#59 : New Case

103 14 0
                                    

Sialan

Sekalinya liburan malah writer block...

*

Keesokan harinya, aku dan Akira berangkat untuk melaksanakan magang bersama Souma dan Haku. Kedua kakakku itu meminta kami untuk datang ke apartemen lamaku. Sepertinya mereka berdua menempati tempat itu sekarang.

Kami berangkat dari asrama menggunakan bus. Sudah lama aku tidak menjalani rutinitas ini.

“Apa dulu kau selalu naik bus dari rumah ke sekolah, Ryuna ?” Tanya Akira penasaran.

Aku mengangguk sembari mengingat kembali hari hari itu.

Akira berdeham, “pasti menyenangkan rutinitas seperti itu. Aku tidak pernah merasakannya sejak dulu.”

“Memangnya waktu di luar negeri atau di Tokyo kau tidak ke sekolah ?”

Akira menggeleng, “waktu di luar negeri, aku masih bayi. Sedangkan waktu di Tokyo, sekolahku kan hanya berjarak tiga blok dari rumah sebelum akhirnya pindah ke sekolahmu.”

Aku tertawa getir, bingung harus bereaksi bagaimana.

Kami tidak banyak berbincang sepanjang perjalanan. Setelah sampai, kami sempat mampir membeli es krim langgananku dulu lalu duduk berdua di bangku taman menikmati es krim.

“Kau tahu ? Aku dulu pernah melakukan ini bersama Bakugo,” ujarku mengambil sembarang topik, “sepertinya itu pertama kali aku berbincang cukup lama dengannya.”

Akira seketika menegakkan badannya. Sambil mengerutkan dahi, dia menoleh padaku, “Bakugo ? Kau bicara apa dengannya ? Sepertinya dia bukan tipe orang yang bisa diajak bicara.”

“Yah dia sempat bertanya tentang keluargaku. Waktu itu, Souma dan Haku belum datang. Aku berbohong padanya kalau semua keluargaku di luar kota. Sampai sekarang sepertinya dia tidak tahu kebenarannya,” aku tanpa sadar menggoyangkan kaki ku karena mengingat hal itu. “Lalu waktu itu juga kali pertama dia memberiku julukan.”

“Julukan ?”

“Ya. Square eyes.”

Akira menelengkan kepalanya, “memang matamu kotak ?”

Aku tertawa, “entahlah. Aku juga tidak paham jalan pikirannya.”

*Baca chapter #04 : We Are a Team*

Akira terdiam sebentar sambil menatapku. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan bertanya, “hei, apa es krimnya seenak itu ? Atau karena kau suka topiknya ?”

“Hmm entahlah. Keduanya ?” Jawabku.

Tangan Akira yang dibalut sapu tangan mendadak menyentuh ujung bibirku tanpa aba aba, “kau tidak berubah ya. Setelah beberapa tahun pun kalau sudah keasyikan bicara sambil makan pasti celemotan.”

“Ah astaga, memangnya iya ?!”

Akira menarik tangannya, kembali mengerutkan dahi lalu segera bangkit dari tempat duduknya, “sudahlah. Ayo kita temui kakakmu.” Dia lalu bergumam sangat pelan sampai suaranya tak bisa kudengar, “aku tidak suka topiknya.”

Aku ikut beranjak mengikuti langkah Akira dengan sedikit bingung dengan sikapnya yang tiba tiba itu.

***

Aku tidak akan kaget kalau apartemenku berantakan karena keberadaan kedua laki laki itu. Tapi di luar dugaanku, tempat tinggal lamaku itu ternyata tetap seperti saat aku meninggalkannya, bahkan mungkin lebih baik.

“Kalian sungguh menjadikan apartmenku sebagai markas ?” Aku bertanya setengah tidak percaya.

Souma mengangkat bahu, “kami tidak mau buang buang uang untuk membeli gedung yang hanya kami pakai sementara.”

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now