🤸Chapter 48🤸

79 12 22
                                    

Seorang gadis saat ini sedang menatap dingin jendela di depannya, wajahnya cukup pucat dengan pakaian rumah sakit yang terlihat kotor, sedari tadi dia terganggu dengan ketukan di pintunya, orang itu juga memanggil manggil namanya, namun bagaimanapun dia tidak bergerak dari duduknya.

Ruangan itu dia kunci karena tidak ingin ada orang yang menganggu, meskipun dia yakin setelahnya pasti pintu itu terbuka karena pihak rumah sakit memiliki banyak kunci ruang rawat.

"Haruto..." ucapnya pelan kemudian tak lama dia tertawa, terlihat seperti gadis itu memiliki gangguan mental, namun sepertinya itu memang benar karena gelang kuning di pergelangan tangannya.

☆゚.*・。゚

"Kapan kita bisa bongkar kebusukan orang itu?" tanya seorang pemuda pada dua orang di depannya, terlihat kedua orang itu berpikir dan berpandangan satu sama lain.

"emang lo beneran yakin kalau dia otak dari segala masalah ini?" tanya salah satu dari orang itu, untuk memastikan.

"yakin, gue udah dapet beberapa bukti yang jelas banget mengarah sama dia, ini juga demi dia bang, gue gamau polisi tahu kebenarannya dan dia di penjara." ucap pemuda itu sembari menunduk.

"kalau gitu lo mau ngelakuin apa?" tanya seseorang yang sedari tadi hanya diam.

"gue pengen di jujur sama kita, kenapa dia ngelakuin itu, gue juga udah bicara sama korbannya dan dia nggak akan bawa orang itu ke jalur hukum kalau dia minta maaf." jelas pemuda itu. kedua orang di depannya mengangguk.

"kita selalu dukung lo, jadi jangan khawatir." pemuda itu tersenyum, setidaknya dia masih punya orang yang bisa di percaya.

☆゚.*・。゚

Dion masuk ke dalam rumah kosong yang terlihat kumuh, beberapa orang yang berada di dalam sana segera membungkuk untuk memberi salam, tentu saja Dion tidak peduli itu.

Belum dia duduk di kursi kebesarannya, seseorang menelpon, membuat pemuda itu berdecak namun masih tetap mengangkatnya.

"ada apa?"

"keadaannya semakin parah tuan Dion, dari kemarin dia tidak ingin makan dan hari ini mengunci dirinya sendiri, apalagi sedari tadi dia memanggil manggil nama Ha—"

"Bius saja, nanti dia juga akan lupa nama itu."

"baiklah tuan, nanti perkembangannya akan saya sampaikan kepada anda."

Dion mematikan telepon itu secara sepihak, mengusap kasar wajahnya, matanya terlihat menatap tajam kearah sebuah foto.

"lo emang harus dapet balasannya." ucap Dion entah pada siapa kemudian berjalan keluar rumah itu, diikuti oleh seseorang yang sedari tadi ikut bersamanya, dan itu adalah....









































































....Rahasia

☆゚.*・。゚

Yuna sedang asik bermain Handphone di ruang tamu rumahnya, sekarang dia sendirian karena kedua orang tuanya pergi selama beberapa jam, beruntung mereka akan pulang tidak terlalu malam, jadi Yuna tidak perlu meminta Haruto menemaninya.

Ting tong...

Suara bel di pintu depan itu membuat Yuna berjalan keluar, setelah dia membuka pintu tidak ada seorang pun disana, hanya ada plastik bermerek suatu restoran, Yuna mengambilnya, membaca note yang tertempel di bagian depan plastik.

dimakan ya!

Haruto

Yuna menggelengkan kepalanya pelan, dia membawa makanan itu masuk kemudian tersadar sesuatu, dengan cepat dia membuka Handphone dan mengirim pesan ke seseorang.

Lo ngirimin gue makanan, To?

Enggak, kalaupun gue ngirimin makana pasti gue bilang ke lo

(Send Photo)

buang aja, nggak usah makan itu!

Oke...

Beruntung Yuna berpikir untuk bertanya pada Haruto dulu, kalau tidak, pasti akan terjadi sesuatu padanya.

"siapa sih yang ngirim ini, mengatas namakan Haruto pula." gerutu Yuna kemudian membuang makanan itu ke tempat sampah.



Yuna aman...

☆゚.*・。

Wonyoung sedari tadi sedang menunggu seseorang, katanya orang itu mengajaknya untuk pergi jalan-jalan sebentar, Wonyoung terkejut tentu saja, bagaimana orang itu bisa mengajaknya jalan-jalan, mungkin saja dia sudah punya rasa dengannya?

Wonyoung menunggu selama beberapa saat sebelum sebuah mobil berhenti di depannya, pintu mobil terbuka menampilkan wajah Sunghoon. Ya, yang mengajak Wonyoung jalan-jalan adalah pemuda itu, makanya Wonyoung masih bisa berharap kan.

"ayo masuk." ajak Sunghoon, Wonyoung mengangguk kemudian mobil itu berjalan meninggalkan rumah Wonyoung.

"kita mau kemana?" tanya Wonyoung sedikit gugup, dia cukup senang sampai-sampai gugup seperti ini.

"terserah lo, lo mau kemana?" tanya Sunghoon balik, sepertinya pemuda itu tidak mempersiapkan rencana. Wonyoung berpikir sebentar, kemudian merekomendasikan sebuah tempat yang sepertinya cocok untuk ken—ehh maksudnya, untuk jalan-jalan.

"oke kita kesana." Wonyoung mengangguk kemudian menatap keluar sembari menunggu Sunghoon membawa mereka ke tempat itu.

Tidak butuh waktu lama, mereka sudah sampai dan segera memesan makanan, tempat yang Wonyoung rekomendasikan adalah sebuah restoran tema Jepang yang terlihat sunyi, cocok untuk Pacaran—Ehh...

"Silakan pesanannya." makanan yang mereka pesan sudah di letakkan di meja, setelah mengucapkan terima kasih mereka langsung menyantap makanan itu.

Tidak ada yang berbicara sama sekali saat itu, sampai Sunghoon berdehem kecil, mengalihkan atensi Wonyoung dari makanan ke wajah tampan itu.

"Young, gue mau tanya sesuatu boleh?" tanya Sunghoon, Wonyoung memiringkan kepalanya bingung tapi tetap mengangguk.

"jadi... lo kenal sama Dion?"




















TBC

Mau nggak mau semua harus terbongkar, dan ini adalah tugas kalian untuk percaya dengan siapa.

Kalian boleh Trust Issue sama siapapun, termasuk sama aku juga boleh, soalnya nggak ada yang bisa di percayai di cerita ini sebenarnya.

By : RA.

WHO LOVE'S YOU? ~End~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang