🏴Chapter 52🏴

79 17 11
                                    

Bentar lagi 10k... yok bisa yokk... btw nanti pas end cerita ini lucu kali kalau buat QnA, setuju nggak?

☆゚.*・。

Apa yang dipikirkan seorang Sunghoon saat ini, tidak ada, hanya pikiran kacau yang terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.

"lo bodoh, lo bodoh banget bikin orang yang lo sayang jadi kek gini, lo bodoh banget Sunghoon." dari tadi Sunghoon masih saja menyalahkan dirinya, melihat Yuna yang menangis keras saat Haruto kembali di pukuli.

Meskipun tangisan itu tidak untuknya, dan mungkin Yuna akan membencinya setelah ini, Sunghoon baru memikirkan hal itu sekarang.

☆゚.*・。゚

Yuna menangis keras saat pukulan kembali di layangkan pada pemuda tampan di depannya itu, meskipun bukan dia yang mendapatkannya, tetap saja itu terasa menyakitkan.

"Lo udah sadar kan tentang apa maksud gue, jelaslah, lo nggak se goblok itu buat ngelupain Elena." ucapan Dion kembali keluar setelah menendang kursi Haruto hingga pemuda itu terjatuh kembali.

Di sela-sela kesadaran Haruto, dia masih bisa mengingat siapa itu Elena, dulu sebelum Haruto bertemu dengan Yuna, Haruto adalah orang yang sedikit berantakan bukan, Ya meskipun sekarang sama aja walaupun udah agak tobat.

Nah, Elena ini adalah salah satu gadis cantik di SMP Haruto dan Yuna, gadis itu juga terlihat menyukai Haruto, dan pada akhirnya mereka berdua pacaran, Elena kesenengan apalagi Haruto yang saat itu cuma bikin Elena jadi bahan taruhan.

Satu bulan mereka pacaran tiba-tiba Haruto minta putus tanpa alasan yang jelas setelah itu pergi begitu aja, dan FYI putusnya mereka itu tepat 1 minggu sebelum Haruto kenal sama Yuna.

Elena saat itu ngerasa kalau dia bodoh banget, bodoh karena dia mau aja di bodohi Haruto, dan bodoh banget karena dia masih mau Haruto jadi pacarnya, makanya Elena nyoba segala cara demi Haruto jadi pacarnya bahkan hampir nyulik Yuna yang dia anggap sebagai pengganggu, beruntung tidak jadi karena udah di gagalkan oleh Haruto itu sendiri.

Gatau kenapa akhirnya Elena malah berakhir di rumah sakit jiwa, masih dengan obsesinya dengan Haruto, salah Haruto juga sih sebenarnya, kalau aja waktu itu dia bicarain baik-baik mungkin gaakan jadi kayak gini masalahnya. Tapi ya gimana, nasi udah dimakan ayam.

Sekarang Haruto cuma bisa nunggu kematiannya, gimana lagi, demi Yuna bebas, Haruto gapapa kok dipukulin kayak gini, matanya memandang kearah Yuna di depan sana.

"satu hal lagi, lo pernah nyuruh beberapa orang buat merkaos adek gue kan, dia punya segala buktinya." ucap Dion sembari melemparkan selembaran kertas ke muka Haruto, Haruto tentu saja bingung, dia tahu dulu dia itu anaknya serampangan, tapi dia nggak se badjing*n itu.

"lo diem, jadi ini bener kan, lo liat sendiri kan Yun, semua yang ada di bukti itu bener, dan lo harus percaya gue." Dion kembali terfokus pada Yuna, padahal Haruto lagi bingung malah Dion anggap meresapi kesalahan, sakit emang.

"Satu hal lagi, kalau ini Yuna belum tahu sih, gue kasih tahu sekarang apa ya?" tanya Dion sembari menyeringai, Haruto sepertinya tersadar apa yang akan dibicarakan oleh Dion, dia segera memberontak.

"wow wow santai, dari tadi lo diem, terus kalau urusan ini lo malah marah gitu, emang sebegitu pentingnya?" Dion menyeringai, Haruto semakin memberontak, hingga akhirnya dia bisa meraih kaki Dion dan menggigitnya.

Dion berteriak kesakitan dan langsung menendang tubuh Haruto menjauh, wajahnya sudah sangat marah sekarang, dia perlahan mendekati Haruto dengan pisau di tangannya.

"lo emang udah nggak sabar sama kematian lo ya." ucap Dion kemudian menatap bekas gigitan Haruto yang sangat tercetak, sakit.

Dion berjongkok di samping Haruto, memainkan pisau di tangannya seperti mainan, secara tiba-tiba langsung mengarahkan pisau itu ke perut Haruto, namun belum pisau itu sampai, seseorang terlihat mendobrak pintu.

BRAK!!!

Itu Jeongwoo, Haruto tersenyum kecil melihat sahabatnya datang, terlihat pemuda itu datang mendekat dengan pistol di tangannya, Dion melihat ke belakang kemudian terkekeh kecil.

"lo seneng dia dateng?" tanya Dion remeh, membuat Haruto menatapnya bingung, kenapa pemuda ini tidak takut sama sekali, padahal dia sudah diancam oleh pistol.

"lo lupa ya, biar gue ceritain lagi, gue berhasil nyuci otak temen-temen lo, lo masih inget itu kan, jadi lo tahu kan apa maksud gue..." Dion memotong ucapannya, kemudian melihat kearah Haruto.

Tidak butuh waktu yang lama, Haruto sudah menyadari apa maksud dari Dion, dia pun menatap kearah Jeongwoo yang sekarang mengarahkan pistol itu kearahnya...














Huft... rasanya Haruto sudah tidak bisa percaya dengan siapa-siapa lagi...

TBC

Makin kesini penulisanku makin kek psikopat, tapi emang gitu, yakali alurnya pembunuhan penulisannya masih pakek bahasa sopan nan alus...

Masih stay kan kalian, beneran takut kalau kalian ilang aku😭😭😭

By : RA.

WHO LOVE'S YOU? ~End~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang