🎀Chapter 32🎀

149 30 14
                                    

Sudah 5 menit Yuna mondar mandir di depan ruang IGD tempat Haruto di periksa, sedari tadi dia juga menggigit jarinya, terlihat sangat khawatir.

"nak Yuna." seorang nenek tua tergopoh-gopoh mendekati Yuna, terlihat raut wajahnya yang juga terlihat khawatir.

"Grandma." panggil Yuna kemudian memeluk nenek tua itu sembari duduk di ruang tunggu, tanpa sadar gadis itu menangis di pelukan nenek Haruto itu.

"Haruto pasti tidak apa apa nak, jangan khawatir." bisik nenek Haruto pelan, membuat isakan Yuna perlahan mulai berhenti.

"bagaimana Haruto bisa seperti ini nak?" tanya nenek Haruto, Yuna menarik napasnya pelan kemudian menceritakan semua yang telah terjadi.

"jadi seperti itu, sudah jangan marah dengan dia, suatu saat nanti dia akan mendapatkan karma yang setimpal." Yuna mengangguk kemudian buru buru berdiri saat pintu IGD terbuka.

"bagaimana keadaan Haruto dok?" tanya Yuna sembari menggenggam tangan nenek Haruto.

"keadaannya sudah membaik, bagian kepalanya juga sudah dijahit, setelah dipindahkan ke ruang rawat kalian boleh menjenguknya." jelas dokter itu, Yuna menghela napas lega, kemudian mengucapkan terimakasih pada dokter itu.

Setelah menunggu beberapa menit Haruto sudah dipindahkan ke ruang rawat, dia juga sudah bangun dari pingsannya, sekarang malah sudah bisa tertawa bercanda dengan sang nenek.

Yuna hanya tersenyum melihat interaksi keduanya, setelah itu dia berbalik menatap kearah pintu saat pintu dibuka perlahan hingga memunculkan seorang pemuda dengan beberapa kantong makanan di tangannya.

"permisi." ucap pemuda itu membuat Haruto dan neneknya ikut berbalik menatap siapa yang baru saja datang.

"Kenan." Haruto sedikit bangun dari posisi tidurnya kemudian bersalaman dengan kapten timnya itu.

"nenek pindah ke sofa ya, kalian ngobrol aja." ucap sang nenek kemudian berjalan menuju sofa yang tak jauh dari tempat mereka, kini posisi Kenan ada di sebelah kanan Haruto sedangkan Yuna ada di sebelah kiri.

"lo udah gapapa kan To?" tanya Kenan, Haruto mengangguk, lagipula luka seperti ini mah Haruto kuat.

"ini buat lo, buat Yuna juga, ini ada titipan dari pelatih juga." jelas Kenan sembari memberikan beberapa kantong itu pada Haruto dan Yuna.

"pertandingannya gimana Ken?" tanya Haruto tiba tiba, wajah Kenan yang semula biasa menjadi terlihat kesal.

"kita kalah To, cuma gara gara gue nonjok orang songong itu, anjing emang." ucap Kenan sedikit lirih, takut di dengar neneknya Haruto, apalagi yang kalimat terakhir.

"udahlah biarin aja, jadi ternyata dia selama ini pakai cara kek gini buat menang, cukup tahu gue." ucap Haruto kemudian menyeringai.

"pantesan kok bisa menangin pertandingan sebanyak itu, ehh ternyata pakai cara curang." tambah Yuna.

"nggak habis pikir sama tuh orang, anggap aja di pertandingan ini kita yang menang, walaupun kita nggak juara." ucapan Kenan itu diangguki Haruto dan Yuna.

"tapi beneran deh, gue kayak pernah ketemu sama tuh orang, bahkan wajahnya kayak familiar banget, tapi gue gatau dia siapa." jelas Haruto, hal itu tentu membuat Kenan dan Yuna memiringkan kepala bingung.

"pernah ketemu mungkin, pas lo ikut turnamen basket?" tanya Kenan.

"atau pernah main sama lo di arena sebelum kenal gue?" tambah Yuna, Haruto berpikir sebentar, sepertinya bukan dari dua dunia itu, tapi yasudahlah Haruto tidak ingin memikirkannya.

"gue lusa udah bisa masuk kan?" tanya Haruto pada Yuna.

"tadi kata dokter sih gitu, nungguin jahitannya kering juga." jawab Yuna, Haruto ngangguk ngerti, sekarang dia kembali berbaring dan mulai merasa ngantuk, padahal masih sore.

"yaudah, mending lo sekarang istirahat, gue pamit pulang dulu, nek, aku pamit pulang ya." pamit Kenan pada semua orang kemudian berjalan pergi meninggalkan ruang rawat Haruto.

"yaudah lo tidur aja, gue tungguin sama nenek di sana." ucap Yuna, Haruto mengangguk perlahan kemudian menutup matanya, saat dirasa Haruto mulai terlelap, Yuna berjalan mendekati nenek Haruto.

"kamu udah kasih tahu orang tuamu belum kalau nungguin Haruto disini?" tanya nenek Haruto, Yuna mengangguk.

"sudah grandma, Mama sama Papa malah khawatir banget waktu Haruto masuk rumah sakit, jadi mereka nyuruh aku buat jagain." jelas Yuna, nenek Haruto mengangguk kemudian mengusap bahu Yuna pelan.

"Grandma minta tolong sama kamu, tolong jagain Haruto ya." ucap nenek Haruto membuat Yuna bingung.

"ehh.. Grandma mau kemana emangnya?" tanya Yuna.

"nggak kemana mana kok, Grandma disini aja, cuma mau tidur." jelas nenek Haruto.

"Grandma tidur di tempat tidur sebelah Haruto itu, kalau di sofa nanti Grandma pegal pegal." ucap Yuna sembari melucu.

"yasudah, Grandma mau tidur dulu ya." ucap nenek Haruto kemudian berjalan kearah tempat tidur yang memang sudah disediakan untuk keluarga pasien.

"terus gue ngapain ya?" tanya Yuna pada dirinya sendiri, setelah itu dia pun ikut berbaring di sofa dan bermain Handphone, karena dia nggak mungkin ikut tidur juga kan.

☆゚.*・。゚

Sunghoon kini sedang menikmati rintik hujan di depan Supermarket, dia juga tidak membawa payung, jadi dia masih stay berdiri disana sampai hujan reda.

di tangannya ada minuman dingin, sedari tadi dia memasang wajah datar supaya tidak diganggu oleh orang lain, terbukti dengan beberapa orang yang memilih diam di dekatnya, padahal mereka mau bilang kalau kursi di depan supermarket itu banyak, tapi kenapa dia malah berdiri.

Secara tiba tiba ada orang yang menabrak bahu Sunghoon dengan cukup keras, hal itu tentu saja membuat Sunghoon sedikit emosi, matanya memandang kearah orang yang menabraknya tadi, terlihat tidak ada rasa bersalah dalam raut muka orang itu.

"Oops.. sorry nggak sengaja." ucapnya kemudian kembali berjalan dengan angkuh, Sunghoon menatap orang itu dengan tatapan sinis sebelum kemudian kembali nge bug sambil berdiri lagi.

TBC

Pen nangiss... writer block banget walaupun ide semua ada di otak, jadi... ceritanya pasti gajadi selesai Agustus, maybe akhir tahun baru selesai, ehh tapi kelamaan, ya... gatau juga sih, nggak mau ngira" takutnya salah, hehee..

By : RA.

WHO LOVE'S YOU? ~End~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang