#33 : Eclipse

192 45 2
                                    

Konbanwa

Tadinya mau up lebih siang tapi hujan dan saya dalam mode hibernasi 👍

Oiya aku juga kepikiran lagu op sama ed karena lagi suka sukanya denger lagu jepang :)

Op nya udah kutaroh di chap prolog nanti ed nya di akhir aja ngokhey

Btw makasih yang baca udah 1K 😭

Enjoy ♡

*

Kabut hitam perlahan mulai menghilang. Sudah kuduga aku akan berpindah tempat. Tapi aku tidak tahu ini dimana.

"Sekarang hanya ada kita berdua. Aku tidak akan menyakiti temanmu dan kau tidak akan menyakiti temanku," desis Mara.

Aku bersikap waspada. Mara pasti dendam karena aku membanting si gadis psikopat itu.

"Yah ini yang terbaik," jawabku datar, "tidak melibatkan orang lain."

Mara kemudian mengalihkan pandangannya, "kau ingat tempat ini ? Tidak mungkin kau tidak tahu."

Mendengar itu, aku menyapu pandangan ke sekeliling dan ada satu hal yang membuatku mengenal tempat ini : saung kecil di tepi jurang.

Aku tersentak kaget lalu mundur beberapa langkah.

"Lihat itu. Kincir angin yang kau buat dengan kakakmu masih terpasang di sana setelah beberapa tahun," Mara menunjuk ke arah saung.

Sudah dua tahun aku tidak kembali ke sini. Benda itu, lima kincir angin itu, masih tertancap di tanah dekat saung.

Aiha sangat menyukai filosofi. Kelima kincir angin itu dibuatnya tentu dengan artian tertentu.
Sampai sekarang aku masih mengingat kata katanya.

"Kincir angin ini akan terus berputar selama kita bernafas. Sama seperti dia akan terus berputar selama ditiup angin. Saat kincir ini terkena hujan yang membuatnya basah dan berhenti, ada matahari dan angin yang akan membuatnya berputar lagi. Sama seperti hidup kita yang akan serasa berhenti ketika kita merasa hancur. Tapi, kita tidak ditakdirkan untuk sendiri. Akan ada seseorang yang menjadi matahari kita. Dan selama kita masih ingin hidup dan menerima angin, aku yakin kita akan baik baik saja dan kembali berputar."

Aku tercekat ketika mengingat kata kata itu. Seolah ucapan Aiha kembali menggema di kepalaku.

"Aku mengingatnya. Aiha bilang bahwa kincir angin seperti hidup kalian kan ?" Lanjut Mara, "lihatlah. Aku sudah menumbangkan dua."

Aku meremas jari menahan emosi. Aku kemudian bangkit berdiri. Pola bersinar Blanche kembali merambat di tangan kiriku hingga ke leher.

"Aku tidak akan kalah," ucapku singkat.

"Yah, hasil akhir yang akan menentukan."

Mara menyelimuti dirinya dengan kabut hitam. Dari belakang tubuhnya muncul seperti rantai rantai dengan ujung yang tajam.

Aku juga mempersiapkan diri. Anehnya, Blanche lagi lagi mengeluarkan teknik baru yang seolah aku mengerti. Tanganku bergerak ke depan. Benda seperti serat serat cahaya tiba tiba mengalir keluar dari telapak tanganku kemudian membentuk sebuah tombak.

 Benda seperti serat serat cahaya tiba tiba mengalir keluar dari telapak tanganku kemudian membentuk sebuah tombak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now