#46 : I Will Protect Her

175 25 0
                                    

Gak sadar udh lewat seminggu :(

Enjoy ajalah ♡

*

Hari keduaku tinggal di kaki Gunung Hinode. Ibuku mendaftarkanku di satu satunya sekolah yang ada di desa itu. Tidak heran kalau aku satu sekolah dengan Ryuna. 

Kami berjalan bersama di hari pertamaku ke sekolah. Pagi ini, gadis itu tidak banyak bicara, kami lebih banyak diam sepanjang jalan. Sepertinya dia diomelin kakaknya semalam.

Kami memasuki gerbang kompleks sekolah. Ada 3 gedung utama dalam kompleks tersebut membentuk letter U. Gedung sebelah kanan adalah gedung SD, sebelah kiri gedung SMP, dan gedung SMA di tengah. Selain itu ada fasilitas lain seperti lapangan, aula, dan sebuah taman kecil yang indah di belakang gedung SMA. Untuk standar sekolah yang ada di desa, sekolah ini sangat bagus.

Aku dan Ryuna berpisah di koridor kelas lantai 1, di gedung SD, setelah dia mengantarku ke ruang guru. 

"Ja, aku ke kelas dulu," ucap Ryuna sambil berlalu pergi, "kalau beruntung, kita mungkin akan sekelas. Yah aku tidak berharap begitu sih."

"Apa sih maunya ?" Keluhku dalam hati sebelum akhirnya melangkah ke dalam ruang guru.

***

"Akira ?!" Ryuna berdiri dari kursinya setelah melihatku berjalan ke depan kelas. Aku tersenyum kikuk sambil melambaikan tanganku.

Dan begitulah awal dari kehidupan sekolahku dengan Ryuna dimulai. Hari pertamaku berjalan dengan sangat baik. Tapi hari itu, aku mengetahui sesuatu. Ryuna menjadi target perundungan di sini, dikarenakan quirknya yang belum bangkit walau sudah menginjak usia 6 tahun. Tapi dia tidak pernah sekalipun menangis di depanku dan hanya mengatakan "aku tidak apa apa." 

Namun, yang kusuka darinya, dia selalu berusaha melawan walaupun tidak ada hasilnya. Lawannya seorang gadis bersayap besi. Namanya, Tori—ah aku tidak tahu nama belakangnya.

Aku sendiri terlalu takut untuk melawannya saat itu walaupun quirk ku sudah bangkit.

Sore itu, sepulang sekolah, aku menemukannya di belakang gedung bersama Tori dan komplotannya.

"Kau mau melarikan diri ya ?!" Bentak Tori. Aku bersembunyi dibalik tembok, tidak berani mendekat. 

"Aku ingin pulang tahu !" Balas Ryuna. 

Tori memojokkan Ryuna ke dinding lalu menatapnya dengan sangar, "siapa yang bilang kau boleh pulang ?" 

Detik berikutnya, Tori merebut paksa tas Ryuna dan mengobrak abrik isinya. 

"Jangan sentuh itu !" Seru Ryuna ketika Tori mengeluarkan selembar kertas. 

Tori melirik kertas itu kemudian tersenyum menyeringai, "ini penting buatmu ya ?" Tangannya seketika meremas benda itu sampai tak berbentuk. 

Kulihat wajah Ryuna yang tampak marah, sedih dan kecewa menjadi satu. Sudah cukup sampai disitu. Aku memaksa kakiku berlari menerobos Tori dan teman temannya. Kuambil barang barang gadis itu dari Tori lalu aku menarik tangannya, berlari menjauh. 

Tori diam saja melihat kejadian itu. Dia tertawa pongah mengiringi kepergian kami. 

"Hei, rambut biru !" Suara Tori menggema di belakangku, "kalau kau ingin membela gadis itu, berdirilah di depannya bukan mengajaknya mundur !"

Aku tidak menghiraukannya dan terus berlari meninggalkan sekolah. 

Setelah cukup jauh, barulah kami bisa bernapas lega. 

Aku menatap wajah Ryuna yang kusut. Gambar buatannya, yang hari ini kami buat saat pelajaran menggambar, dirusak oleh Tori. 

"Maaf," aku berkata pelan, merasa bersalah, "aku terlalu takut untuk membelamu."

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now