#69 : Aftermath

86 9 2
                                    

Lupa update kemaren 🙏

Untungnya saya tim libur hari ini mwehehe

Enjoy!

*

Malam itu, aku memimpikan hal yang sama lagi.

Aku berada di tengah tengah sebuah kekacauan. Puing puing dan reruntuhan dimana mana, bangunan bangunan setengah hancur, debu beterbangan hingga membentuk kabut tipis, dan di beberapa tempat aku menemukan bercak darah. Kali ini aku dapat mendengar suara suara seseorang berteriak minta tolong, suara orang menangis, tapi semuanya terdengar redup dan teredam.

Napasku terengah sementara aku melihat ke sekeliling dengan panik dan bingung. Tubuhku kotor, penuh luka dan lebam. Kurasakan perih dan ngilu di beberapa bagian tubuhku. Kostumku telah sobek di sana sini, seperti aku baru saja menyelesaikan sebuah pertarungan sengit.

Netraku kemudian menangkap pemandangan dari balik kabut debu tipis dan kekacauan di sekelilingku.

Oh tidak. Aku tahu bagian ini.

Aku tersentak dan seketika napasku tercekat. Manik biruku mengecil dengan sorot penuh kengerian pada pemandangan di depanku.

Tubuh orang orang terdekatku bergelimpangan di depanku. Diantara semuanya, aku menangkap sosok Souma, Haku, Akira, dan Bakugo. Mereka terluka parah dan terbaring diam dengan tidak menunjukan tanda tanda kehidupan.

Panik menyerangku lagi. Napasku memburu dan semakin lama aku memandangi pemandangan itu, semakin pendek dan cepat. Dadaku terasa sesak sehingga aku kesulitan bernapas dengan benar, tapi jantungku berdebar tak keruan. Kepalaku berdenging nyaring diikuti dengan pandanganku yang berputar dan seluruh tubuhku mulai gemetar. Air mata menggenang di mataku yang membelalak dan mulai mengalir turun ke pipiku.

Aku hendak berteriak sekencang yang aku bisa, namun aku terlalu terguncang hingga hanya mengeluarkan seruan tertahan. Suaraku tercekat ketika sekali lagi pandanganku mendarat pada Bakugo. Napasku seperti tercekik menyaksikannya sehingga aku tak bisa bersuara lagi.

“Maaf…” suaraku tercekat dan hanya terdengar lirih. Tanganku terangkat dan mencengkram kepalaku ketika suara suara di kepalaku semakin nyaring semakin aku tidak melepaskan pandanganku dari Bakugo.

Kali ini dengingan itu berhenti dan segalanya di sekitarku menjadi putih. Aku mengangkat kepalaku dan menatap ke depan dengan mata berkaca kaca yang masih menyorotkan kengerian.

Di depanku, berdiri seorang gadis dengan rambut perak panjang hingga ke pinggang. Seperti rambut perak milikku.

Aku tak dapat melihat wajahnya tapi aku tahu dia sedang tersenyum sambil menatapku dari jauh. Tapi aku sama sekali tidak menyukai senyumnya karena itu lebih terlihat seperti seringai dengan banyak hal tersembunyi di dalamnya.

Tepat ketika sosok itu hendak mengangkat wajahnya, napasku tercekat seolah berhenti. Aku merasakan sensasi tercekik hingga nyawaku seperti direnggut.

Mataku sontak terbuka lebar. Napasku terengah engah dengan keringat di sekujur tubuhku. Tanganku mencengkram selimut dengan kencang sementara mataku membelalak menatap langit langit kamar. Suara alarm mengiringi kepanikan mendadak yang kualami sehingga memaksaku tersadar untuk mematikan suaranya yang berisik.

Aku berusaha tenang dan menyadarkan diriku sambil menyeka keringat di dahiku. Aku lalu meletakkan pergelangan tangan menutupi kedua mataku sementara tanganku yang satu lagi pindah mencengkeram dada. Jantungku juga berdetak tak keruan dengan napas yang berkejaran.

Aku memimpikan hal itu lagi, kali ini ditambah wanita misterius dengan seringai yang membuatku merinding.

“Sial,” aku mengumpat pelan setelah napasku sudah lebih teratur lalu beranjak duduk.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now