BAGIAN 99

280 42 4
                                    

Naya duduk meringkuk di balkon kamarnya. Air matanya terus menetes bebas dengan derasnya. Wajahnya terlihat sayu tanpa make up yang menutupinya. Sudah seminggu keadaannya seperti itu. Ikbal yang sudah mencoba puluhan kali membujuk istrinya pun tak bisa membuat hati Naya lebih baik.

"Apa kau butuh sesuatu sayang?" Tanya Ikbal pada istrinya. Naya hanya menggeleng perlahan. "Aku hanya ingin sendirian disini." Jawabnya dengan suara bergetar. Ikbal mengangguk lalu pergi meninggalkan istrinya sendiri. Di depan pintu kamarnya Arya sudah berdiri menunggunya.

"Bagaimana Bal?" Tanya Arya dengan khawatir.

"Masih sama kak. Naya masih tidak mau melakukan apapun." Jawab Ikbal. "Bajingan itu akan menerima akibatnya sudah membuat keluargaku menjadi seperti ini." Kata Arya dengan penuh amarah. "Kami akan menemukannya Kak. Kakak tunggu saja." Kata Ikbal lalu pergi meninggalkan kakak iparnya.

******

Sementara di tempat yang berbeda, empat mata sedang bertemu. Mereka membicarakan hal yang sangat penting hingga petugas polisi pun tak mendengar apa yang sedang mereka katakan.

"Bos, kita sudah membunuh ayahnya Arya Sandya." Ujar seorang pria yang lebih muda dari pria di hadapannya.

"Apa? Apa kau sudah memastikan itu Ayah Arya Sandya atau bukan?"

"Sudah Bos. Bahkan saya melihat pemakamannya dari kejauhan." Jawab pria itu mantap. Oscar membelalakkan matanya. "Aku sudah membunuh orang yang telah menyelamatkan anakku. Bagaimana ini?" Tukasnya sedikit panik. Lalu tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha.. santai saja. Firly adalah ayah sambung. Bukan ayah kandung. Aku rasa Arya pasti memahami bagaimana resiko terjun di dunia hitam ini. Dia juga tidak akan merasa sangat kehilangan kan itu orang tua sambungnya. Gak penting." Ujar Oscar dengan tawa bahagianya. Anak buahnya mengangguk paham.

"Aku akan membunuh satu persatu keluarganya. Hingga hanya tersisa satu saja sama sepertiku. Entahlah meskipun dia sudah baik padaku, dendamku padanya tidak pernah berakhir. Selama ini aku hanya pura-pura saja dihadapannya." Ucapnya lagi. "Sekarang kita ubah rencana kita, kau mulailah memburu keluarga Arya. Adiknya, si Naya itu. Habisi dia. Aku menyesal telah merawat dia selama ini. Kau harus segera menghabisinya." Perintah Oscar. Pria itu mengangguk lalu pergi. Sipir penjara yang melihatnya segera membawa Oscar kembali masuk.

******

Amanda memarkir mobilnya di basement rumahnya. Wanita itu baru saja menyelesaikan jam prakteknya di rumah sakit. Saat membuka pintu kamar anak-anaknya tak disangka dia melihat sesuatu yang menjawab keraguannya selama ini.

Intan sedang menarik tali yang mengikat kaki Amaira hingga gadis kecil itu menangis. "Turunkan aku, kenapa kau menjebakku seperti ini.." ucap Amaira disela tangisnya.

"INTAN.. APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN??" Teriak Amanda sambil berlari melepaskan ikatan yang menjerat anaknya. Mata Intan membulat ketakutan, cepat-cepat dia melangkah mundur. "Mommy..." Amaira lalu memeluk ibunya. "Dia jahat Mom, dia ajak aku main tapi dia menjebak aku dengan tali ini." Ucap Amaira menjelaskan. Intan hanya terdiam tanpa memandang ke arah Amanda. Wajah Amanda terlihat menakutkan jika sedang marah.

"Kau masuklah ke kamarmu. Aku akan menyusulmu nanti." Perintah Amanda pada Intan. Intan mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun lalu pergi ke kamarnya. "Sweet Heart, are you ok?" Tanya Amanda. "I'm ok mommy. Tapi aku gak suka punya saudara jahat kayak dia Mommy." Jawab Amaira. Amanda mengangguk mendengar jawaban anaknya. "Ok cantiknya Mommy, sekarang kamu ke kamar dulu ya. Mommy mau bicara sama Intan dulu." Ujar Amanda sambil mengelus puncak kepala anaknya itu. Amaira mengangguk lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan.

Sebelum pergi ke kamar Intan, Amanda memanggil anak buah suaminya yang berjaga di depan ruang bermain anak-anaknya. "Kalian.. kemarilah.." panggil Amanda. Kedua pria besar itu mengangguk. Saat mereka menghadap ke arah istri Bosnya tersebut dengan cepat amanda menampar mereka berdua.

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang