Bisa nggak ya book ini bisa 10k sebelum end, kayaknya nggak bisa, hehe
☆゚.*・。゚
Haruto menutup matanya, dia sudah tegar dengan takdirnya setelah ini, disisi lain Dion tertawa keras, menepuk bahu Jeongwoo yang terlihat gemetaran.
"lo emang hadiah yang gue persiapkan buat dia, supaya sebelum dia mati, dia tahu kalau banyak orang yang udah ngehianati dia." ucap Dion, dia kemudian terkekeh sebentar sebelum menyadari kalau suara sirine polisi terdengar mendekat.
"polisi sebentar lagi datang, tugas lo sekarang adalah tembak dia, dan gue harus pergi dari sini." ucap Dion kemudian berjalan pergi, dia harus benar-benar pergi sebelum tertangkap, biarlah nanti Jeongwoo yang menjadi tersangkanya.
DOR!!
Pelatuk itu sudah terlepas, bukan, bukan seperti yang kalian pikirkan, Haruto masih baik baik saja, yang ada malah Dion yang terbaring kesakitan, ternyata Jeongwoo menembak Dion, hanya menembak kakinya supaya orang itu tidak bisa lari.
"Haruto..." cicit Jeongwoo pelan sebelum kemudian melepaskan tali yang melilit tubuh Haruto, pemuda itu terlihat meneteskan air mata, mereka berdua saling tersenyum sebelum kemudian berpelukan.
"Sorry, gue nggak bermaksud untuk ngehianati lo, gue dituntut buat nurutin dia, kalau nggak keluarga gue dalam bahaya." cicit Jeongwoo menjelaskan semuanya, Haruto mengangguk, dia mengerti, memang sebelumnya dia sempat kecewa, tapi sekarang dia sudah paham.
"lain kali, apapun masalahnya, lo harus tetap bicara ke gue, ke Treasure, lo kan tahu kalau kita itu keluarga." ucap Haruto.
"lo bilang kalau lo tulus bantu gue karena balas dendam, kok sekarang lo bilang kayak gitu." ucap Dion terkekeh, itu orang satu udah mau sekarat, udah mau dibawa ke penjara masih aja bikin masalah.
"lo ada masalah apa sama gue? bilang aja sekarang, biar lo lega dan gue tahu apa yang salah dari gue." ucap Haruto sembari menepuk bahu Jeongwoo yang terlihat kembali menunduk.
"gue benci sama lo." ucap Jeongwoo pelan, Haruto menganggukkan kepala, dia sudah mendapatkan pengakuan 2 kali minggu ini, sepertinya Haruto memang harus membuka evaluasi bagi dirinya sendiri, jangan-jangan temen-temennya yang lain juga nyimpen benci pada dirinya.
"gue benci, karena lo udah nyakitin Elena." lanjut Jeongwoo lagi, oh ternyata ini karena hal yang sama, pantesan kok Jeongwoo bareng sama Dion.
"gue dulu suka sama Elena, dan lo udah bikin dia sakit hati, gue benci banget sama sosok lo yang dulu, bukan sekarang, tapi rasa benci gue kebawa sampai sekarang, apalagi ngedenger kalau Elena sudah nggak ada." Jeongwoo masih menunduk, sekarang suasana jadi canggung, tidak ada yang berbicara.
"tapi gue tahu, rasa benci gue nggak sebesar kekuatan persahabatan kita, jadi sebenci apapun gue sama lo, gue gaakan bisa nyakitin lo." Haruto tersenyum lagi, mereka berpelukan sesaat setelah polisi datang mengepung.
"lo emang sahabat gue, sahabat terbaik gue." bisik Haruto pelan, Jeongwoo hampir saja meneteskan air mata jika saja dia tidak merasa berat, Jeongwoo sadar ketika pelukan itu terlepas, Haruto jatuh begitu saja. Ya, dia pingsan.
☆゚.*・。゚
Haruto belum sadar, sekarang Jeongwoo masih menunggu dengan cemas, di sampingnya sudah ada Hyunsuk dan Jihoon, kedua orang itu jugalah yang menyelamatkan mereka.
"Haruto pasti baik-baik aja, lo tahu kan kalau dia itu kuat." hibur Jihoon, Jeongwoo mengangguk kecil, sedari tadi dia menunduk, masih merasa bersalah.
"kita udah tahu kok soal masalah lo sama Haruto." celetuk Hyunsuk membuat Jeongwoo terkejut.
"selama ini dia selalu cerita ke kita tentang apapun, termasuk masalah kalian, dia udah tahu udah dari lama, tapi dia nggak mau bertindak apa-apa, dia pengen lo duluan yang ngomong terus terang kenapa lo benci sama dia, karena jujur dia tidak tahu alasan lo benci dia tuh apa, ternyata gara-gara cewek." jelas Hyunsuk.
"Haruto memang salah, dia sendiri bilang kalau masa lalunya itu adalah kesalahan terbesarnya, kalau aja dari dulu dia bisa lebih baik, mungkin dia nggak bakalan ngehancurin hidup banyak orang, entah itu Elena, Dion, Doyoung, atau pun lo." lanjut Jihoon.
"gue minta maaf bang." cicit Jeongwoo pelan, entah kenapa sedari tadi emosinya tidak bisa terkontrol dengan baik, pengennya nangis terus.
Pembicaraan mereka terhenti saat dokter keluar ruangan, memberitahukan kalau Haruto sudah sadar dan bisa dijenguk setelah dipindah ke kamar rawat.
"gue akan memperbaiki semua, gue yakin pasti ini bisa menjadi lebih baik." Bisik Jeongwoo pelan, kemudian berjalan mengikuti kedua kakaknya menuju ruang rawat Haruto.
☆゚.*・。゚
Karena authornya tidak bisa menjabarkan secara gamblang, mari kita bercerita lewat pikiran Haruto saja, oke.
Haruto sudah semakin sehat, namun dia belum diperbolehkan untuk pulang, masalahnya satu persatu sudah selesai, dan itu berkat para sahabatnya, benar-benar Haruto sangat menyayangi mereka.
Sebenarnya sebelum Haruto bisa bernapas lega dia sempat akan dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan soal masalah lama, tahukan, masalah pemerkaosan Elena yang melibatkannya.
Haruto benar-benar tidak tahu apa-apa tentang itu, sampai akhirnya Jeongwoo datang dan menyatakan semua tuduhan itu palsu, bukti itu palsu, Haruto tidak pernah melakukan apa-apa pada Elena meskipun dulu dia pernah menyakiti perasaannya.
Bukti itu hanyalah buatan Dion, supaya jika dia mendapatkan masalah Haruto juga ikut kena masalah, dan foto bukti itu cuma editan, yang pada akhirnya membalikkan kasus ke dirinya sendiri karena diduga kasus pemerkaosan itu dilakukan oleh Dion dan teman-temannya kepada adiknya sendiri dengan mengatasnamakan "Haruto" Ya, saat itu Elena sudah memiliki gangguan jiwa hingga tidak menyadari kalau yang melecehkannya itu adalah kakaknya sendiri, jadi yang membuatnya seperti itu tidak semuanya karena Haruto, tapi karena kakaknya sendiri.
Ngerti nggak? jadi Dion tuh sebenernya balas dendam ke Haruto cuma biar dia nggak dapet masalah, dia sebenarnya juga nggak sayang sama adiknya, dia ngelakuin itu biar kelihatan kalau Haruto itu pelakunya, dan dia bebas, satu hal lagi kelakuan Dion yang baru saja ditemukan oleh tim penyidik, dialah orang yang meninggalkan senjata tajam di kamar Elena supaya adiknya itu bisa... Ya, you know lah
Jadi gimana? ada hujatan buat Dion? komen disini.
Selain itu, Doyoung juga sudah sadar beberapa waktu yang lalu, kamar mereka bersebelahan supaya anak Treasure enak jenguknya.
Haruto natap pintu rumah sakit sendu, dari kemarin dia terus menunggu seseorang, namun sepertinya orang itu tidak akan datang.
Jeongwoo mengatakan, saat dia melepaskan Yuna dia langsung diberikan pertanyaan tentang satu rahasia yang belum terpecahkan, Jeongwoo tentu saja tidak bisa mengatakannya, dan Yuna mengatakan dia tidak akan datang sebelum Haruto mengatakan rahasia apa yang sudah pemuda itu sembunyikan.
Kalian pasti tahulah rahasianya, karena aku tahu kalian tidak sebodoh Yuna, gara-gara itu Yuna tidak menjenguknya, dan Haruto lebih memilih untuk diam, dia takut jika rahasia itu terbongkar, yang ada persahabatan mereka terancam.
Sekarang yang bisa Haruto lakukan hanya menunggu takdir, takdir yang baik, atau takdir yang buruk.
TBC
Takdir Haruto gimana ya... hehe....
y
ok komen yok, aku pernah bilang kalau aku lebih suka kalian komen daripada vote, kalian nggak papa kok nggak vote, yang penting komen sampai spam aku dah seneng banget, cuma kok makin lama makin sepi, tapi ceritaku emang jelek sih...
By : RA.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO LOVE'S YOU? ~End~
Fanfiction﹏﹏﹏﹏﹏﹏ "gue suka sama lo!" ﹏﹏﹏﹏﹏﹏ "Gue cinta sama lo." ﹏﹏﹏﹏﹏﹏ "Kalau aku bilang kalau aku suka sama kamu, gimana?" "maaf gue cinta sama dia." ﹏﹏﹏﹏﹏﹏ "gue suka sama lo, maaf baru bilang sekarang, selamat tinggal." ﹏﹏﹏﹏﹏﹏ Aku suka sama kamu, kamu...