tahu bagaimana cara membangkitkannya.

"Kenapa kau mundur, bodoh!" Seru Bakugo yang tanpa kusadari ada dibelakangku, "kakakmu sedang bertarung, masa kau mundur?!"

Aku kaget mendapati Bakugo berada disitu, “KAU SEDANG APA DISINI ?!!”

“Cih memangnya kau bisa membawa bocah setengah setengah itu ?!” Jawab Bakugo santai sambil menunjuk ke arah Todoroki, “kalau kau tidak maju, biar aku saja. Aku sudah pernah bertarung dengan penjahat sebelumnya.”

Bakugo melompat hendak menyusul Souma dan Haku. Aku tak bisa menghentikannya. Aku terpaksa harus menendangnya lagi agar dia berhenti.

“Apa yang mau kau lakukan bodoh !!” Aku berteriak marah, “jangan ikut campur !”

Bakugo malah balik memarahiku, "apa apaan kau ini ?! Itu hanya villain biasa ! Kenapa kau segitunya ?!"

"Penjahat biasa katamu ?!" Air perlahan menggenang di kantung mataku. Aku menarik kerah bajunya dengan emosi, "kau tahu apa yang sudah dia lakukan pada keluargaku ?!"

Bakugo terdiam beberapa detik menatapku kemudian menyentakkan tanganku yang masih mencengkram bajunya.

"Baiklah terserah kau ! Aku tidak akan ikut campur," Bakugo menyerah.

Aku memalingkan wajah, "ya sudah kau jaga saja Todoroki !"

Sial. Aku malah buang buang waktu bertengkar dengan Bakugo. Tadi juga sepertinya aku tidak sengaja hampir membuka rahasia tentang Mara yang menewaskan keluargaku. Semoga dia nggak sadar.

Otakku kembali berpikir keras, bagaimana cara membangkitkan kekuatannya seperti dulu.

Di depan sana, dua kakakku bertarung sekuat tenaga. Sementara Mara hanya menghindar sesekali menyerang.

Aku berusaha fokus, nafasku memburu, aku semakin panik setelah melihat Souma dan Haku terbanting ke tanah.

Di tengah kepanikan itu aku merasakan sentuhan lembut di bahuku.

"Tenanglah. Aku akan membantumu."

Sebuah suara lembut menggema di kepalaku. Suara bising pertarungan seperti teredam berubah menjadi white noise. Aku merasa lebih tenang.

Sentuhan yang seperti angin itu kemudian merambat ke tangan kiriku dan seolah menggandengku.

Tangan kiriku tiba tiba membentuk pola berwarna putih yang bersinar di tengah gelapnya kubah hitam itu. Kekuatan besar seperti memenuhi tubuhku.

"Nah pergilah. Kakakmu membutuhkanmu."

Kesunyian perlahan menghilang. Aku menatap tangan kiriku yang bersinar. Ini sama seperti waktu itu.

Tanpa menunggu lama aku mengayunkan tangan, panah panah berwarna putih bersinar melesat ke arah Mara.

Mara yang sedang menyerang Souma dan Haku mendadak melompat menghindar.

"Maaf aku lama ! Serahkan padaku !"
"Ryuna ! Kau berhasil !" Souma berseru senang.

Mata Mara berbinar binar menatapku, "akhirnya kau muncul, Blanche !"

Aku tak banyak bicara dan menyerangnya dengan panah dari segala arah. Kubah gelap itu seketika seperti diterangi cahaya cahaya putih yang bergerak cepat.

Aku melompat ke udara melayangkan tinju yang dilingkupi cahaya.

Mara menghindar dan menggerakan kakinya ke arahku. Aku sigap menangkisnya. Sebenarnya aku heran bagaimana bisa aku menangkis tendangan sekuat itu. Tapi aku merasa jauh lebih kuat

Setelah 20 menit bertarung di udara, akhirnya dua panah yang kulepaskan di sela pertarungan berhasil mengenai tubuhnya.

Panah itu mengeluarkan api putih yang perlahan melukai Mara.

Gadis itu meringis. Lalu kembali melepas tendangan padaku, "ah sudah cukup, aku akan pergi !"

Mara mengayunkan tangan, aura gelap kembali menyelimuti tangannya.

"Tunggu !" Aku melompat menyusulnya.

"Tenang saja. Tujuanku kesini ingin menyapamu saja! Kita pasti….akan bertemu lagi!"

WUSH

Aku menyerang udara kosong. Gadis itu menghilang menjadi asap. Kubah gelap itu juga seketika menghilang. Stadion kembali diterangi cahaya matahari.

"Hilang ?!"

Kekuatanku ikut menghilang bersamaan dengan hilangnya musuhku.

"Tunggu," aku tersadar kalau terbang sampai setinggi atap stadion, "bagaimana aku mendarat ?!"

Tubuhku terjatuh. Aku menjerit ngeri lalu datanglah elang bayang Haku yang berhasil menangkapku.

"Sebelum terbang setinggi itu, pikir dulu gimana mendaratnya ! Kan gak lucu kau mati bukan karena Mara tapi karena jatuh dari ketinggian !" Omel Haku sesampainya di bawah.

Aku tidak berkata apa apa.

Tangan kiriku sudah kembali seperti semula. Todoroki juga sudah sadar atau bisa dibilang baru sadar. Para pro hero terlihat mengelilingi arena stadion, tampak lega melihat kami tidak ada yang terluka serius.

Stadion sudah kosong. Mungkin sudah evakuasi. Bisa dibilang keadaan kembali normal, kecuali para wartawan yang selalu ingin tahu. Hanya beberapa bagian arena hancur karena pertarungan tadi.

Tidak ada korban dalam kejadian ini. Tapi acara penghargaan jadi tidak bisa terlaksana.

Souma dan Haku memilih membawaku pulang lebih dulu.

Setelah kejadian itu aku tidak banyak bicara. Bahkan aku tidak tahu keadaan Bakugo dan Todoroki yang mungkin tadi menyaksikan pertarunganku.

*

Buat yang gak tau. White noise tuh kayak suara yang bisa menutupi suara lain.

Bisa cari di google atau di youtube juga banyak kalau mau denger.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now