🌸Chapter 36🌸

110 31 24
                                    

Haruto menatap seseorang yang tadi menabrak Yuna, wajahnya terlihat emosi, apalagi saat melihat pemuda itu malah ketawa ketiwi sembari menceritakan kejadian tadi pada teman temannya.

langkah kakinya berjalan kearah sekumpulan anak kelasnya yang berada di lapangan, jam pelajaran Haruto saat ini memang olahraga dan sedang istirahat setelah tadi praktek basket.

"lo kenapa To?" tanya Kenan, Haruto hanya menggelengkan kepala, dia menatap lurus ke depan, melihat anak kelas lain yang bermain basket di lapangan tengah.

"dari kemarin lo murung terus tahu nggak, lo kenapa emangnya?" tanya Kenan lagi.

"gue gapapa kok, emang lagi lemes aja." ucap Haruto membuat Kenan sedikit khawatir.

"lo sakit lagi? ayo ke uks aja, nanti gue ijinin." ucap Kenan di tolak oleh Haruto, dia tidak bersemangat karena masalah itu, bukan karena sakit.

"bentar lagi istirahat, ayo ikut gue ketemu sepupu gue, dia baru masuk kesini, takutnya dia belum dapet temen." ucap Kenan, Haruto mengangguk saja, disaat bel istirahat mereka pun pergi ke kantin dan menemui seorang gadis cantik yang sedang duduk sendirian.

"kak Kenan!!" teriak gadis itu dengan suara cemprengnya, terlihat imut.

"ehh ada kak Haruto juga, ayo duduk sini kak." ucap gadis itu sembari menepuk bangku di sampingnya, Haruto langsung saja duduk disana sedangkan Kenan berada di depan mereka.

"udah pesen Zee?" tanya Kenan, Zee adalah nama gadis tadi, dia sepupunya Kenan.

"belum kak, aku nungguin kakak." ucap Zee, Kenan mengangguk saja, dia pun berdiri untuk memesan makanan.

"kak Haruto, kenapa kok kelihatannya sedih gitu?" tanya Zee, Haruto menggelengkan kepala seraya tersenyum.

"nggak kenapa napa kok, o iya, Zee gimana? betah disini?" tanya Haruto, wajah Zee sedikit berubah dari ceria menjadi sedih.

"aku belum dapet temen kak, aku takut temenan sama orang baru." ucap Zee dengan senyum kecilnya.

"kenapa harus takut?" tanya Haruto.

"soalnya..." pembicaraan mereka terhenti saat Kenan datang dengan membawa makanan, fokus Zee langsung ke kakak sepupunya itu, melupakan pembicaraan tadi.

"bentar Zee, kamu kalau makan belepotan banget, sini kakak lap in." ucap Haruto kemudian mengelap ujung bibir Zee dengan tisu, Zee hanya menyengir, dia memang seperyi anak kecil.

Haruto yang melihat Zee tersenyum ikut tersenyum, mereka pun kembali fokus makan, tidak tahu kalau sepasang mata menatap kearah mereka dengan tatapan tidak tertebak,

☆゚.*・。゚

Motor Sunghoon melaju pergi setelah mengantar Yuna pulang, gadis itu masuk kedalam rumah dengan langkah pelan, seperti tidak ada semangat saja.

"ma!! pa!!" teriak Yuna, namun tidak ada jawaban, pasti kedua orang tuanya belum pulang.

Yuna masuk ke dalam kamar, melemparkan tas kearah samping kemudian melemparkan diri ke kasur. matanya menatap kearah langit langit kamar, mengingat sebuah kejadian yang sudah membuatnya menangis dalam diam di kamar mandi tadi.

"kalau lo udah bahagia sama orang lain, gapapa kok To." ucap Yuna lirih.

"kalau dipikir-pikir, cepet banget ya kita jadi orang yang nggak saling kenal, sebenarnya apa sih masalah kita sampai jadi kayak gini." lanjutnya sembari memeluk boneka pemberian Haruto.

Air mata Yuna menetes lagi, entahlah sudah berapa kali dia menangis hari ini, padahal Yuna itu orangnya kuat, tapi kalau tentang Haruto dia selalu terlihat lemah.

"gue harap lo bahagia, To."

"gue harap lo bahagia, Yun."

disisi lain Haruto juga mengucapkan hal yang sama, matanya menatap kearah rumah Yuna, dia sudah disana sejak 5 menit yang lalu, setelah puas pemuda itu akhirnya pergi.

☆゚.*・。゚

2 motor melaju dengan kencang menyusuri jalan sepi sembari membalap satu sama lain, kedua motor itu sama sama tidak ingin kalah.

selama 1 menit balapan berjalan dengan lancar, namun tiba tiba ada sesuatu yang membuat konsen salah satu pemain hilang hingga membuat dia terjatuh, parahnya ada sebuah mobil dari arah berlawanan.

yang terakhir kali dilihat oleh pemain yang terjatuh adalah lampu mobil yang mulai mendekat kearahnya, hingga akhirnya, gelap.

☆゚.*・。゚

"gimana?"

"dia kecelakaan, keknya bentar lagi mati, jalanan sepi kek gitu mana ada yang nolongin, apalagi yang nabrak juga pergi gitu aja."

"bagus deh, besok gue kasih bayarannya ke lo."

"thanks."

☆゚.*・。

Entah kenapa Yuna merasa khawatir saat ini, dia menatap kearah luar, hujan sedang deras derasnya, dia mencoba untuk fokus pada tugasnya tapi tetap tidak bisa, seperti ada yang mengganjal di pikirannya, dia merasa ada sesuatu buruk yang terjadi.

dia membuka Handphone, ingin menelpon seseorang, namun dia urungkan, dia meletakkan kembali Handphone itu dan menatap kearah luar lagi, Yuna sangat sangat tidak tenang.

"semoga lo baik baik aja To." batin Yuna sembari menatap kearah pigura foto berisi foto dirinya dan Haruto.

☆゚.*・。゚

suara sirine mobil ambulance terdengar sangat nyaring, hal itu membuat Wonyoung penasaran, dia baru saja pulang dari supermarket saat melihat sekumpulan orang bergerombol di pinggir jalan.

Wonyoung ikut berjalan mendekat dan terkejut melihat seseorang terbaring lemah berlumuran darah.

"apa ada disini yang kenal dengan korban?" tanya seorang pria berpakaian polisi.

"saya mengenalnya pak, dia teman saya." ucap Wonyoung, akhirnya dia ikut ke rumah sakit, sekarang dia di dalam ambulance, duduk di samping pemuda yang sudah tidak sadarkan diri itu.

"bentar lagi kita sampai, kamu bertahan ya." ucap Wonyoung sembari meremat tangan pemuda itu, saat terlihat pergerakan dari pemuda itu membuat Wonyoung tersenyum.

TBC

HAIII.. UDAH LAMA BANGET YAAA....

By : RA.

WHO LOVE'S YOU? ~End~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang