#64 : The Cooperation Mission

96 7 1
                                    

Menyempatkan update sebelum PAS dan makin sibuk

Enjoy ♡

*

Aku terus berada di samping Akira sementara pihak medis mengobati lukanya dengan membalutkan plester atau kain kasa. Mereka bilang lukanya tidak parah karena hanya luka dari ledakan ledakan yang diterimanya, kecuali kelelahan karena mengubah seluruh gedung menjadi es.

Aku duduk di sampingnya sambil melipat tanganku di depan dada, memandanginya dengan tajam.

Akira balas memandangku dengan canggung, "hmm... aku sudah tidak apa apa. Kau tidak perlu memperhatikanku seperti itu."

Aku menggeram jengkel seraya menyipitkan mataku padanya, "kau ini terlalu arogan, tahu! Untung saja Zea datang menolongmu tepat waktu. Bagaimana kalau tidak? Dapat kupastikan lukamu lebih parah dari ini!"

"Ya ya, baiklah, maafkan aku, oke?" Akira terkekeh pelan dan berbicara dengan nada seperti menenangkan anak kecil.

Aku mendengus, "kenapa kau nekat masuk ke gedung yang terbakar tadi?"

"Kakikku bergerak sendiri," jawabnya asal.

"Kenapa kau melarangku ikut ?"

"Karena quirkmu tidak mendukung."

"Memangnya quirkmu mendukung?"

"Ya. Kau tidak lihat gedung itu sudah berubah menjadi es dan villain telah ditangkap?"

Aku berdecak kesal. Dia bisa menjawab semua pertanyaanku yang kutujukan untuk memojokkannya begitu saja. Aku tidak bisa membantah. "Ah sudahlah!"

Akira tergelak, tampaknya puas memenangkan debat denganku. "Berhentilah menggerutu seperti itu. Aku tahu aku pintar," ucapnya dengan seringai iseng di wajahnya.

Aku mendengus sekali lagi lalu membuang muka. Ini bukan pertama kalinya Akira menang berdebat denganku. Entah sejak kapan dia jadi mengenalku dengan begitu baik. Aku merasa dia berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih dewasa. Padahal, dia dulu selalu bersembunyi di belakangku. Rasanya seiring berjalannya waktu, segalanya mulai berubah satu persatu.

Aku melayangkan pandangan ke gedung yang membeku. "Kenapa kau harus sampai membekukan gedung seperti itu?" tanyaku tanpa mengalihkan perhatianku dari bangunan itu.

Akita berdeham pelan lalu menjawab, "aku harus. Itu kelemahan villain itu."

"Kelemahan?"

Akira mengangguk seraya memutar bahunya setelah pihak medis selesai dengan lengannya. "Itu kelemahan si villain. Quirknya adalah semacam serangga api. Padahal setahuku kelemhan serangga justru adalah api, tapi ternyata itu malah menjadi kekuatannya. Jadi aku berpikir mungkin justru kebalikannya, kelemahannya adalah air atau es," jelasnya, "Yah, begitulah. Karena aku kehabisan waktu, aku memutuskan untuk membekukan seluruh gedung."

Aku terdiam sejenak berusaha memahami kata katanya, kemudian mengangguk asal, "baiklah, aku mengerti... kurasa."

"Tidak. Aku tahu kau tidak mengerti," ejek Akira. Aku langsung melemparkan lirikan tajam padanya.

Sekelebat bayangan yang melayang tepat di atas kami mengalihkan atensiku. Diiringi dengan suara kepakan sayapnya yang khas, Hawks mendarat tak jauh dari kami. Aku memperhatikannya dari jauh ketika dia berbicara dengan agensi Zea dan pihak kepolisian dengan wajah puas. Dari sana aku tahu bahwa villain yang menyebabkan kekacauan ini telah ditangani.

Hawks menyadari pandanganku padanya. Dia kemudian menyelesaikan perbincangannya dan menghampiri kami.

"Yo !" sapanya lalu menepuk pundakku dan Akira bersamaan, "kerja bagus, kalian berdua."

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now